Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

11 Tahun E-Demokrasi bersama Kompasiana

18 November 2019   14:21 Diperbarui: 19 November 2019   06:04 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi dari eu-logos.com

Kompasiana kemudian hadir untuk dan sukses mentransformasi utopia itu menjadi realita.  Memasuki usia 11 tahun, Kompasiana telah mengantar sekitar 500,000 penduduk Indonesia, para blogger Kompasiana atau Kompasianer,  ke tataran kehidupan berdemokrasi yang hakiki yakni kemerdekaan menyatakan fakta dan pendapat ke ruang publik.

Para Kompasianer itu, terutama lewat artikel mereka,  setiap hari mengungkap fakta dan pendapat ke ruang publik. Termasuk di situ ditujukan kepada pemangku kekuasaan eksekutif, legislatif, dan judikatif.

Fakta dan pendapat itu begitu beragamnya. Baik dari segi isi (politik, humaniora, ekonomi, teknologi, ekologi, religi), sifat substansi (fakta, analisis, pendapat), dan tujuannya (persetujuan/penolakan,  kritik, solusi).  

Pilpres 2014 dan 2019 adalah dua panggung penting kehidupan berdemokrasi bagi warga Kompasiana.  Di dua peristiwa itu warga Kompasianer terbelah ke dalam tiga kelompok besar: Pendukung Jokowi, Pendukung Prabowo, dan Penonton Aktif.

Pendukung Jokowi dan Pendukung Prabowo adalah dua kelompok warga yang membentuk dua polar.  Masing-masing kelompok gigih mengungkap keunggulan calon presiden yang didukungnya ke ruang publik.  Sambil mengungkap  kelemahan calon presiden pesaingnya.

Interaksi antara kedua kelompok itu mengobarkan "api demokrasi" di Kompasiana. Menghasilkan komunikasi dengan tensi dan suhu tinggi.

Tensi dan suhu tinggi itu untuk sebagian disirami dengan "bensin" atau sebaliknya "air" oleh kelompok Penonton Aktif. Kelompok ini memang terdiri dari "tukang kompor" dan "pemadam kebakaran".  

Tapi dilihat secara holistik, kehidupan berdemokrasi yang dipanggungkan Kompasiana itu sejatinya sangat indah. Itulah "Teater Demokrasi Indonesia" yang sebenarnya.    

Sekaligus "Teater Demokrasi" di Kompasiana itu  menunjukkan bahwa kehidupan demokrasi di Indonesia telah sampai pada satu format baru yaitu "E-Democracy" atau "E-Demokrasi".  

Inilah format demokrasi yang tak terbayangkan sebelumnya.  Tapi menjadi keniscayaaan di era Teknologi Komunikasi 4.0 kini.

Dengan E-Demokrasi saya maksudkan adalah kehidupan demokrasi di dunia maya sebagai pemanggungan (teater) demokrasi yang tak dapat dijalankan di dunia nyata.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun