Mohon tunggu...
M Jazuli Rahman
M Jazuli Rahman Mohon Tunggu... Guru - Guru, pegiat outdoor, aktivis kebencanan.

Mrjazuli@gmail.com https://www.instagram.com/jazuli_rahman/ https://www.facebook.com/jazuli.rahman

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fungsi Sosial Cerita Rakyat "Nisan Berlumur Darah"

12 Maret 2021   14:01 Diperbarui: 13 Maret 2021   22:20 2449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : M. Jazuli Rahman

Cerita rakyat "Nisan Berlumur Darah" tidak hanya milik masyarakat Martapura, tetapi sudah menjadi milik masyarakat Kalimantan Selatan. Cerita ini berkembang mulut ke mulut dari masa kemasa sesuai dengan perkembangan jaman. 

Dahulu sering dilakukan penampilan drama tradisional yang menceritakan cerita ini.  Terakhir pada tahun 1980-an TVRI Banjarmasin pernah membuat dan menayangkan film tentang cerita rakyat ini. 

Selain sebagai cerita hiburan di warung-warung dan keluarga dalam bentuk lisan, drama dan film. Cerita ini juga berfungsi sebagai bahan pelajaran muatan local di sekolah dasar khususnya di daerah Martapura. 

Sebagian masyarakat Martapura percaya cerita ini benar-benar terjadi, sehingga menjadi legenda yang berkembang. Melegenda cerita tersebut menimbulkan sedikit mitos di masyarakat. Beberapa mitos yang berkembang seperti yang diceritakan H. Syahran yaitu haur kuning yang tumbuh di kuburan Mashor. 

Ada masyarakat yang percaya jika menemukan kuburan Mashor dan mengambil haurnya untuk digunakan sebagai pemikat wanita. Tetapi masyarakat kesulitan menemukan kuburan Mashor yang mereka percayai. walaupun letaknya dipastikan di Tungkaran, tetapi tidak dapat ditemukan kecuali dengan menggunakan pawang. 

Menurut cerita yang mereka dapat kuburan Mashor telah diganti nisannya menjadi tanpa nama dan disamakan seluruhnya dengan kuburun lainnya. Hal ini disebabkan oleh banyaknya masyarakat yang mengambil sedikit demi sedikit nisan Mashor untuk dijadikan jimat pemikat. 

Cerita ini juga mendapat tanggapan yang berbeda di masyarakat.  Ada sebagian masyarakat yang menyambut negatif cerita ini. Seperti yang diungkapkan penduduk Kampung Keramat, cerita ini pernah ditentang oleh masyarakat yang merasa terpojokkan  adanya permasalahan dan konflik yang ada dalam cerita tersebut. Bahkan menurut mereka penampilan drama yang mengangkat cerita tersebut dilarang tampil lagi., karena ada hal-hal yang bertentangan dengan adat dan budaya mereka. 

Respon positif dari masyarakat dapat dilihat dengan kesadaran masyarakat mengambil nilai-nilai yang ada dalam cerita, dan menjadikannya norma di masyarakat. Misalnya nilai kepatuhan dan ketaatan kepada orang tua. Atau menyadarkan orang tua agar bersikap  demokratif kepada anaknya sehingga terjadi keselarasan kehendak antara orang tua dan anak. 

Selain itu nilai yang dapat diambil yaitu kesamaan hak dan kedudukan. Menurut mereka perkawinan yang hanya didasari kedudukan dan kekayaan tidak akan bahagia. Kebahagian didapat hanya dengan cinta, tanpa memandang harkat, derajat dan martabat seseorang. Siapapun orangnya biar mereka miskin atau kaya, terhormat atau tidak terhormat, majikan atau pembantu mereka berhak menyatukannya dalam bentuk perkawinan. 

Memang masih ada sebagian masyarakat bangsawan yang memegang adat mereka. Perkawinan dan perjodohan hanya dilakukan sesama kerabat atau keturunan masih berlaku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun