CERMIN DI LANGIT
ACARA TV: SATELIT KITA PENYIAR: RINA SURYADI TAMU:
Prof. Guntur Arman -- Astrofisikawan Senior (NSA -- Nusantara Space Agency)
Dr. Regina Leigh -- Pakar Optik Astrofisika (Royal Observatory, UK)
Mayor Kelvin Zhu -- Komandan Misi Orbit (Misi Serunai XII)
Soraya Al-Mahdi -- Pengamat langit dan anggota Parallax Society (melalui sambungan video)
---
RINA: Selamat malam dari Studio SATELIT KITA. Di langit malam ini --- seperti semalam dan berhari-hari sebelumnya --- Bumi Kedua kembali terlihat, menggantung di arah selatan. Apakah itu dunia lain? Cermin kosmik? Atau mimpi kolektif? Kita tidak tahu pasti. Tapi malam ini, kita mencoba menjawabnya.
---
SEGMEN 1: LAPORAN MISI LUAR ANGKASA
RINA: Prof. Guntur, bisa Anda jelaskan hasil dari misi orbit observasi tinggi minggu lalu?
PROF. GUNTUR: Tentu. Kami mengirim tim ke orbit 420 km untuk observasi langsung. Yang mereka lihat di sana... menakjubkan. Sebuah bola planet, persis seperti Bumi, tergantung di luar cakrawala. Tapi secara aneh --- radar tidak memantul. Tidak ada massa terdeteksi. Namun secara visual: nyata. Kami bahkan bisa menangkap awan bergerak, daratan, dan pola laut seperti pantulan dunia kita... namun sedikit berbeda.
RINA: Jadi bukan ilusi optik?
PROF. GUNTUR: Bukan. Jika ini ilusi, ia takkan memiliki kedalaman cahaya seperti itu. Kami menyebutnya: eksistensi semitransenden --- nyata di antara dimensi.
---
SEGMEN 2: CAHAYA DAN ROTASI TERBALIK
RINA: Dr. Regina, mengapa Bumi Kedua bisa terlihat baik siang maupun malam?
DR. REGINA: Karena ia seolah berputar berlawanan arah dari kita. Siang di sini berarti malam di sana. Jadi, ketika siang, kita melihat bagian yang gelap atau sabit. Saat malam, kita melihat sisi terangnya --- penuh, purnama biru. Tapi lebih dari itu... kami meyakini Bumi Kedua juga memantulkan cahaya dari matahari lain.
RINA: Matahari lain?
DR. REGINA: Matahari dari semesta paralel. Spektrum cahayanya berbeda. Ada frekuensi yang tidak dikenal. Inilah yang membuat Bumi Kedua terlihat terang di malam hari, meski matahari kita sudah tenggelam. Kami menyebutnya: cahaya mirorik.
---
SEGMEN 3: TESTIMONI LANGSUNG DARI ORBIT
RINA: Mayor Zhu, Anda memimpin misi Serunai XII. Apa yang Anda lihat dengan mata kepala sendiri?
MAYOR ZHU: Saya melihat bumi... tapi bukan bumi kita. Ia punya kota, daratan, laut --- tapi ada perbedaan. Saya mengenali garis pantai... tapi bukan masa kini. Bangunan-bangunan yang sudah dihancurkan di dunia kita, masih berdiri di sana.
RINA: Apakah Anda merasa... terhubung?
MAYOR ZHU: Saya merasa dilihat balik. Seperti sedang mengintip ke jendela --- dan bayangan di kaca bergerak lebih dulu daripada saya.
---
SEGMEN 4: TANGGAPAN PARALLAX SOCIETY
RINA: Soraya Al-Mahdi, sebagai pengamat spiritual dan anggota Parallax Society, apa yang Anda lihat dari Bumi Kedua?
SORAYA (via video call): Bumi Kedua bukan sekadar objek. Ia adalah refleksi jiwa kolektif kita --- versi lain yang tertinggal, atau mendahului. Kami menyebutnya: Kaca Malam Abadi. Ia muncul ketika manusia mulai kehilangan arah realitas.
RINA: Apakah ini pertanda akan terjadi sesuatu?
SORAYA: Bukan pertanda. Ini adalah jembatan. Semesta sedang mempertemukan dua versi kenyataan. Dalam waktu dekat, dunia akan memilih: siapa yang tinggal --- siapa yang terganti.
---
PENUTUP:
RINA: Malam ini, kita bukan hanya melihat ke atas. Kita sedang melihat ke dalam. Dunia kedua telah muncul, dan ia menatap balik. Sampai jumpa minggu depan. Dan jangan lupa... lihat ke selatan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI