Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 18)

8 Juli 2018   16:33 Diperbarui: 20 Juli 2018   12:03 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Putri Di menghela napas lalu berkata, "Jika berbakti kepada orang tua adalah yang tertinggi, bagaimana mungkin ada anak yang tidak mengetahui apakah ibunya masih hidup atau sudah meninggal? Apalagi anak itu adalah seorang kaisar, bagaimana mungkin ia tidak mengetahui bahwa ibunya hidup terkatung-katung di luar istana?" Kaisar kebingungan dan tidak memahami perkataan Putri Di tersebut; ia berpikir Putri Di berbicara tidak karuan karena sedang sakit.

"Hamba, yang hanya seorang selir, telah mengetahui semua hal ini, tetapi takutnya Yang Mulia tidak percaya," kata Putri Di lagi. Kaisar sangat terkejut mendengar Putri Di menyebut dirinya sebagai selir dan berkata, "Ibu, mengapa berkata demikian? Mohon ibu menjelaskannya."

Putri Di berbalik dan mengeluarkan sebuah kotak kuning dari dalam tirai sambil berkata. "Apakah Yang Mulia mengetahui benda ini?" Kaisar mengambil kotak itu lalu membuka isinya yang adalah sehelai kain berstempel kerajaan yang di atasnya terdapat tulisan tangan kaisar terdahulu. Kaisar segera bangkit dari posisinya. Namun si tua Chen Lin yang berada di sampingnya melihat benda itu, teringat akan kejadian pada hari itu, kemudian matanya berlinang air mata. Melihat Chen Lin menangis, kaisar semakin bingung dan bertanya tentang benda tersebut.

Putri Di pun menceritakan persekongkolan antara Guo Huai dan Selir Liu untuk mendapatkan posisi permaisuri dengan memfitnah Selir Li: "Untungnya terdapat dua orang yang setia dan jujur, yaitu Kou Zhu, pelayan Istana Jinhua, dan Chen Lin. Kou Zhu menerima perintah Selir Liu untuk membawa putra mahkota keluar istana. Pada waktu itu putra mahkota dibungkus dengan kain ini dan diam-diam ia menyerahkannya kepada Chen Lin." Mendengar hal ini, kaisar menatap Chen Lin yang saat ini telah dapat menahan air matanya.

Putri Di melanjutkan, "Setelah Chen Lin dapat melewati beberapa bahaya, ia membawa putra mahkota ke Istana Nanqing. Putra mahkota dibesarkan di sini selama enam tahun. Yang Mulia pada usia tujuh tahun mewarisi tahta kerajaan dari kaisar terdahulu untuk mengisi kekosongan posisi putra mahkota. Namun di luar dugaan, Yang Mulia bertemu ibu anda di Istana Dingin dan menitikkan air mata. Ini hanya membuat Ibu Suri Liu curiga dan menghukum Kou Zhu sampai meninggal kemudian menyebabkan ibu Yang Mulia dihukum dengan bunuh diri oleh kaisar terdahulu. Untungnya terdapat dua orang pelayan istana yang setia, yaitu kasim muda Yu Zhong yang bersedia mengorbankan dirinya menggantikan Ibu Suri Li dan Qin Feng yang kemudian membawa ibu suri keluar istana menuju Chenzhou. Setelah Qin Feng meninggal akibat kebakaran istana, tidak ada yang memperhatikan ibu suri di rumahnya sehingga ia tidak bisa tinggal di sana lagi dan berakhir mendiami sebuah tempat pembakaran yang sudah tidak digunakan lagi sebagai pengemis. Ketika Pejabat Bao membagikan bantuan bencana kelaparan di Chenzhou, ia dapat mengenali ibu suri dan berpura-pura mengakuinya sebagai ibu kandungnya sendiri untuk menghindari kecurigaan orang-orang. Kemarin beliau datang memberiku ucapan selamat ulang tahun sehingga aku dapat bertemu dengannya."

"Jika demikian, di manakah ibuku sekarang?" tanya kaisar dengan mata berlinang air mata. Terdengar suara isak tangis dari belakang bayangan tembok dan muncullah seorang wanita tua berpakaian resmi keluarga pejabat. Kaisar tampak kebingungan.

Khawatir kaisar akan meragukannya, Putri Di segera mengeluarkan sebuah bola emas lalu menyerahkannya kepada kaisar. Kaisar melihat benda sama seperti bola emas milik Ibu Suri Liu, hanya saja di atasnya bertuliskan "Istana Yuzhen" dan nama Ibu Suri Li. Kemudian ia maju beberapa langkah dan berlutut sambil berkata, "Putramu ini tidak berbakti, telah menyebabkan ibu menderita!" Kaisar menitikkan air mata. Lalu kedua ibu dan anak itu saling berpelukan dan menangis getir tak henti-hentinya.

Putri Di segera turun dari tempat tidurnya dan berlutut memohon pengampunan. Pangeran Liuhe dan Chen Lin juga berlutut di sampingnya dan saling menghibur kesedihan mereka. Selama beberapa lama ibu suri dan kaisar meluapkan kesedihan mereka. Kemudian kaisar berterima kasih kepada Putri Di dan membantunya berdiri. Ia juga menarik tangan Chen Lin untuk membantunya berdiri sambil berkata, "Jika bukan karena kesetiaanmu, maka aku tidak akan berada di sini." Chen Lin tidak dapat berkata apa-apa, hanya menitikkan air mata dan berterima kasih kepada kaisar. Semua orang pun berdiri.

Kaisar berkata kepada ibu suri, "Ibu mengalami kesengsaraan seperti ini. Anakmu sebagai kaisar bagaimana mungkin menghadapi para pejabat kerajaan jika membiarkan hal ini? Bukankah ini melanggar hukum kerajaan?" Terdapat rasa bersalah bercampur kemarahan dalam nada suaranya. Di samping Putri Di berkata, "Yang Mulia harus kembali ke istana dan mengeluarkan titah yang akan dibawa oleh Guo Huai dan Chen Lin bersama-sama menuju kantor prefektur Kaifeng untuk dibacakan. Sarjana Bao telah memiliki caranya sendiri." Ini sesungguhnya adalah rencana Bao yang ia sampaikan kepada istrinya, Nyonya Li. Nyonya Li lalu memberitahukan hal ini kepada Ibu Suri Li yang kemudian mengatakannya kepada Putri Di.

Kaisar menyetujui hal ini. Setelah menghibur ibu suri dengan beberapa patah kata, ia pun kembali ke istana utama. Kemudian ia menuliskan titah dan diam-diam mengutus Guo Huai bersama Chen Lin menuju Kaifeng untuk membacakannya. Guo Huai berpikir ini pasti titah pemberian gelar kepada Bao. Dengan gembira ia bersama Chen Lin pun berangkat menuju Kaifeng.

Pada hari sebelumnya Bao menunggu kepulangan ibu suri, tetapi tak lama kemudian Bao Xing kembali dengan tandu kosong dan melaporkan, "Yang Mulia Putri Di menyuruh Nyonya Besar tinggal beberapa hari bersamanya. Oleh sebab itu, saya kembali dengan tandu kosong ini. Di sana mereka memberikan para pelayan sebanyak dua puluh keping uang perak dan para pengangkut tandu sebanyak dua puluh keping uang tembaga." Bao menganggukkan kepalanya lalu berkata, "Besok pada waktu jaga kelima kamu pergilah ke ruang tamu istana untuk mengadakan penyelidikan secara diam-diam. Jika mendapatkan sesuatu, segera kembali untuk melaporkannya kepadaku." Bao Xing pun menerima perintah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun