Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 11)

3 April 2018   07:47 Diperbarui: 3 April 2018   08:24 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bao pun memerintahkan pejabat kabupaten bersama para petugas membawa kakek Qiu untuk mencari Liu San dan menemukan di mana kepala pria tersebut dikuburkan. Setelah pejabat itu pergi, petugas masuk melaporkan bahwa Bai An telah tiba. Bao pun memerintahkan Bai An dibawa masuk. Ia adalah seorang pemuda gagah yang memakai pakaian yang menawan.

"Apakah benar kamu adalah Bai An, pengurus rumah Bai Xiong?" tanya Bao. "Benar." "Bagaimanakah tuanmu memperlakukanmu?" "Tuan hamba memperlakukan hamba seperti saudara kandung sendiri. Hamba benar-benar sangat berterima kasih padanya," jawab Bai An.

Bao pun memukul mejanya satu kali dan berseru, "Kamu anjing bejat! Jika demikian, mengapa kamu berselingkuh dengan selir tuanmu? Katakan!" Dengan ketakutan Bai An menjawab, "Hamba mematuhi aturan dan menaati hukum, tidak pernah melakukan hal demikian."

"Bawa masuk Ye Qian-er," perintah Bao. Ye Qian-er masuk ruang sidang dan melihat Bai An sambil berkata, "Paman tidak perlu mengelak lagi. Aku telah mengetahui bahwa paman malam itu masuk ke dalam kamar Yurui dan tidur bersamanya. Saat itu aku sedang bersembunyi di dalam kamar itu juga. Setelah kalian tertidur, aku membuka lemari dan mengambil kotak kayu di dalamnya. Aku menyangka isinya adalah uang, tetapi ternyata sebuah kepala manusia. Tidak apa-apa paman mengatakan bahwa kalian pelayan dan majikan telah melakukan hal tersebut. Lebih baik paman mengakuinya. Bahkan jika paman tidak mau mengakuinya, ini juga tidak dapat membantu paman."

Bai An tidak dapat berkata apa-apa, mukanya terlihat pucat. "Kepala siapakah itu? Katakanlah yang sebenarnya!" desak Bao. Bai An maju ke depan sambil merangkak dan berkata, "Hamba mengaku. Itu adalah kepala sepupu tuan hamba bernama Li Keming. Ketika tuan hamba masih miskin, ia meminjam uang dari sepupunya sebesar lima ratus uang perak, tetapi tidak pernah mengembalikannya. Suatu hari Li Keming datang ke rumah tuan tanah kami untuk berkunjung dan menagih pinjaman lama tersebut. Tuan saya menjamunya dengan makanan dan arak. Siapa sangka di bawah pengaruh arak Li Keming mengatakan bahwa di jalan ia bertemu dengan seorang bhiksu gila bernama Tao Rangong. Bhiksu itu mengatakan bahwa wajahnya ada tanda-tanda ketidakberuntungan lalu memberikannya sebuah bantal 'dewa pengelana' dan menyuruhnya menyerahkannya kepada Dewa Bintang. Ia tidak mengetahui siapakah Dewa Bintang dan bertanya kepada tuan hamba yang juga tidak mengetahuinya. Tuan saya ingin meminjam bantal tersebut untuk melihatnya. Li mengatakan di dalam bantal itu terdapat istana giok dengan taman surgawi yang sangat mengagumkan dan jarang ditemukan di dunia ini. Tuan saya sangat menginginkan bantal ajaib tersebut; selain itu, ia juga bermaksud mengelak dari membayar hutang lima ratus uang perak itu. Maka ia pun membunuh sepupunya dan menyuruh saya menguburkannya di dalam gudang penyimpanan barang."

Bai An melanjutkan, "Saya berpikir bahwa selama ini saya memiliki hubungan gelap dengan Yurui, bagaimanakah jika ketahuan oleh tuan? Lalu saya memotong kepala mayat tersebut dan merendamnya dalam larutan air raksa kemudian menyimpannya di dalam lemari Yurui. Jika hubungan gelap kami ketahuan oleh tuan, saya dapat memanfaatkannya. Tak disangka kepala tersebut dicuri oleh Ye Qian-er dan menyebabkan kehebohan ini." Setelah berkata demikian, ia bersujud sampai kepalanya menyentuh lantai.

"Di manakah ruangan tempat mayat tersebut dikuburkan?" tanya Bao. "Setelah menguburkannya di sana, tempat itu menjadi angker. Oleh sebab itu, saya membangunnya menjadi tiga kamar yang terpisah dan memberinya pintu lalu menyewakannya kepada Han Ruilong," jawab Bai An. Mendengar hal ini, Bao akhirnya mengerti lalu menyuruh Bai An menandatangani pengakuan dan membuat surat perintah untuk menghadirkan Bai Xiong di pengadilan.

Pada saat itu pejabat kabupaten datang melaporkan, "Saya membawa Qiu Feng untuk mencari Liu San lalu langsung menggali kuburan kepala tersebut di samping sebuah sumur. Setelah Liu San menunjukkan tempatnya, ternyata kami menemukan sesosok mayat pria di sana. Setelah kami memeriksanya, di dahinya terdapat luka akibat perkakas besi. Ketika ditanyakan kepada Liu San, ia berkata, 'Kalian telah menggali di tempat yang salah, di sebelah sini sebenarnya kepala pria itu dikuburkan.' Ketika menggali di tempat itu, ditemukan sebuah kepala pria yang direndam dalam larutan air raksa. Saya tidak berani bertindak sendiri sehingga membawa Liu San dan orang-orang sebagai saksi ke pengadilan." Bao sangat senang mendengarnya karena kali ini sang pejabat lebih berhati-hati dalam menjalankan tugasnya, tidak seperti sebelumnya, lalu ia berkata, "Sungguh merepotkan anda, beristirahatlah dulu."

Kemudian Bao memanggil masuk Liu San dan bertanya, "Dari manakah mayat pria di samping sumur itu? Katakan!" Para petugas di kedua sisi berseru, "Cepat katakanlah!" Liu San segera bersujud dan berkata, "Tuan jangan marah, hamba akan mengatakannya. Mayat tersebut tak lain adalah adik sepupu hamba bernama Liu Shi. Setelah hamba mendapatkan lima puluh uang perak dari majikan hamba dan membawa kepala itu untuk dikuburkan, siapa sangka Liu Shi mengikuti hamba di belakang dan berkata, 'Diam-diam menguburkan kepala orang, kejahatan apakah yang kamu lakukan?' Ketika saya menawarkan sepuluh uang perak, ia tidak menerimanya; ketika menawarkan separuh uang yang kudapatkan, ia juga tidak mau. Hamba bertanya, 'Berapakah yang kamu inginkan?' 'Empat puluh lima uang perak,' jawabnya. Hamba berpikir sejenak, dari lima puluh uang perak, berarti hamba hanya mendapatkan lima uang perak. Maka hamba menahan kesal dan berpura-pura menyetujuinya. Lalu hamba memintanya membantu menggali lubang yang dalam. Ketika ia sedang membungkukkan badan menyekop tanah, saya memukulnya dengan sekop dengan memanfaatkan cahaya matahari sehingga ia tidak melihatku. Setelah menguburkan mayatnya, hamba menggali sebuah lubang lagi untuk menguburkan kepala tersebut. Tak disangka hari ini hamba menerima akibatnya." Kemudian ia bersujud berulang kali. Bao pun menyuruhnya menandatangani pengakuan kemudian ia dibawa pergi.

Saat itu Bai Xiong tiba di pengadilan. Pengakuannya tidak berbeda dengan pengakuan Bai An. Ia juga menyerahkan bantal "dewa pengelana" kepada Bao yang kemudian menyuruh Bao Xing menyimpannya baik-baik. Lalu Bao memberikan keputusannya: Tukang daging Zheng terbukti bersalah membunuh Jinniang; Bai Xiong terbukti bersalah membunuh Li Keming; Liu San terbukti bersalah membunuh Liu Shi; ketiganya dihukum penggal. Bai An, karena mengkhianati atasannya, dihukum gantung. Ye Qian-er dihukum kerja paksa selama sepuluh tahun di perbatasan. Kakek Qiu, karena diam-diam mengubur kepala orang dan menyogok orang lain untuk menghindari hukuman, dihukum penjara. Yurui dijual sebagai budak. Han Ruilong, karena tidak menuruti nasihat ibunya dan serakah menginginkan harta sehingga menimbulkan masalah, seharusnya dihukum. Namun, karena usianya masih muda, ia dibebaskan dan diwajibkan merawat ibunya yang menjanda dan mengabdikan dirinya dalam pelajaran. Nyonya Han yang telah membesarkan anaknya dan mengajarinya, ketika melihat harta dapat berpikir jernih, mengajarkan anaknya melakukan sesuatu yang benar, oleh sebab itu dihadiahkan dua puluh uang perak yang akan dibayarkan oleh pejabat kabupaten. Sang pejabat seharusnya dipecat karena kelalaiannya sebelumnya, tetapi karena ia bekerja keras dan rajin serta lebih berhati-hati, maka ia tetap menjabat seperti sebelumnya.

Karena berhasil memecahkan kasus yang rumit ini, reputasi Bao pun menyebar luas. Setelah beristirahat satu hari di kota Sanxing, Bao kembali melanjutkan perjalanan ke Chenzhou.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun