Clap! Clap! Snatch! Boom!
Clap! Clap! Snatch! Boom!
Kini gema hentakan terdengar semakin kompak. Sorak tawa kecil mulai bermunculan. Kacamata bergetar di wajah, rok panjang bergoyang ringan, dan suasana berubah cair.
Seusai tiga kali pengulangan, Yenny kembali berbicara.
"Sekarang saya butuh relawan! Maksimal 12 orang ya, untuk ikut tantangan kecil. Tapi tenang... ada 6 souvenir berupa mug plastik cantik untuk yang beruntung!"
Tanpa ragu, Winarno, guru Bahasa Inggris, berdiri lebih dulu. Wajahnya serius tapi percaya diri.
Disusul oleh Yusuf, guru IPA, yang tersenyum malu-malu.
Perlahan, 10 orang lainnya menyusul, mayoritas ibu-ibu guru. Suasana semakin riuh.
"Hebat!" seru Nurma. "Ini dia para pemberani yang siap menantang zona nyaman!"
Mereka diminta memperkenalkan diri dan mata pelajaran yang diampu. Kemudian Yenny memandu permainan final.
"Clap! Clap! Boom! Clap! Clap! Boom!" serunya berulang-ulang.
Peserta mengikuti: bertepuk tangan, menepuk paha, kembali bertepuk tangan dan menepuk paha.
Saat ia berseru, "Snatch!" para peserta serempak bergerak---berebut mug yang ada di atas meja.
Dengan bangga, Winarno berhasil mendapatkan mug plastik berwarna biru laut bertuliskan "Teach with Love & AI". Ia menunduk hormat sambil tersenyum simpul, disambut tepuk tangan dan tawa peserta lain.
Sementara yang belum beruntung tetap terlihat puas. Karena hari itu, mereka bukan hanya membawa ilmu, tapi juga energi, keberanian, dan kebersamaan---tiga unsur cinta yang tak ternilai dalam dunia pendidikan.
Sesi permainan pun ditutup dengan tawa yang hangat. Setelah itu, para guru meninggalkan aula lantai 2, turun ke lantai 1 untuk mengikuti sesi foto bersama.