"Mohon klarifikasi. Email adm.tuwe***@gmail.com bukan milik saya. Untuk laporan dengan PJW saya, unggah ke tutorial.ut.ac.id. Nilai praktik tetap ke email pribadi saya. Nama mahasiswa yang tidak muncul di sistem, kirim ke saya juga, lengkap dengan NIM dan nilainya."
Penjelasan itu seperti cahaya dalam kabut. Meski belum sepenuhnya jernih, setidaknya arah mulai terlihat.
Di tengah percakapan teknis itu, muncul selipan pertanyaan ringan dari Ganjar:
"Omong-omong, honor cairnya kapan ya?"
Pak Jamal menjawab diplomatis:
"Setelah laporan lengkap, usulan masuk, dan nomor rekening diserahkan ke Mas Adi. InsyaAllah langsung ditransfer."
Kepala para tutor kembali tunduk ke layar masing-masing. Honor adalah ujung lelah yang ingin segera menyentuh telapak tangan.
Suryana kemudian mengunggah contoh file PDF yang sudah ia susun: gabungan screenshot kehadiran dan materi PPT. Langkahnya disambut pujian dari Ganjar.
Di balik layar, ada denyut kelelahan dan tanggung jawab. Di balik setiap file PDF dan Excel, ada malam-malam tanpa tidur. Dan di tengah semuanya, mereka hanya ingin satu: agar mahasiswa mendapatkan nilai yang layak dan laporan tidak kembali diulang.
Sambil menyesap kopi yang mulai dingin, Yuni tersenyum sendiri. Ia menatap layar yang kini senyap. Grup WhatsApp itu seperti medan tempur yang akhirnya teduh.
Ia menuliskan satu kalimat penutup: