Pagi itu, langit MTsN 1 Bandar Lampung cerah tak berawan. Winarno berdiri di depan ruang kelas 8L dengan clipboard di tangan, matanya menyapu barisan kursi yang sudah tertata rapi. Bersama Jimmy, ketua panitia lomba e-sport, ia telah bekerja sejak subuh menyiapkan dua ruangan: 8L dan 8M. Kabel-kabel dirapikan, perangkat diuji, dan kursi disusun saling berhadapan agar 12 tim bisa bertanding dalam satu sesi. Ini bukan sekadar pertandingan biasa---ini adalah ajang adu strategi, refleks, dan kekompakan antarkelas.
Aroma kabel baru dan kipas angin yang sudah lama tak dibersihkan menguar di ruangan. Suasana awalnya hening, lalu berubah riuh oleh langkah-langkah para peserta yang mulai berdatangan. Mereka membawa headset, botol minum, dan harapan untuk menang.
Sesi pertama dimulai. Enam pertandingan berlangsung secara bersamaan. Ketika tim 7H melawan 8H, suara ketikan keyboard dan klik mouse mendominasi ruangan, seperti denting senjata di medan pertempuran digital. 8H keluar sebagai pemenang. Di sisi lain ruangan, 7J menumbangkan 8B, sementara 8I berhasil menaklukkan 8J. Tim 8F mengalahkan 8L, 8D menundukkan 8J, dan 8C menyingkirkan 7A.
Usai sesi pertama, Winarno dan Jimmy duduk sejenak di luar kelas. Jimmy menyerahkan segelas teh hangat. Rasa manisnya menghapus rasa lelah dan tegang yang menggantung sejak pagi. Tapi waktu istirahat hanya sebentar. Sesi dua sudah menanti.
Lagi-lagi dua belas tim bersaing. Winarno berdiri di sisi pintu, memperhatikan ekspresi para pemain. Ada yang menggigit bibir, mengetuk-ngetuk meja, atau menatap tajam ke arah layar. Di sesi ini, 7C sukses menumbangkan 8H, 7E mengalahkan 8I, dan 7D menang atas 7J. Sementara itu, 8D kembali membuktikan kekuatannya dengan menyingkirkan 7K. 8M mengalahkan 8K, dan 8A mengungguli 8F.
Kepala madrasah, Bapak Hartawan, sempat mampir melihat pertandingan. Ia berdiri di sisi belakang ruangan, mengangguk-angguk bangga. Di sampingnya, Ibu Tunah, Pembina OSIS, tersenyum kecil melihat jalannya pertandingan yang tertib dan penuh semangat.
Sesi ketiga hanya mempertemukan delapan tim terbaik. Atmosfer mulai memanas. Meskipun AC menyala, panas dari komputer dan ketegangan para pemain membuat udara terasa berat. Suara para pendukung terdengar dari balik jendela. Tepuk tangan dan sorakan menggema saat 7C mengalahkan 8C, dan 7D berhasil menumbangkan 7E. Di sisi lain, 8M mengungguli 8D, dan 8A menaklukkan 8E.
Di akhir hari, Winarno berdiri di tengah ruangan yang mulai lengang. Beberapa kursi telah kosong, suara mouse dan keyboard telah berhenti. Tapi semangat hari itu masih menggantung di udara. Ia menarik napas dalam, merasakan campuran aroma plastik elektronik, udara hangat, dan rasa puas. Bukan hanya karena lomba berjalan lancar, tetapi karena ia tahu: hari ini para siswa belajar tentang kerja sama, semangat, dan sportivitas---di balik layar monitor.
Besok semifinal. Tantangan baru menanti. Tapi untuk hari ini, Winarno hanya ingin duduk sejenak dan mengingat semua momen luar biasa yang baru saja ia saksikan.
***