Di dalam kaleng kecil, Tersimpan bubuk hijau pekat. Bukan daun biasa, Tapi sari dari keheningan. Ia menunggu, Dibangunkan oleh air hangat.
Sendok kayu mengambilnya, Sedikit saja sudah cukup. Dituang ke mangkuk keramik, Warna hijau lumut yang cantik. Air panas perlahan masuk, Bukan mendidih, hanya hangat.
Maka dimulailah tarian sikat bambu,Chasen namanya, bergerak cepat. Memukul, memutar, memecah gumpalan, Mencipta buih tipis nan lembut. Sebuah ritual kuno, Hadir di dapur modern.
Aroma lembut menyebar, Seperti kebun teh setelah hujan. Sedikit pahit ia memberi, Lalu rasa manis mengimbangi, Jika dicampur susu dan gula, Ia jadi manja, jadi latte.
Tapi yang murni, Adalah pelajaran tentang sabar. Meneguk pelan, Merasa hangat turun ke badan. Menghentikan sejenak dunia, Fokus pada warna hijau, fokus pada rasa.
Matcha, Bukan sekadar minuman, Tapi jeda yang kita butuh. Hijau yang menenangkan jiwa, Sederhana, tapi penuh makna, Teman setia di setiap hari.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI