Mohon tunggu...
Monika Ekowati
Monika Ekowati Mohon Tunggu... Guru - Seorang biarawati Tarekat SND--> ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Betapa indahnya hidup ini, betapa saya mencintai hidup ini, namun hanya DIA yang paling indah dalam Surga-Nya dan dalam hidupku ini, saya akan mencintai dan mengabdi DIA dalam hidupku ini ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mungkinkah Lingkungan Kita Bersih, Sehat, dan Harmoni Bebas Polusi?

21 September 2021   14:49 Diperbarui: 21 September 2021   14:52 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lingkungan  harmoni  bebas Polusi ( piqsel.com )

Merajut  Cita-cita

Kutengadah  kubiarkan  diguyur  hujan  basah, sejak  kemarau  panjang  membentang, hujan  pertama  turun  menebarkan  aroma, bau  tanah  yang  sedap, nikmat  kucecap  hingga  relung  hatiku  membuncah,merasakan  damai  dalam  seluruh  nadi  jaringan  jiwaku.

Suasana  itu  yang  kurasa  di masa  kecilku, di mana  laku  mangsa perubahan  cuaca  hadir  disiplin  tepat  waktu. Seperti  anak  sekolah  yang tertib akan  aturan  dan  perintah  guru. Namun  sekarang  semua  telah  berubah, hujan  dan  kemarau hadir  tak  beraturan. Saling  menyusul  mendahului  tak  kenal  kompromi.

Perubahan  cuaca  yang  terus  saja  mendadak  terjadi  salah  siapa  ini? Mestinya  sebagai  manusia saya  harus  menyadari bahwa  alam  tidak  seimbang  lagi.  Apakah  cukup  hanya  diriku  yang  sadar? Tentu  tidak !, mestinya  seluruh  penghuni  jagat  ini  menyadarinya  dan  berbuat  sesuatu  untuk  memelihara  dan  mencintai  bumi.

Tapi  kenyataannya  keserakahan  segelintir  manusia  yang  haus  kuasa  dan  kekayaan  merusak  bumi, membabat  pepohonan, menguakkan  seluruh  isi  perut  bumi, yang  menyimpan  kekayaan emas, mangan, batu  bara dan  masih  banyak  lagi.

Perut  pertiwi  dikoyakkan  dan  jadi  rebutan  anak-anaknya  yang  tak  tahu  diri. Mejerit  pertiwi  tak bisa  mengendalikan  siklus kewanitaannya  yang sehat  alami. Yang  dulu  pernah  dimilikki  dan  dirawatnya  untuk  menghidupi  anak-anak  negeri.

Sadarkah  wahai  manusia! Apakah  baru  sadar  jika bumi  memuntahkan  korban? kita mati  diterjang  bencana? jangan  sampai  semua  terlambat  sesudah  tubuh  ini  jadi  mayat. Mari  bumi ini  kita  cintai  dan  rawat.

Agar  perubahan  cuaca  terjaga  tidak  semakin  ruyam  dan  gawat. Menjadikan  alam  semesta  dan  kehidupan  manusia semakin  aman, harmoni  sehat  walafiat. Saya ingin  bersuara....tapi  tak mampu  hanya  sendiri, kuingin  mengajak  semua  untuk  ber-revolusi, membaharui  diri  dengan  tulisan, di media berjuang  tanpa  henti   membaharui serta  memulihkan kelestarian    bumi.

Kadang  saya  terjaga  disaat  tidur  nyenyakku. Jika  pikiran  dan  hatiku  dipenuhi  jeritan  JPIC ( Justice Peace Integration  with  the  whole  Creation ) atau  jika  diucapkan  dalam  Bahasa  kita  sendiri artinya  Keadilan Perdamaian Keutuhan   Ciptaan. Suatu  kesatuan dalam  kebersamaan  dalam  tindakan  nyata  agar  setiap  manusia  melakukannya.

Mengajak  dan  Bergerak  dalam  tindakan  Nyata.

Saya mengarahkan pandangan pada apa yang terdalam dari kehidupan manusia,pada  kesehariannya,  memperjelas tuntas  motivasi dari peziarahan kita dalam mencari Allah, Sang  Murbeng  Jagat. Ayo  kita   mempertanyakan kembali dimensi kontemplatif pada  diri  sendiri di saat ini, untuk dapat mengenali misteri rahmat yang membentuk, memberi gairah dan mengubah kita dalam  kehidupan   setiap hari..

 Bukankah  bumi  ini  Rumah  kita  bersama  yang mesti  kita  rawat  dan  kita  cintai  serta  lestarikan  kelangsungan  hidupnya?  Mari  kita  maju  melangkah untuk merawat rumah bersama yang  indah  bak  surga  kediaman  kita  kelak.

Mulai  saat  ini kita  perlu meng - ubah  mentalitas yang mengantar kita untuk merawat hidup dan alam ciptaan, mari  kita  berdialog dengan orang lain, dan membangun  kesadaran akan hubungan mendalam di antara masalah-masalah dunia kita. Kita  buka  sekat-sekat  kita, kita  rangkul  bersama, sesama  umat, bergandeng  tangan  dalam  ke bhinekaan yang  memperkaya  kita.

Musim Penciptaan mesti  kita  tingkatkan  kembali, dengan  restu  Rahmat  Ilahi, bersama dengan tradisi-tradisi hidup  yang mengajarkan kontemplasi, doa, karya, dan pelayanan  dan  saling  menghargai  sesama  umat  beriman  sebagai  saudara, anak-anak  Sang  Khalik.

Niscaya  pikiran  positif  kita  timbul merajut prakarsa-prakarsa ini bisa  terwujud,  membantu mendidik orang dalam menjaga keseimbangan hidup pribadi, sosial, dan ekologis yang saling terkait agar  dunia  kita  semakin  laik.

Saya  termenung, usaha  apakah  yang  akan  saya  usung? Mewujudkan  cita-cita  ini  agar  terus  berlangsung? Diri saya  berandai-andai, pikirku paling  jitu  menuju  kancah  Pendidikan. Karena  di sanalah  manusia  membuka  dan  menyelaraskan  nalarnya  untuk  mencari  cara  yang  amat  berguna  pada  hidupnya  dan  semesta.

Yach  kupikir  tepat  juga  jika  universitas-universitas diundang untuk memusatkan kurikulum-kurikulum mereka pada kekuatan ekologi integral. Melalui Tri Dharma pengajaran, penelitian, dan pelayanan kepada masyarakat luas di manapun  mereka  berada.

Para  dosen  di Universitas-universitas  harus mendorong mahasiswa untuk melibatkan diri ke dalam "profesi-profesi yang memfasilitasi perubahan lingkungan yang positif", agar para mahasiswa "mempelajari teologi Ciptaan, yang mengungkapkan hubungan manusia dengan dunia", sementara tetap sadar akan kenyataan bahwa merawat alam Ciptaan membutuhkan "pendidikan berkelanjutan" dan "kesepakatan pendidikan" yang sebenarnya di antara semua lembaga yang terlibat dalam pendidikan itu.

Didalam  keluarga  dan  sekolah orang  tua  dan  para  guru mengajarkan  sejak  dini agar  anak  hidup  memelihara, mencintai  alam  semesta dengan  disiplin  dan  praktek  nyata, menaruh  sampah  pada  tempatnya, mengolah  sampah  sisa  sayur  dan  kulit  buah  menjadi  berkah. Pupuk  limpah  menyuburkan  tanaman nan  berbunga  dan berbuah  .

Dalam konteks "ekologi media", Kita  bersama  men desak  media untuk menyoroti keterkaitan antara "nasib manusia dan lingkungan alam semesta", seraya memberdayakan masyarakat, dan memerangi Hoax  alias berita palsu, yang  mengubah  daya  piker dan  tingkah  laku  jadi  gagu  tak  bermutu.

Bergandeng  Tangan bersama Mewujudkan  Tindakan

Ekologi  dalam  semesta  dalam  kenyataannya  integral dan pengembangan manusia seutuhnya. Bukankah  kita  setiap  hari  makan untuk  menyehatkan  badan  dan  jiwa?  Maka  kita  mesti  sadar jangan  sampai  membuang  makanan  dengan  sia-sia.

Setiap  makanan  yang  kita  buang , bukankah  perbuatan  itu mencuri dari meja orang miskin" Karena itu, membuang makanan dikutuk. "setiap kali makanan dibuang, sebagai tindakan ketidakadilan. Demikian  ditegaskan  Bapa  Suci  Paus  Fransiskus.

Mari  kita  dukung  para  petani  yang  bekerja  keras  mengolah  bumi, mari  kita  menyerukan peningkatan pertanian "dengan "diversifikasi yang berkelanjutan", pembelaan bagi  produsen kecil dan sumber daya alam, dan kebutuhan mendesak akan pendidikan tentang makanan yang sehat, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

Mari  kita  memerangi fenomena seperti perampasan tanah dan proyek agro industri besar yang mencemari lingkungan, serta seruan untuk melindungi keanekaragaman hayati. Sumber  air dan aksesnya yang merupakan "hak asasi manusia yang hakiki", kadang  banyak  orang  tidak  mendapatkannya  secara  adil, bahkan  harus  mati  dan  menderita  kekurangan  air serta  kebutuhan  pokok dalam  hidupnya.

Mari kita hindari pemborosan  yang melampaui kriteria pemanfaatan yang mengarah pada privatisasi sumber kebaikan alam ini. Berinvestasi dalam energi, lakukan  tindakan  nyata, menanam  pohon, menghijaukan  semesta, membangun  gudang  OKSIGEN  untuk  kesehatan  kita.

Mengurangi polusi, menghilangkan karbon dari sektor energi dan ekonomi, dan berinvestasi dalam energi yang bersih dan terbaru, selalu  berganti yang harus bisa diakses oleh semua manusia  di bumi.

Lautan dan samudera juga menjadi pusat dan  sumber  ekologi integral, sebab merupakan "paru-paru biru Sang  planet bumi, membutuhkan tata kelola yang berfokus pada kebaikan bersama seluruh keluarga umat manusia dan didasarkan pada prinsip subsidiaritas ditangani mulai dari tingkatan paling bawah sejak  usia  dini, agar  saat  dewasa mandiri  dan  sadar  diri.

Kita  tidak  bertindak sendirian, mari  berkomitmen untuk pembangunan berkelanjutan yang "rendah karbon" untuk mengurangi emisi gas rumahkaca, menggalakkan  reboisasi wilayah-wilayah hutan  disekitar  kita dan  mendukung  gerakan  nasional  pun  internasional bagi  pelestarian  keutuhan  alam  ciptaan, seperti hutan lebat  kita  di  Kalimantan, Sumatera, hutan  hujan Amazon, dan juga dukungan untuk proses internasional yang bertujuan mendefinisikan kategori pengungsi iklim untuk memastikan bahwa mereka mendapat "perlindungan hukum dan kemanusiaan yang mereka butuhkan." Mari  saudaraku  kita  kembalikan kesehatan  semesta  ini  semakin  harmoni, membentangkan  kemakmuran, keindahan  dan  perdamaian  bagi  kita bersama.Bersama  bersatu  kita  bisa  mewujudkannya, Mari  mulai  dari  diri sendiri, membias  pada  sesame, saya, anda, kita pasti  bisa  ***

Oleh  Sr.Maria  Monika  SND

21  September, 2021

Artikel  ke 464

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun