Mohon tunggu...
Monika Ekowati
Monika Ekowati Mohon Tunggu... Guru - Seorang biarawati Tarekat SND--> ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Betapa indahnya hidup ini, betapa saya mencintai hidup ini, namun hanya DIA yang paling indah dalam Surga-Nya dan dalam hidupku ini, saya akan mencintai dan mengabdi DIA dalam hidupku ini ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Semburat Putih Pelangi Kasih Episode 38, Sempurna Purnama Eka Nawa Warsa 3

23 Agustus 2021   12:35 Diperbarui: 23 Agustus 2021   12:55 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semburat Putih Pelangi Kasih  (  lukisan  Bp. Y.P. Sukiyanto )

Sempurna Purnama Eka Nawa Warsa (3)

Cerita  sebelumnya :

Malam itu segala keindahan jagad raya ini menyatu di depanku. Bayangan kehidupanku sejak aku masih dalam kandungan hingga aku seperti saat ini terlintas seperti film kehidupan yang diputar kembali. Seolah aku akan meninggalkan kehidupan ini dan memasuki kehidupan baru. Di hadapanku terbentang surga dengan segala pesonanya. Aku hanya bisa bersujud sesampai pada inti purnama yang membiaskan sinar lembut memelukku dalam damai. ( Bersambung )

 

 

Doaku mengalir dalam batin dan kedalaman nuraniku. "Duh Gusti Sang Murbeng Jagad, hamba berserah kepada Paduka, gunakanlah sekehendak Paduka jiwa dan raga hamba, tuk menjadi saluran rahmat-Mu kepada semua."

Tiba-tiba aku melihat wajah Romo Prabu dan Ibunda Ratu, berdiri di ujung sinar tersenyum menyaksikanku. Ternyata bukan hanya Romo Prabu dan Ibunda Ratu, melainkan semua orang yang pernah kukenal hadir mengelilingiku. Meskipun aku tidak melihatnya satu per satu, aku tahu siapa mereka.

Aneh, memang, aku tahu dan melihat meskipun aku tidak mengumbar penglihatan atau memalingkan kepala. Apa yang kualami malam ini sungguh ajaib di luar batas kekuasaan dan pengertian manusia.

Keajaiban itu membuatku semakin tersadar bahwa manusia bukan apa-apa di hadapan keajaiban semesta, terlebih di depan pandangan Tuhan Sang Murbeng Jagad. Namun manusia sangat dicintainya, karena jiwa yang bersemayam di tubuh wadag manusia adalah gambar atau citra Tuhan sendiri yang hidup dan senantiasa hidup dalam keabadian.

Jiwaku bergetar dalam kekaguman, disegarkan oleh pemandangan yang sangat menakjubkan itu dan seperti terlahir kembali. Pikiranku bukan pikiran manusiawi lagi. Gegayuhan-ku ingin dimurnikan, apa yang kodrati pada diriku tertarik oleh sesuatu yang Ilahi, yang tak akan pudar oleh waktu dan kefanaan.

Purnama penuh di hadapanku menjadi latar belakang cakrawala nan indah. Sementara samudra yang kuinjak menjadi seolah tanah lapang yang empuk. Badanku terasa ringan menari-nari sewaktu berjalan. Tiba-tiba Romo Prabu dan Ibunda Ratu tersenyum memandangku. Walaupun mereka diam, seolah mereka berkata kepadaku bersamaan, "Putriku inilah saat yang kau nantikan. Terimalah anugerah, terimalah titah, dan terimalah perutusanmu dari Allah Sang Sumber berkah."Aku hanya bisa mengangguk, dan menghatur sembah pada kedua orangtuaku yang menyaksikan semua itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun