Mohon tunggu...
Monika Ekowati
Monika Ekowati Mohon Tunggu... Guru - Seorang biarawati Tarekat SND--> ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Betapa indahnya hidup ini, betapa saya mencintai hidup ini, namun hanya DIA yang paling indah dalam Surga-Nya dan dalam hidupku ini, saya akan mencintai dan mengabdi DIA dalam hidupku ini ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Semburat Putih Pelangi Kasih Episode 33, Perutusan Misi Jiwa Kelana 6

17 Agustus 2021   20:42 Diperbarui: 17 Agustus 2021   20:44 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semburat  Putih  Pelangi  Kasih (  Lukisan  Bp.Y.P.Sukiyanto )

Dia tidak merasa malu, sebab dalam keluarganya dia tidak pernah dididik kesopanan ataupun budi pekerti. Dia tidak pernah mau tahu apa itu tatakrama. Sebenarnya aku merasa kasihan padanya. Karena begitu berambisi untuk menaikkan derajat, dia menghalalkan segala cara untuk dapat meraih kedudukan di padepokan.

Bahkan sedapat mungkin dia bisa menduduki posisi pimpinan. Gejolak hati dan ambisi itu mengiringi setiap tarikan napasnya. Betapa dia ingin membebaskan diri dan keluarganya dari belenggu kemiskinan. Tapi karena salah langkah, dia menjadikan jiwanya terbelah. Tidak hanya mengabdi pada dua tuan, melainkan banyak tuan.

Bukankah telah tertulis dalam Kitab Injil, "Manusia tidak bisa hidup mengabdi dengan dua tuan." Tapi orang ini malah berbagi cinta dan nafsunya dengan banyak tuan. Sudah barang tentu dia tidak bisa hidup damai. Jiwanya terbelah dan nuraninya dimatikan oleh nafsunya sendiri.

 Dia tidak bisa membedakan antara cinta dan nafsu. Baginya kesenangan adalah cinta, nafsu juga cinta, demikian pula kepuasan. Sebagai akibatnya, hidupnya tidak bisa mengarah pada tujuan hidup dan kesejatian diri.

Sebenarnya dia sudah mendapat bimbingan dari Eyang Ambar Kenanga. Sebenarnya teladan yang diberikan oleh para cantrik dan semua penghuni padepokan di sini sudah cukup banyak, namun hatinya keras dan tertutup dari segala budi baik, dan kesadarannya dimatikan oleh permainannya sendiri dengan kuasa kegelapan.

 Dia selalu merasa bahwa apa yang dilakukannya sudah benar, dan ini sungguh cara hidup yang keliru. Namun dia tetap menjalaninya karena dia merasakan kenikmatan, dan dia menganggap semua itu adalah cinta.

Kucoba mendekati rohnya dengan aji rogoh sukma yang telah kuasai. Namun rohnya menolak, karena jiwanya sudah hitam legam oleh segala kebusukan yang telah dirancangnya. Aku hanya bisa memohon kepada Sang Hyang Widhi yang memiliki kuasa untuk mengubah dia, agar membukakan pintu hatinya untuk menerima rahmat Ilahi. Seandainya kesadarannya putih untuk memeluk kebaikan dan kebajikan, segalanya akan kembali bergantung pada pertobatan yang lahir dari kesadaran diri sendiri.

Setelah kututup kontemplelasiku dengan doa spontan permohonanku kepada Sang Hyang Widhi, kuhela napas panjang untuk menarik sukmaku dari lalang perjalanannya ke alam di luar kesadaran dan wadak diriku.

Latihan  kanuragan (  lukisan  Bp  YP.Sukiyanto )
Latihan  kanuragan (  lukisan  Bp  YP.Sukiyanto )

 Kembalilah jiwaku menyatu kembali pada budimu, dengan badanmu dan menginjak kembali nuranimu yang ada di pusat tubuhmu, dan kembalilah rohku pada badan menjadikan aku bergerak kembali. Seperti biasa, setelah berkontemplasi kugosok tanganku sampai hangat dan kuusapkan pada wajahku. Aliran panas energi itu memberikan kehangatan ke seluruh wajahku.

Di dalam bilik pertapaan selalu disediakan kendi tempat minum dengan airnya yang menyejukkan. Jika diminum airnya khas berbau gerabah, tanah, jadi rasanya manis. Kupuaskan dahagaku dengan meneguk air kendi itu, yang mengalir dingin dan segar di tenggorokan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun