Betapa  menderitanya  Coelho  di  rumah sakit jiwa itu, dia harus menjalani terapi electroconvulsive.  Sebuah  bentuk  terapi  dengan menyetrumkan aliran listrik ke tubuh penderita gangguan jiwa. Terapi ini tentunya sangat  berdampak buruk pada jaringan saraf manusia  yang  membuat  seseorang  tersiksa  dan  kesakitan luar  biasa. Dalam  Novelnya "  Veronica  Memutuskan  Mati" Coelho  menuliskan  segala  pengalaman  penyiksaan  dan  penderitaannya  yang  dialami  selama  di  rumah  sakit  jiwa.
Coelho sempat dua kali keluar masuk rumah sakit jiwa sebelum akhirnya dinyatakan sembuh.Terapi ini akhirnya dilarang di Brasil.
Tulisan  Coelho  menjadi  gebrakan  suara  hatinya  yang  menjerit, memberontak  dan  akhirnya  berpengaruh  pada  Tanah  Tumpah  Darahnya.
Coelho kemudian bergabung dengan sebuah kelompok teater dan bekerja sebagai seorang jurnalis, setelah  dia  keluar  dari  RS  jiwa.Â
Di mata orang tuanya dan juga umumnya masyarakat Brasil pada masa itu, dunia jurnalistik identik sebagai sebuah dunia yang tidak  baik  dan tak bermoral. Untuk  ke  3  kalinya  orang  tua  Coelho  melanggar  janji  dan  memasukakan  anaknya  pada  rumah  sakit  jiwa, karena takut anaknya akan mendapat pengaruh buruk.
 Untuk  ketiga  kalinya Coelho pun menjadi pasien rumah sakit jiwa  lagi. Coelho menjadi  semakin  asyik  dengan  dunianya  sendiri  dan semakin asing dengan lingkungan sekitarnya.  Dalam keputusasaan, orang tuanya memanggil seorang dokter untuk memeriksa keadaan anaknya. Dokter ini menyatakan Coelho sebenarnya tidaklah gila dan tidak seharusnya dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa.
Perjuangan yang  membual  dari  suara  hati
Untuk  itu  dia  mau  mengalah  walaupun  bertentangan  dengan  gejolak  hatinya. Setelah "sembuh" dari gangguan kejiwaannya, Coelho kembali melanjutkan studinya di sekolah hukum, dan tampaknya dia akan mengikuti rencana orang tuanya.Â
Pekerjaan  yang  tidak  disenangi  membuat  dia  malah drop out  dia  banting  stir dan kembali menekuni dunia teater.
Mutiara  Iman  dalam  kekuatan  refleksi