Jiwanya ingin terbang dan pergi mencari gambarannya yakni Allah sendiri, yang akan memeluk dalam cinta, kasih kesucian tanpa syarat. Dia rela terbang pergi untuk menggapai tidur yang indah bersama rekan-rekannya pejuang kebenaran yang telah dibantai sebelumnya. Kepergian itu indah, karena dia akan menjadi penghuni di tempat Bapa-Nya. Daripada tinggal sendiri dalam kubang kebusukan suatu persahabatan.
Bagiku pengalaman Thomas More dalam bersahabat menjadi cermin, yang senantiasa segar untuk direfleksikan terus menerus. Sebagai manusia yang merupakan mahkluk social, kita butuh teman bahkan sahabat sebagai rekan dalam perjalanan hidup.
Dalam persahabatan dapat mengembangkan banyak aspek yang menguji dan menyempurnakan kita untuk menjadi manusia utuh. Tapi dalam bersahabat seseorang tidak boleh saling memanipulasi persahabatan, misalnya nebeng ketenaran sahabatnya, atau bahkan terlalu melekat tergantung dan terikat oleh sahabatnya sehingga persahabatan tersebut menjadi exklusif dan tidak sehat.
Kita harus bertindak tegas memilih yang terbaik demi keselamatan jiwa kita, berani menegur sahabat yang berjalan/bertidak salah,walaupun akibatnya kita tidak dianggap dan tali persahabatan menjadi putus.
Kiranya Thomas More telah memberi teladan gemilang dengan resiko kehilangan kekuasaan, pekerjaan, kenyamanan, pangkat bahkan berakhir dengan penjara dan kematian. Namun dia yakin bahwa tidak ada yang berkuasa atas jiwanya selain Tuhan yang pertama dan utama dia abdi.
Ada kata-kata bijak :” Persahabatan sejati ibarat pertemuan dua malaekat yang ternilai lebih agung dan luhur” Memang persahabatan hendaknya menjadikan dan memberikan berkat satu sama lain. Persahabatan semestinya menuntun para sahabat itu untuk mencapai kebaikan, kesejatian, keakraban yang membawa pada Sang Khalik. Mereka saling berbagi berkat entah dalam suka bahagia, ataupun saat berduka.
Persahabatan sejati bagaikan mata dan tangan, apabila tangan terluka mata akan menangis dan apabila mata menangis tangan akan menghapus air mata kepedihan. Saling menghibur, menguatkan dan berbagi bahagia dan rasa senang. Persahabatan mengembangkan kepekaan, solidaritas yang lebih dari sekedar toleransi, namun rasa empati yang mendalam akan segala apa yang terjadi dan dialami oleh sahabatnya.
Sahabat adalah tempat curahan hati, tempat sampah yang siap menampung segala rahasia, yang diolah bersama dalam kasih yang membuahkan berkah.
Dalam pengalamanku persahabatan sejati melalui proses jatuh bangun, pengenalan yang panjang akan sifat, karakter dan keberadaan sahabatnya. Semua tidak terjadi secara otomatis, setiap orang punya intuisi tersendiri untuk merasakan dan akhirnya memilih dan menentukan apakah orang yang ditemuinya dan dikenalnya bisa menjadi seorang sahabat.
Ada yang baru saja kenal terus cocok dan cepat proses itu berjalan hingga hubungan itu menjadi seperti saudara. Namun adakalanya kita sudah mengenal seseorang, tapi hati kita tidak in the mood untuk menjadi orang dekat/ sahabat baginya.