Mohon tunggu...
MOH FIRMAN AMARDANI SAPUTRA
MOH FIRMAN AMARDANI SAPUTRA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa, Pendidik, Tenaga Pengajar

Bukan siapa-siapa. Penikmat musik instrumental.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dunia Pendidikan Darurat Bullying : Begini Langkah SMPN 4 Tegal dalam Mencegah Bullying

17 Maret 2024   14:00 Diperbarui: 17 Maret 2024   14:05 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : https://www.istockphoto.com/id/foto-foto/bullying

Bullying atau perundungan merupakan istilah yang sudah tidak asing bagi orang Indonesia. Bullying berasal dari Bahasa Inggris, yaitu bull yang berarti banteng yang senang menyeruduk. Secara etimologi, bully berarti penggertak atau orang yang mengganggu orang lemah. Menurut Yuyarti (2018), bullying adalah suatu bentuk kekerasan anak (child abuse) yang dilakukan teman sebaya kepada seseorang yang lebih 'rendah' atau lebih lemah untuk mendapatkan keuntungan atau kepuasan tertentu. Bullying juga dapat diartikan sebagai tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis, sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tidak berdaya. Meskipun pada kenyataannya, bully, istilah untuk pelaku bullying tidak mengenal gender maupun usia. Bullying juga kerap terjadi di lingkungan sekolah dan dilakukan oleh para siswa remaja, baik setingkat SMP maupun SMA.

Bullying dapat berupa verbal maupun non-verbal. Bullying verbal dapat berupa cacian atau ujaran kebencian, sedangkan Bullying non-verbal dapat beberapa kekerasan fisik. Bentuk-bentuk bullying di antaranya:

  • Pelecehan verbal : menghina, mencela, mengancam, atau melecehkan dengan kata-kata yang merendahkan dan menyakitkan.
  • Pelecehan fisik : memukul, menendang, menjambak rambut, atau menganiaya.
  • Pelecehan sosial : mengucilkan, mengisolasi, menyebarkan gosip dan fitnah.
  • Pelecehan emosional : segala bentuk yang menyebabkan korban menjadi stres, cemas, ketakutan melalui ancaman, intimidasi, atau penghinaan.

Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya bullying menurut Ariesto (2009) yaitu:

  • Keluarga

Biasanya pelaku berasal dari keluarga yang bermasalah dikarenakan orang tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stres, agresi, dan permusuhan.

Bullying yang terjadi di lingkungan sekolah kerap diawali dari adanya kelompok-kelompok atau geng yang merasa kuat dan melakukan intimidasi kepada siswa lainnya. Sekolah yang tidak dapat membangun suasana psikologis yang sehat bagi seluruh warga sekolah, kontribusi guru yang kurang maksimal dalam menangani permasalahan siswa, kurangnya perhatian guru pada siswa, ketidakkonsistenan peraturan sekolah juga berpotensi terjadinya bullying (Utami, 2019).

  • Faktor kelompok sebaya

Beberapa anak kadang terdorong untuk melakukan bullying untuk membutikan bahwa mereka dapat diterima oleh kelompok tertentu.

  • Kondisi lingkungan sosial

Salah satu penyebab terjadinya bullying adalah kemiskinan. Mereka akan berbuat apa saja demi terpenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak heran jika kerap terjadi bullying dalam bentuk pemalakan.

  • Tayangan televisi dan media cetak

Tayangan televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari segi tayangan yang mereka tampilkan. Anak-anak cenderung meniru adegan-adegan film yang ditontonnya. Umumnya, mereka menuru gerak dan kata-katanya (Zakiyah, et al., 2017).

Dampak bullying bagi anak yang menjadi korban tentu akan berpengaruh pada kesehatan mental mereka. Anak menjadi menarik diri secara sosial, tidak memiliki teman dekat, stres, mengalami kecemasan, depresi, kehilangan kepercayaan diri, dan tidak memiliki hubungan baik dengan orang tua. Trauma yang terjadi dapat memengaruhi prestasi akademik hingga mogok sekolah. Beberapa dampak bullying lain meliputi gangguan fisik berupa cedera pada korban seperti lebam, memar, hingga luka yang lebih serius. Stres yang berkepanjangan juga dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko penyakit fisik. Bagi pelaku, bullying berdampak membuat pelaku menjadi minim empati. Pelaku kerap memiliki perilaku abnormal, hiperaktif hingga prososial.

Untuk mencegah bullying di lingkungan sekolah, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain:

  • Guru dan orang tua perlu waspada terhadap tindakan bullying dan tingkatkan perhatian terhadap korban bullying.
  • Guru dan orang tua harus peduli dengan siswa dan menjadi teman.
  • Jeli dan peka terhadap tindakan bullying dan memberikan ketegasan kepada pelaku bullying.
  • Menciptakan ruang kelas yang aman dan mendukung, di mana semua siswa merasa aman dan diterima.
  • Aktif mengadakan pendidikan tentang bullying, mengadakan kegiatan anti bullying, dan menyediakan layanan konseling bagi siswa.
  • Sekolah harus membuat aturan yang tegas.
  • Jika melihat atau mengalami bullying, segera laporkan kepada guru, orang tua, atau pihak sekolah lainnya.
  • Guru, orang tua , dan teman harus memberikan dukungan kepada korban bullying untuk pulih dari trauma.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun