Bagaimana dengan kejujuran? Ini yang tidak dilihat sama sekali, padahal kejujuran jauh lebih penting daripada nilai.
Banyak pelajar atau mahasiswa yang berpikir untuk menghalalkan segala cara, yang penting nilainya memuaskan.
Bahkan, seleksi masuk sekolah atau perguruan tinggi menggunakan nilai sebagai indikatornya, bukan kecakapan saat tes.
Dunia kerja pun begitu, lowongan kerja selalu ada klausul 'IPK minimal 3,0' padahal apa yang diperoleh selama perkuliahan belum tentu bisa dipraktikkan seutuhnya.
Anggapan tersebut melahirkan stigma sosial kecerdasan diukur dari nilai di rapor atau IPK selama mengenyam kuliah.
Bahkan, masih ada orang tua yang membanggakan anaknya karena tidak ada nilai di bawah 80 di rapornya, bahkan adu banyak-banyakan nilai 90-an.
Nilai sebenarnya hanyalah pendekatan penilaian karena susah untuk menilai kecerdasan seseorang.
Coba untuk bertanya pada diri Anda sendiri, selama ini apakah Anda belajar untuk memperkaya wawasan atau hanya sekadar mendapatkan nilai bagus?
Ini akan memberi dampak pada masa depan Anda tentang apa yang telah dipelajari selama sekolah dan kuliah.
Ilmu akan bertahan lebih lama di pikiran apabila Anda belajar untuk memperoleh pengetahuan dan wawasan.
Jika belajar hanya untuk mengejar nilai, ilmu tersebut akan lenyap dari benak dan Anda akan mudah lupa.