Mohon tunggu...
Mohammad Faiz Attoriq
Mohammad Faiz Attoriq Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Kontributor lepas

Penghobi fotografi domisili Malang - Jawa Timur yang mulai jatuh hati dengan menulis, keduanya adalah cara bercerita yang baik karena bukan sebagai penutur yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Terlalu Ambisius Sejak SD, Kuliah Pun Kehabisan Energi

22 Februari 2023   12:10 Diperbarui: 22 Februari 2023   12:14 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjadi ambisius justru membuat semangat di masa depan akan cepat habis. (Foto: Unsplash.com/Gabriel)

Dan, IPK saya tidak sampai 3,00, bagi saya harus bisa disyukuri karena setidaknya bisa mengikuti kuliah meski tidak pernah bisa memahaminya.

Ambisiusitas menguas energi
Benar, ambisius di awal seperti mobil yang dipacu lebih laju di awal perjalanan, tetapi mesin-mesinnya rusak di tengah perjalanan.

Bahkan, mesin mobil bisa panas dan radiator bisa tidak mengatasi, walhasil mobil terbakar dan tidak bisa melanjutkan perjalanan.

Kerusakan mesin mobil tersebut terjadi karena terlalu sering untuk dipacu tanpa dikasih waktu untuk istirahat.

Begitu juga dengan manusia, jika terlalu ambisius tanpa memedulikan kesehatan mental seperti kebahagiaan akan berdampak buruk.

Bukannya menghasilkan prestasi atau impian tercapai, orang tersebut malah mengalami burnout parah hingga mengalami sakit fisik.

Bahkan, ambisiusitas rawan menimbulkan depresi bahkan bunuh diri jika impian tersebut tidak akan terwujud.

Memang, kesehatan mental jauh lebih penting daripada nilai-nilai akademik atau prestasi selama menempuh pendidikan.

Namun, kultur Indonesia terlalu memuja nilai dan tingkat pendidikan sehingga semua generasi terbebani oleh nilai akademik.

Selain itu, pengamalan terhadap ilmu yang didapatkan jauh lebih berharga daripada nilai rapor atau situs sistem informasi akademik mahasiswa.

Untuk apa nilai tinggi jika tidak dibarengi dengan etika? Untuk apa pula nilai tinggi jika tidak memiliki kesehatan mental yang baik?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun