Mohon tunggu...
Mohammad Syaifudin
Mohammad Syaifudin Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Airlangga

Merupakan mahasiswa aktif di perguruan tinggi Universitas Airlangga yang berfokus pendidikan pada bidang kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Merawat Lansia, Merawat Asa: Panduan Bijak Mengelola Obat di Usia Emas

4 Juli 2025   19:35 Diperbarui: 4 Juli 2025   19:34 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Lansia Minum Obat (Sumber: https://images.app.goo.gl/2ZY6BdgubKRS4VNZ9)

Usia senja seharusnya menjadi waktu untuk menikmati hasil kerja keras dan kedamaian. Namun, tak jarang, perjalanan menuju usia emas ini diwarnai dengan tantangan kesehatan yang kompleks. Salah satunya adalah kebutuhan akan obat-obatan yang semakin beragam. Fenomena polifarmasi, atau penggunaan banyak jenis obat secara bersamaan, sudah menjadi pemandangan umum di kalangan lansia. Di satu sisi, obat-obatan ini esensial untuk menjaga kualitas hidup. Namun, tanpa pemahaman dan pengelolaan yang tepat, polifarmasi bisa berubah menjadi risiko tersembunyi.

Bayangkan saja, ada berapa pil yang harus diminum kakek atau nenek kita setiap harinya? Mungkin ada untuk tekanan darah, gula darah, kolesterol, dan berbagai suplemen. Kompleksitas ini seringkali menimbulkan kebingungan, bahkan kesalahan fatal jika tidak ditangani dengan hati-hati.

Mengapa Polifarmasi Jadi Isu Penting bagi Lansia?

Tubuh lansia mengalami banyak perubahan. Fungsi organ vital seperti ginjal dan hati cenderung menurun, memengaruhi bagaimana obat diserap, dimetabolisme, dan dikeluarkan dari tubuh. Ini berarti dosis yang cocok untuk orang muda mungkin terlalu tinggi untuk lansia. Selain itu, lansia seringkali memiliki lebih dari satu kondisi kronis, sehingga memerlukan resep dari beberapa dokter yang berbeda. Tanpa koordinasi yang baik, risiko interaksi obat yang merugikan akan meningkat.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Frontiers in Pharmacology pada tahun 2022 oleh Sharma et al. menegaskan bahwa polifarmasi pada lansia adalah isu kesehatan global yang signifikan. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko efek samping obat, interaksi yang berbahaya, hingga penurunan kualitas hidup. Kesalahan dalam penggunaan obat, seperti lupa minum, salah dosis, atau mengonsumsi obat yang tidak lagi diperlukan, bisa berujung pada komplikasi serius.

Memahami Interaksi Obat: Ancaman yang Terabaikan

Salah satu bahaya terbesar dari polifarmasi adalah interaksi obat. Ini terjadi ketika dua atau lebih obat yang dikonsumsi bersamaan saling memengaruhi efek satu sama lain. Contoh paling umum adalah penggunaan obat pengencer darah dengan antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen, yang bisa meningkatkan risiko perdarahan. Interaksi juga bisa terjadi antara obat dengan makanan atau suplemen herbal. Oleh karena itu, penting sekali untuk selalu memberitahu dokter atau apoteker tentang semua yang sedang dikonsumsi, termasuk obat bebas dan suplemen.

Langkah Bijak Mengelola Obat untuk Kualitas Hidup Lansia

Edukasi dan proaktivitas adalah kunci utama dalam memastikan penggunaan obat yang aman dan efektif bagi lansia. Berikut beberapa strategi yang bisa diterapkan oleh lansia dan keluarganya:

  1. Daftar Obat yang Komprehensif: Wajib Ada! Buatlah daftar lengkap semua obat, vitamin, suplemen, dan bahkan obat herbal yang dikonsumsi. Cantumkan nama obat, dosis, frekuensi, waktu minum, dan untuk kondisi apa obat tersebut digunakan. Perbarui daftar ini secara rutin dan selalu bawa saat berkonsultasi dengan dokter atau apoteker. Ini adalah langkah pertama untuk mencegah kebingungan dan kesalahan.
  2. Jalin Komunikasi Terbuka dengan Tenaga Medis: Jangan pernah ragu bertanya kepada dokter atau apoteker tentang obat yang diresepkan. Tanyakan tujuan penggunaan obat, cara kerja, efek samping yang mungkin timbul, serta cara dan waktu minum yang tepat. Pedoman dari American Society of Health-System Pharmacists (ASHP) pada tahun 2021 sangat menekankan pentingnya peran apoteker dalam memberikan edukasi obat yang jelas dan komprehensif kepada pasien lansia.
  3. Manfaatkan Alat Bantu Pengingat: Untuk lansia yang sering lupa, kotak obat harian yang terbagi berdasarkan waktu atau hari, alarm di ponsel, atau aplikasi pengingat minum obat bisa menjadi penyelamat.
  4. Tinjau Ulang Regimen Obat Secara Berkala: Minta dokter untuk secara rutin meninjau ulang seluruh daftar obat yang dikonsumsi. Ini membantu mengidentifikasi obat-obatan yang mungkin sudah tidak lagi diperlukan, dosis yang perlu disesuaikan, atau bahkan obat yang berpotensi menimbulkan interaksi berbahaya.
  5. Pahami dan Laporkan Efek Samping: Setiap obat memiliki potensi efek samping. Lansia dan keluarganya perlu tahu apa saja efek samping yang mungkin terjadi. Jika muncul efek yang tidak biasa atau mengganggu, segera konsultasikan dengan dokter.
  6. Penyimpanan dan Pembuangan Obat yang Benar: Simpan obat di tempat yang kering, sejuk, dan jauh dari jangkauan anak-anak. Perhatikan instruksi penyimpanan khusus, misalnya di lemari pendingin. Periksa tanggal kedaluwarsa secara rutin dan buang obat yang sudah tidak layak pakai dengan cara yang aman dan benar.

Peran Keluarga: Pilar Penting Dukungan Lansia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun