Usia senja seharusnya menjadi waktu untuk menikmati hasil kerja keras dan kedamaian. Namun, tak jarang, perjalanan menuju usia emas ini diwarnai dengan tantangan kesehatan yang kompleks. Salah satunya adalah kebutuhan akan obat-obatan yang semakin beragam. Fenomena polifarmasi, atau penggunaan banyak jenis obat secara bersamaan, sudah menjadi pemandangan umum di kalangan lansia. Di satu sisi, obat-obatan ini esensial untuk menjaga kualitas hidup. Namun, tanpa pemahaman dan pengelolaan yang tepat, polifarmasi bisa berubah menjadi risiko tersembunyi.
Bayangkan saja, ada berapa pil yang harus diminum kakek atau nenek kita setiap harinya? Mungkin ada untuk tekanan darah, gula darah, kolesterol, dan berbagai suplemen. Kompleksitas ini seringkali menimbulkan kebingungan, bahkan kesalahan fatal jika tidak ditangani dengan hati-hati.
Mengapa Polifarmasi Jadi Isu Penting bagi Lansia?
Tubuh lansia mengalami banyak perubahan. Fungsi organ vital seperti ginjal dan hati cenderung menurun, memengaruhi bagaimana obat diserap, dimetabolisme, dan dikeluarkan dari tubuh. Ini berarti dosis yang cocok untuk orang muda mungkin terlalu tinggi untuk lansia. Selain itu, lansia seringkali memiliki lebih dari satu kondisi kronis, sehingga memerlukan resep dari beberapa dokter yang berbeda. Tanpa koordinasi yang baik, risiko interaksi obat yang merugikan akan meningkat.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Frontiers in Pharmacology pada tahun 2022 oleh Sharma et al. menegaskan bahwa polifarmasi pada lansia adalah isu kesehatan global yang signifikan. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko efek samping obat, interaksi yang berbahaya, hingga penurunan kualitas hidup. Kesalahan dalam penggunaan obat, seperti lupa minum, salah dosis, atau mengonsumsi obat yang tidak lagi diperlukan, bisa berujung pada komplikasi serius.
Memahami Interaksi Obat: Ancaman yang Terabaikan
Salah satu bahaya terbesar dari polifarmasi adalah interaksi obat. Ini terjadi ketika dua atau lebih obat yang dikonsumsi bersamaan saling memengaruhi efek satu sama lain. Contoh paling umum adalah penggunaan obat pengencer darah dengan antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen, yang bisa meningkatkan risiko perdarahan. Interaksi juga bisa terjadi antara obat dengan makanan atau suplemen herbal. Oleh karena itu, penting sekali untuk selalu memberitahu dokter atau apoteker tentang semua yang sedang dikonsumsi, termasuk obat bebas dan suplemen.
Langkah Bijak Mengelola Obat untuk Kualitas Hidup Lansia
Edukasi dan proaktivitas adalah kunci utama dalam memastikan penggunaan obat yang aman dan efektif bagi lansia. Berikut beberapa strategi yang bisa diterapkan oleh lansia dan keluarganya:
- Daftar Obat yang Komprehensif: Wajib Ada! Buatlah daftar lengkap semua obat, vitamin, suplemen, dan bahkan obat herbal yang dikonsumsi. Cantumkan nama obat, dosis, frekuensi, waktu minum, dan untuk kondisi apa obat tersebut digunakan. Perbarui daftar ini secara rutin dan selalu bawa saat berkonsultasi dengan dokter atau apoteker. Ini adalah langkah pertama untuk mencegah kebingungan dan kesalahan.
- Jalin Komunikasi Terbuka dengan Tenaga Medis: Jangan pernah ragu bertanya kepada dokter atau apoteker tentang obat yang diresepkan. Tanyakan tujuan penggunaan obat, cara kerja, efek samping yang mungkin timbul, serta cara dan waktu minum yang tepat. Pedoman dari American Society of Health-System Pharmacists (ASHP) pada tahun 2021 sangat menekankan pentingnya peran apoteker dalam memberikan edukasi obat yang jelas dan komprehensif kepada pasien lansia.
- Manfaatkan Alat Bantu Pengingat: Untuk lansia yang sering lupa, kotak obat harian yang terbagi berdasarkan waktu atau hari, alarm di ponsel, atau aplikasi pengingat minum obat bisa menjadi penyelamat.
- Tinjau Ulang Regimen Obat Secara Berkala: Minta dokter untuk secara rutin meninjau ulang seluruh daftar obat yang dikonsumsi. Ini membantu mengidentifikasi obat-obatan yang mungkin sudah tidak lagi diperlukan, dosis yang perlu disesuaikan, atau bahkan obat yang berpotensi menimbulkan interaksi berbahaya.
- Pahami dan Laporkan Efek Samping: Setiap obat memiliki potensi efek samping. Lansia dan keluarganya perlu tahu apa saja efek samping yang mungkin terjadi. Jika muncul efek yang tidak biasa atau mengganggu, segera konsultasikan dengan dokter.
- Penyimpanan dan Pembuangan Obat yang Benar: Simpan obat di tempat yang kering, sejuk, dan jauh dari jangkauan anak-anak. Perhatikan instruksi penyimpanan khusus, misalnya di lemari pendingin. Periksa tanggal kedaluwarsa secara rutin dan buang obat yang sudah tidak layak pakai dengan cara yang aman dan benar.
Peran Keluarga: Pilar Penting Dukungan Lansia
Keluarga dan pengasuh (caregiver) memegang peran vital dalam mendukung lansia mengelola obat mereka. Mereka bisa membantu menyusun daftar obat, mengingatkan jadwal minum, menemani saat konsultasi medis, dan memantau efek obat. Peningkatan literasi kesehatan di kalangan lansia dan keluarganya adalah kunci. Sebuah penelitian oleh Wang et al. (2020) di Journal of Clinical Nursing menemukan korelasi kuat antara literasi kesehatan yang rendah pada lansia dengan kepatuhan minum obat yang buruk. Oleh karena itu, upaya edukasi harus menyasar tidak hanya lansia, tetapi juga orang-orang terdekatnya.
Menuju Usia Emas yang Sehat dan Bahagia
Mengelola obat di usia senja memang bukan hal sederhana. Namun, dengan pemahaman yang baik, komunikasi yang terbuka dengan tenaga medis, dan dukungan penuh dari keluarga, tantangan ini bisa diatasi. Mari bersama-sama pastikan bahwa setiap lansia di sekitar kita mendapatkan haknya untuk hidup sehat dan bermartabat, menavigasi labirin obat dengan aman, dan menikmati masa tua yang penuh kebahagiaan.
Referensi:
Sharma, V., Koirala, R., & Sharma, V. (2022). Polypharmacy in the elderly: A global public health concern. Frontiers in Pharmacology, 13, 1032127.
American Society of Health-System Pharmacists (ASHP). (2021). ASHP Guidelines on Pharmacist's Role in Medication Management.
Wang, J., Yu, N., & Wu, B. (2020). Health literacy and medication adherence among older adults in China. Journal of Clinical Nursing, 29(15-16), 3020-3028.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM). (n.d.). Informasi Obat. Diakses dari [Situs Resmi BPOM] (Mohon merujuk ke situs web BPOM RI untuk informasi terkini terkait obat dan keamanannya).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI