Mohon tunggu...
Mohamad Ramadhan Argakoesoemah
Mohamad Ramadhan Argakoesoemah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen STIE Indonesia Banking School

Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen STIE Indonesia Banking School

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Work From Home And Flexibility: The New Corporate Culture

15 Agustus 2023   19:44 Diperbarui: 15 Agustus 2023   19:48 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dengan adanya fleksibilitas kerja saat ini, budaya kerja telah berubah menjadi lebih inovatif. Karyawan dapat tetap produktif dan mengasah talentanya meskipun menjalani work from home. Banyak perusahaan sudah mulai membudayakan berkomunikasi tanpa ada interaksi fisik. Berdiskusi tanpa tatap muka secara langsung bukan merupakan hambatan lagi, karena dengan menjalankannya karyawan tetap dapat bekerja produktif dan mengasah talentanya (Argakoesoemah, 2023).

Namun, perlu diingat bahwa budaya di setiap perusahaan berbeda, seperti halnya kebiasaan karyawan setiap perusahaan. Perusahaan harus mempertahankan nilai-nilai budayanya dan secara konsisten dengan internalisasi mengenai praktiknya di lingkungan kerja (Boland, Smet, Palter, & Sanghvi, 2020).

Sudah sejak satu dekade yang lalu sebenarnya perusahaan sudah mulai menjalankan work from home, namun semakin pesatnya kemajuan teknologi maka work from home semakin mengalami penyempurnaan dari pelaksaannya menjadi bisa bekerja full mobile di mana pun tempatnya (Bellmann & Hübler, 2021). Bekerja fleksibel memberikan jam kerja karyawan yang fleksibel juga serta memudahkan pekerjaan mereka dan sangat membantu karyawan dalam memberikan keseimbangan saat bekerja dan kehidupan pribadinya, serta membantu perusahaan berjalan lebih efektif dan efisien (Mardianah & Hidayat, 2020).

Dukungan harus hadir dari manajemen perusahaan saat karyawan menjalani work from home, yaitu mengenai ketersediaan peralatan dan teknologi pendukung penting untuk kelancaran pola kerja tersebut. Karena bekerja dari rumah, maka dukungan keluarga serta batasan antara pekerjaan dengan keluarga harus diperhatikan. Pelatihan karyawan juga bisa diberikan sebagai pendukung tambahan. Kebijakan harus dibuat terkait dengan tata komunikasi secara formal saat bekerja dari rumah. Keterampilan komunikasi formal, informal, dan interaksi sosial juga harus tetap terjaga tanpa terkecuali. Harus tercipta budaya saling memercayai antar karyawan agar sistem manajemen perusahaan bisa berjalan seperti semestinya dan tetap dapat menghasilkan kinerja yang baik walaupun dengan work from home (Kowalski & Swanson, 2005).

Pola kerja dari rumah jadi tantangan tersendiri dari sisi pengawasan kerja bagi manajemen perusahaan. Hal ini dikarenakan pola kerja dari rumah menyebabkan minim pengawasan karyawan oleh atasan atau manajemen perusahaan, interaksi sosial dalam bekerja menjadi berkurang, dan gangguan yang mengganggu karyawan bekerja jarak jauh di lingkungan mereka. Lingkungan kerja yang baik dapat memotivasi karyawan dalam bekerja dengan kinerja baik sehingga hal ini harus diperhatikan bersama. Namun meskipun interaksi sosial dalam bekerja jarak jauh menjadi kurang, namun harusnya tidak mengurangi kekompakan dan motivasi karyawan dalam bekerja jarak jauh atau work from home. Kini semenjak dicabutnya status pandemi Covid-19, perusahaan sudah bisa kembali mengadakan kumpul bersama karyawan, pertandingan olahraga antar divisi atau family gathering secara rutin setiap jangka waktu tertentu.

Kegiatan kebersamaan antar karyawan menciptakan interaksi bersatu yang luar biasa antar karyawan sehingga akan membentuk kekompakan, serta lebih rileks, dan santai di dalam tim kerja meskipun mereka menjalankan work from home juga. Kemampuan penggunaan teknologi yang awalnya menjadi faktor hambatan, kini sudah semakin maksimal penggunaannya sebagai penunjang proses bekerja secara jarak jauh. Hubungan interpersonal antar karyawan selama menjalankan pola kerja dari rumah harus selalu tetap terjaga. Sesama karyawan harus bisa menyatu sepenuhnya walaupun diterapkan pola kerja dari rumah. Hal ini dikarenakan manusia sedemikian kompleksnya sehingga lingkungan kerja harus dibuat saling menghargai dan menyatu karena ini adalah kunci kesuksesan dalam menjalani work from home dan berkinerja baik di perusahaan. Jika kita saling menghargai maka kita akan dihargai juga oleh orang lain. Fleksibilitas diberikan sebagai kebebasan yang tinggi untuk karyawan bekerja, namun mereka harus tetap pada koridor kewajiban pekerjaannya.

Tetap harus ada pertemuan di satu tempat yang sama secara fisik walaupun kita menjalankan work from home, karena dalam pengelolaan perusahaan kita hanya manusia biasa. Di dalam perusahaan terdapat juga pekerjaan yang biasanya berhubungan dengan administrasi atau pengelolaan data bersifat privasi dan penting bagi perusahaan perbankan. Sehingga harus mengandalkan aplikasi sistem perusahaan yang terdapat di komputer kantor untuk terkait proses pengerjaannya. Pekerjaan ini kurang bisa mengandalkan work from home saja, harus bekerja dari kantor juga. Aplikasi sistem perusahaan ada yang tidak dapat dioperasikan dengan remote desktop dari jarak jauh, sehingga menghambat kinerja karyawan jika mereka hanya bekerja secara work from home saja. Seiring dengan pembiasaan sistem work from home, kualitas komunikasi secara daring sudah baik karena karyawan perusahaan sudah mampu mengumpulkan informasi terkait yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan sambil meminimalkan miscommunication.

Frekuensi komunikasi sudah semakin terbiasa dalam mendukung kualitas kinerja mereka, meskipun lebih sering dilakukan secara daring daripada tatap muka langsung ketika menjalankan work from home. Komunikasi antar karyawan sudah baik untuk memahami makna dari pesan yang disampaikan. Hal ini berdampak pada kualitas kinerja karyawan secara keseluruhan dan pemahaman makna pesan yang diterima oleh mereka. Mudah untuk berbicara secara terbuka berbagi informasi kepada semua karyawan perusahaan. Mudah juga untuk meminta saran atau elaborasi informasi dari setiap karyawan perusahaan. Namun frekuensi komunikasi secara daring lebih sering dilakukan, daripada tatap muka langsung yang dinilai lebih kuat. Meskipun komunikasi secara daring terdapat keterbatasan, namun karyawan secara menyeluruh dapat dengan baik menguraikan informasi yang dibagikan dengan karyawan lain.

Karyawan dapat menerapkan komunikasi yang lebih baik dengan selalu mengatur nada komunikasi, mengedepankan keterbukaan atau transparansi dalam bersosialisasi, dan berargumen atau memberikan pendapat secara jujur. Hal ini bertujuan agar dapat meningkatkan kepercayaan, menghormati pendapat orang lain bahkan jika itu bertentangan dengan pendapat pribadi, dan selalu menyampaikan sesuatu dengan cara yang positif serta lebih mudah dipahami lagi. Selain itu di tengah sudah dicabutnya status pandemi Covid-19 di dunia, dapat ditingkatkan juga antar karyawan saling bertemu tatap muka langsung atau meningkatkan interaksi mereka pada pertemuan yang dihadiri secara langsung minimal sekali seminggu hingga setiap hari. Komunikasi tatap muka langsung dapat lebih menguatkan komunikasi non-verbal dan meningkatkan kenyamanan.

Komunikasi antar karyawan sudah semakin baik untuk memahami makna dari pesan yang disampaikan. Hal ini berdampak pada terpenuhinya kebutuhan akan berbagai informasi yang jelas dalam menunjang proses mengerjakan pekerjaan di dalam perusahaan. Informasi tersebut digunakan untuk membuat keputusan penting dalam mencapai kesepakatan yang dibagikan secara bebas di antara karyawan. Selalu menghindari misscommunication di dalam perusahaan, meskipun karyawan terlihat sudah memahami secara jelas perannya masing-masing di dalam tim kerja dari yang menjadi tanggung jawabnya. Bekerja secara lebih efektif lagi dalam memprediksi hambatan pada pekerjaan sehingga secara langsung dapat mencari celah peluang bersama dengan karyawan yang lainnya. Diharapkan pihak manajemen perusahaan lebih memperhatikan lagi penerapan komunikasi di dalam perusahaan agar tetap tercipta suasana yang harmonis, khususnya pada peningkatan efektivitas hubungan kerja dan komunikasi antara atasan dan bawahan atau antar karyawan. Hal-hal tersebut tentunya harus selalu dikondisikan sesuai pada pola bekerja work from home.

Tetap lebih banyak melakukan komunikasi di dalam tim kerja dengan berbagai platform virtual atau memperbanyak bertemu secara langsung, di tengah sudah dicabutnya status pandemi Covid-19 di dunia. Hal ini adalah hal utama dalam membangun hubungan antar karyawan yang lebih kuat dan bertukar pikiran lebih efektif. Pihak manajemen perusahaan diharapkan lebih memperhatikan lagi perihal komunikasi di dalam perusahaan dengan cara lebih meningkatkan komunikasi antar atasan dengan bawahan atau antar karyawan. Kinerja dan kepuasan karyawan dapat meningkat berkat eratnya komunikasi antar karyawan perusahaannya. Karyawan diharapkan dapat lebih memahami seberapa efektif komunikasi yang mereka lakukan, baik antar atasan dengan bawahan atau sesama karyawan perusahaan. Pekerjaan sehari-hari bisa dibuat lebih fleksibel lagi oleh karyawan, dengan selalu memprioritaskan mendengar ide atau pendapat antar karyawan untuk menghindari konflik, dan selalu menjaga terciptanya budaya organisasi yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun