Mohon tunggu...
Mohamad  Afandi
Mohamad Afandi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senjaku Hilang

16 Mei 2018   09:03 Diperbarui: 16 Mei 2018   09:02 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

memainkan opera gila

Aku berada di zaman yang mestinya sudah terbiasa

dimana kata pergi dan kehilangan seperti cerobong asap awak kapal.

Ia menuju samudera, sedang tuhan melihat kesepian yang nyata.

Penyesalan terus saja berjatuhan seperti embun yang semakin banyak turun, semakin menyadarkan bahwa basah adalah nyata, bahwa kepergian dan kehilangan adalah nyata.

Buyar begitu saja, tidak diperdulikan oleh waktu.

Akan ada ribuan kehilangan,

ribuan kehadiran yang tak bisa kita hindari.

Sebab hidup hanya menjamu yang datang dan membekali yang pergi.

Matahari mulai terbit, merobek gelapnya langit.

Menghapus senja, memberi ruang kepada waktu berucap nyata.

bangunlah, sambut yang datang sebelum petang.

Gorontalo, 15 Mei 2018.

PRAJAK-Pria Sajak

MA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun