Mohon tunggu...
Moh AzizanAbdi
Moh AzizanAbdi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ada

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hitungan Weton Jawa sebagai Mediator Perjodohan di Desa Lombok Kulon

21 Juni 2022   01:51 Diperbarui: 21 Juni 2022   01:59 2060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

. Juga amal jariyah yang lain Lombok Kulon adalah nama sebuah desa di Bondowoso yang dimana masyrakatnya didominasi oleh suku jawa, dari nama desa nya saja kita sudah bisa memastikan bahwa sesepuh atau pendahulu yang membabat desa ini berasal dari suku jawa, Lombok yang berarti cabai dan Kulon yang berarti Barat.

Ada sebuah pepatah yang bertuliskan, "bila gajah mati meninggalkan gading dan harimau mati meninggalkan belang") begitu pula dengan dengan sesepuh desa Lombok Kulon dimana meninggalkan sebuah adat dan tradisi yang sampai saat ini masih di percayai bahkan masih di praktekkan oleh sebagian masyarakat desa Lombok Kulon sampai saat ini yakni Tradisi hitungan weton.

Di desa Lombok kulon, kecamatan wonosari, kabupaten bondowoso. Praktek dalam perhitungan waton di desa lombok kulon selain dalam perjodohan juga digunakan ketika lamaran, pernikahan dan jual beli serta pembanguanan rumah.

Sehubungan dengan perjodohan, umumnya masyarakat Lombok kulon masih menggunakan hitungan tanggal lahir atau weton yang mana memiliki arti perjumlahan hari dalam seminggu yaitu (senin, selasa, rabo, kamis, jum'at, sabtu, dan minggu) juga hari yang terdapat pada pasaran jawa yaitu (legi, pahing, pon, wage, kliwon) dengan mengotak-ngatik pada hitungan tanggal-tanggal tersebut akan menemukan hasilnya, 

apakah anaknya ketika menikah dengan melamarnya akan mempunyai nasib baik atau krang baik.

Agar mengetahui baik atau krang baiknya calon pasangan pengantin maka dari pihak pria menghitung neptu kedua calon pengantin di jumlah keduanya, kemudian dihitung jika selesai sampek lima kemudian kembali dari satu, dengan seterusnya sehingga sampai pada jumlah penggabungan bilangan neptu kedua calan pegantin tersebut.

Sebab pernikahan merupakan kegiatan yang sacral, maka dengan itu masyarakat desa lompok kulon harus sangat benar pemperhitungkan weton untuk calon pengantin. Sebagian masyarakat desa Lombok kulon penggunaan perhitungan weton sangat penting. Kekentalan tradisi masyarakat Lombok kulon ini begitu kuat, menjadikan proses islamisasi menampilkan corak serta berbagai ragam dari sistem keyakianan dan keagamaan yang unik.


Berikut contoh penghitungan weton jawa dan sebagai bukti primer:

Dokpri
Dokpri

Agar mengetahui baik atau krang baiknya calon pasangan pengantin maka dari pihak pria menghitung neptu kedua calon pengantin di jumlah keduanya, 

kemudian dihitung jika selesai sampek lima kemudian kembali dari satu, dengan seterusnya sehingga sampai pada jumlah penggabungan bilangan neptu kedua calan pegantin tersebut. Dengan patokan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun