Mohon tunggu...
Moerni Tanjung
Moerni Tanjung Mohon Tunggu... Editor - founder of https://moerni.id

a father and a writer

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Tangan Mas Eka

8 September 2022   16:21 Diperbarui: 8 September 2022   23:18 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendiang Eka Tjipta Widjaja. Foto: Kompas

Eka pun mulai panik. Ayam dan kopinya tak laku. Kalau semuanya terus begitu, modal bisa habis. Bangkrut lagi. Sementara tujuan belum tercapai.

Akal cerdik berbisik. Ia harus mendekati komandan pasukan Jepang itu. Mengajaknya bicara. Membujuknya. Agar mau ke kedainya. Makan ayam dan minum kopi.

Tapi kan tidak mudah? Eka mengeluarkan senjata andalan. Ia menawarkan sang komandan makan ayam gratis. Tapi hanya sepotong saja. Bisa rugi kalau gratis semua.

Sang Komandan setuju. Ia datang ke kedai. Minum kopi makan ayam. Sang komandanpun senang. Lalu memerintahkan anak buahnya untuk makan minum di kedai. Eka lega. Dagangannya laku. Bisa dapat uang.

Tapi bukan itu tujuan utamanya. Setelah membuat sang komandang Jepang senang dengan jamuan ayam dan kopi gratis. Ia membujuk komandang soal rongsokan yang dibuang di pantai.

Sang komandan dengan senang mempersilahkan Eka membawa barang rongsokan itu. Hebatnya tanpa membayar sepeserpun, gratis.

Eka kegirangan. Ia bergegas mencari orang untuk mengangkut rongsokan-rongsokan itu. Saking banyaknya rongsokan itu, halaman rumahnya-termasuk halaman rumah tetangga penuh oleh rongsokan.

Pelan-pelan Eka memisahkan rongsokan tersebut. Besi bengkok diluruskan. Semen keras dipinggirkan. Yang utuh disimpan. Terigu yang terbakar dibersihkan. Bagian  yang terbakar dibuang. Yang masih bagus dipisahkan. Dikarungi lagi. Dijahit lagi sesempurna mungkin. Agar bisa dijual lagi.

Ajaibnya barang yang tadi dibuang-buang memberikan keuntungan. Rongsokan yang tadinya sampah berubah jadi cuan. Terigu dijual lagi. Besi dijual lagi. Semua habis dijual. Dapat uang banyak.

Yang tak dijual hanya semen. Semen ia gunakan untuk membangun kuburan oran kaya. Ia mendadak menjadi kontraktor pembangun kuburan setelah ada yang datang menawarkan kerjasama. Beberapa kuburan hasil karya Eka mash bisa dilihat di dekat bandara Makassar.

Hitung punya hitung, ia cuan Rp20 ribu dari rongsokan itu. Uang yang tak sedikit untuk zaman itu. Harga rumah dinding bata saja waktu itu hanya Rp1.000.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun