Mohon tunggu...
Moerni Tanjung
Moerni Tanjung Mohon Tunggu... Editor - founder of https://moerni.id

a father and a writer

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Tangan Mas Eka

8 September 2022   16:21 Diperbarui: 8 September 2022   23:18 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendiang Eka Tjipta Widjaja. Foto: Kompas

Ia makin percaya diri. Dengan modal yang besar ia mulai naik kelas. Bisnis minyak goreng. Daerah Selayar, Selatan Sulawesi dikenal sebagai penghasil minyak goreng. Ia pun ke sana. Naik kapal semalaman.

Ia borong minyak goreng. Makin banyak beli. Karena dapat diskon 20 persen. Sebab beli cara kontan.

Namun selang beberapa hari kemudian, saat masih berada di Selayar. Pemerintah Jepang memonopoli penjualan minyak goreng. Dengan mengeluarkan aturan bahwa penjualan semua minyak goreng swasta hanya boleh melalui Mitsubishi. Dengan harga jual ditetapkan Rp1,5 per litter.

Eka pusing tujuh keliling. Minyak goreng yang dibeli Rp4.000 per 18 litter harus dijual sangat murah kepada Jepang. Modal berjualan rongsokan habis 'disedot' minyak goreng. 'Disedot' monopoli Jepang.

Ia kembali ke Makassar. Memulai usaha baru. Usaha pembuatan roti dan gula. Kali ini ia berhasil lagi. Ia seolah punya tangan mas. Apa yang dipegang pasti berhasil. Kali ini ia bahkan bisa beli mobil. Dua sekaligus. Satu mobil beli secara inden Rp70 ribu. Satunya lagi dibeli dari kawan Rp30 ribu.

Eka naik kelas. Jadi orang terpandang di Makassar. Mantan kepala sekolahnya pun sempat membukakan pintu mobilnya. Saat ia datang berkunjung ke sekolah.

Takdir kembali datang menguji. Perang kemerdekaan meledak. Keadaan kacau lagi. Jalur logistik putus. Pasokan bahan baku gula dan lain-lain juga putus. Eka bangkrut lagi. Untuk kali ketiga.

Tapi setelah itu ia yakin dan percaya bisa bangkit. Karena sudah tiga kali bangkrut. Semua dijual. Termasuk dua mobil yang jadi kebanggaan. Ia 'gowes' lagi. Keliling Makassar lagi. Itu terjadi sekitar tahun 1948.

Tapi kebangkrutan ketiga ini berbeda dari sebelumnya. Kali ini ia merasa seluruh orang di Makassar mengejeknya. Orang-orang yang biasanya ramah-membukakan pintu mobil kini enggan menyapa. Menolehpun tidak.

Eka benar-benar terpuruk. Stress berat. Harga dirinya habis. Malu bukan kepalang. Sampai-sampai malu pulang.

Ia tak tahan lagi. Memilih menepi. Pergi ke Malino, sekitar satu jam perjalanan dari Makassar. Di daerah pegunungan itu ia berdiam diri. Menyepi. Lebih banyak menghabiskan waktu dengan membaca. Butuh waktu sekitar enam bulan hingga hatinya dingin.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun