Mohon tunggu...
Muhibuddin Aifa
Muhibuddin Aifa Mohon Tunggu... Wiraswasta

Jika Membaca dan Menulis adalah Cara yang paling mujarab dalam merawat Nalar, Maka Kuliah Adalah Pelengkapnya.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pakde Adi, Rombong Bakso Aceh Asal Solo: Hidup Ini Harus Naik Kelas

30 Agustus 2020   14:04 Diperbarui: 31 Agustus 2020   04:26 1325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warung Bakso Pak Adi. (Foto Koleksi Bakso Adi)

Malam menjelang, usai shalat magrib, saya bertandang ke sebuah kuliner bakso asal kota Solo. Saya melihat tempat tersebut selalu ramai pengunjungnya. Saya dekati pria paruh baya, yang selalu menyambut pembeli dengan senyumannya. 

“Pakde ijek eneng bakso ne? (Masih ada baksonya)?” Tanya saya dalam Bahasa Jawa. Sejurus kemudian sembari membuka penutup kuah bakso dijawabnya, :“yo enenglah, ijek akeh tenan iki (ya masih ada, masih banyak ini).

Saya dan Pakde sudah terbiasa ngobrol dengan Bahasa Jawa campur Indonesia. Tidak begitu sulit bagi saya berbicara dalam Bahasa Jawa, karena saya pernah mempelajarinya saat tinggal di pedalaman Aceh Utara. Kebetulan rumah orangtua berdekatan dengan penduduk Transmigran asal pulau Jawa.

Tempat usaha baksonya berukuran lebar 4 meter dengan panjang 16 meter per unit ruko. Sebagaimana layaknya ruko standar pada umumnya. Pakde menyewa 2 unit ruko yang berdempetan, jika ditotal tempat usaha Pakde berkuran sekitar 8 X 16  atau 128 M². Harga sewanya sebesar Rp.50 Juta pertahun. 

“Dulu belum semaju ini usaha saya” kenang owner gerai bakso tersebut. Pakde Adi telah membuka usaha baksonya sekitar tahun 1978. Semula ia berjualan keliling, menggunakan gerobak dari satu tempat ketempat lain.

Baru sekitar tahun 2013, Pakde memperluas usahanya dengan menyewa satu muka ruko. Selanjutnya, karena sudah banyak pelanggan dan omset-pun meningkat. Pakde lantas pindah ke lokasi lain, tak jauh dari lokasi dulu, dengan menyewa dua ruko.

Bakso ini sudah sangat dikenal se-antero kota Banda Aceh dan Aceh Besar. Pelanggannya dari berbagai kalangan: mahasiwa, ibu-ibu, remaja hingga kalangan pejabat kotapun, sering mencicipi bakso Pakde.

Usaha Bakso ini termasuk dalam kategori UMKM berbasis rumah tangga. Usaha kuliner Bakso Pakde Adi, telah mempekerjakan 10 orang. Artinya, seandai ada 10 orang yang membuka usaha sepertinya, maka akan membuka lapangan kerja untuk 100 orang pengangguran di Indonesia.

Gerobak Legend

Salah Satu Menu Mie Bakso Adi, Sumber Foto dimanaja.com
Salah Satu Menu Mie Bakso Adi, Sumber Foto dimanaja.com

Memulai usaha sekitar 42 tahun silam, dengan menggunakan gerobak, membuat Pakde menjadi penjual Bakso yang sangat melegenda di kota Banda Aceh. Gerobak bakso legend milik Pakde berwarna biru. Gerobak tersebut tidak jauh beda dengan gerobak bakso pada umumnya.

Gerobaknya berukuran sedang. Hanya muat untuk peralatan bakso, tungku perapaian, gas silinder ukuran 2 kg, beberapa mangkok bakso, gelas dan sendoknya serta ember berisi air untuk mencuci mangkok.

Dengan mata sedikit berkaca, Pakde berkata, :“Gerobak tua ini telah menemani saya, kurang lebih 42 tahun”. Kurun waktu yang sebenarnya tidak singkat, jika dikonversikan dalam periode pembangunan jangka panjang. UMKM yang telah berlangsung selama delapan kali pemilihan umum.

Hingga kini gerobak bakso legend masih berdiri manja didepan toko Pakde. Penempatan mie dan bakso dan untuk memasak kuahnya masih dilakukan pada gerobak tersebut. Keberadaan gerobak tersebut sebagai lambang keaslian dari usaha baksonya. Sekaligus sebagai saksi bisu dari beratnya perjuangan seorang pemuda dari Solo Jawa Tengah.

Proses Pengolahan

Bersama Pakde Adi, Owner Bakso Adi, Dibelakang Kami adalah Gerebok Legend yang sudah menemani Pakde Selama 42 Tahun (Foto Koleksi Pribadi)
Bersama Pakde Adi, Owner Bakso Adi, Dibelakang Kami adalah Gerebok Legend yang sudah menemani Pakde Selama 42 Tahun (Foto Koleksi Pribadi)

Untuk proses pengolahan tidak jauh beda dengan bakso lainnya. Yang perlu diperhatikan adalah tingkat kebersihan tempat dan peralatannya serta bahan baku yang masih segar. 

Bakso buatan Pakde bahan baku utamanya adalah daging sapi dicampur tepung serta aneka rempah-rempah. Pakde tidak menyebutkannya secara rinci, barangkali masih menjadi resep rahasia keluarganya.

Racikan kuah bakso inilah barangkali yang menjadi penentu cita rasa khasnya. Pakde mencampurkan rempah-rempah yang diolahnya sendiri. Dari kejauhan, aroma khasnya sudah tercium, menggugah selera orang-orang yang kebetulan lewat didepan ruko bakso Pakde.

Sementara mie sebagai pelengkap cita rasa bakso diperoleh dari penggiat mie kuning mentah di Pasar Pagi, seputaran Banda Aceh. Untuk mie putihnya, Pakde menggunakan mie berbahan baku jagung yang membuatnya tidak mudah putus dan terasa lebih lembut. Mie putih ini bisa didapatkan dengan mudah di pasar.

Cita Rasa Bakso Solo

Bakso solo racikan Pakde memiliki cita rasa yang luar biasa lezat. Itu terbukti dengan banyaknya pelanggan yang mengunjungi untuk menikmati Bakso Solo Pakde. Tiap hari rata-rata Pakde menerima sekitar 200 orang lebih pembeli yang mengunjungi gerainya.

Ada yang makan ditempat, dan ada juga yang take away, dibawa pulang untuk untuk dicicipi bersama keluarga dirumah atau kadang orang-orang kantoran. Mengenai harganya, bisa dibandrol mulai Rp. 10 ribu s.d Rp. 21 ribu per mangkoknya. Harga tersebut tergantung jenis menunya.

Strategi Pemasaran

Bakso Pakde Adi, pada awalnya hanya melakukan pemasaran dengan cara yang sangat sederhana. Beliau berkeliling di beberapa pusat keramaian kota Banda Aceh, para pelanggan sudah mulai hafal tentang titik lokasi yang akan di singgahi oleh Pakde.

Ibaratnya ada jam tayang tertentulah di tiap-tiap lokasi, disamping itu Pakde juga menyebarkan semacam brosur tentang dagangannya. Seiring dengan berkembangnya usaha tersebut, anak Pakde sudah mulai memperkenalkan usahanya di medsos.

Untuk mendapatkan akses lokasi, dan tentang usahanya cukup mengetik key word “Bakso Adi Lampaseh Kota Banda Aceh”, dengan mudah kita akan sampai kelokasi. Bakso Adi juga bisa dipesan melalui gofood dengan mengetik kode “Bakso Adi, Lampaseh” tersedia dengan berbagai pilihan menu bakso.

Bagi anda yang berada di wilayah kota Banda Aceh dan Aceh Besar, bisa memesannya via gojek, atau langsung menghubungi nomor HP.0823 6525 6666. 

Lokasi Bakso Pakde Adi

Bakso Pakde ini berlokasi di seputaran kota Banda Aceh, sekitar 300 Meter dari pusat pembelanjaan pasar Aceh. Atau tepatnya di jalan Rama Setia No.192, dusun pendidikan Lampaseh kota kecamatan Kuta Raja Banda Aceh.

Memberdayakan Tenaga Kerja Lokal

Usaha ini telah mempekerjakan 10 orang tenaga kerja, ada yang berasal dari Solo dan ada juga tenaga lokal (Aceh). Mereka bertugas melayani pelanggan, dibagi dalam dua shift. Pertama bekerja dari pukul, 07:30 WIB sampai pukul 15:00 WIB , kemudian dilanjutkan oleh tim kedua dari pukul, 15 : 00 WIB pagi dengan jam 11: 30 WIB.

Gaji karyawan sekitar Rp.70 ribu perhari, ataupun bisa juga diambil per bulan. Kalau kita kalkulasikan perbulan sekitar Rp. 2.100.000, jika kerjanya full 30 hari. Karyawan mendapatkan fasilitas free makan dan tempat tinggal.

Omset Bulanan

Setiap bulannya Pakde bisa mengantongi laba bersih dari jualan bakso sebesar Rp.15 Juta s/d Rp. 20 juta. Terkadang bisa lebih, saat bertepatan dengan lebaran puasa dan lebaran haji. Dari hasil penjualan bakso ini diinvestasikan dalam bentuk rumah, emas, dan tanah.

Melebarkan Usaha

Dua Roko yang disewa oleh Pakde Adi untuk Usaha Baksonya, tampak dari depan dan bagian dalam (Foto Koleksi Bakso Adi)
Dua Roko yang disewa oleh Pakde Adi untuk Usaha Baksonya, tampak dari depan dan bagian dalam (Foto Koleksi Bakso Adi)

Pakde telah membuka 1 cabang Bakso yang dikelola oleh anaknya. Berlokasi di seputaran Lambaro, sekitar 15 Km dari induk usahanya. Pakde merasa senang, salah satu anaknya sudah bisa mandiri dengan membuka cabang usaha bakso.

Pakde berharap usaha ini bisa menular pada anaknya yang lain, termasuk bagi karyawannya yang telah lama bekerja. Jika mereka berniat membuka usaha bakso, Pakde dengan senang hati akan mendukungnya. Lebih lanjut Pakde mengatakan, : “kan tidak mungkin mereka selamanya akan jadi karyawan. Hidup itu perlu naik kelas. Hari ini karyawan, kedepannya harus jadi bos dong”. 

Pahit Manisnya Menjadi Penjual Bakso

Saat jauh dari keluarga besar, yang berada di seberang pulau, tepatmya di Solo, Jawa Tengah, terkadang membuat Pakde harus merasakan kesedihan mendalam. 

Belum lagi ketika mengingat saat-saat di mana merintis usahanya dari bawah. Dia dihadapkan pada berbagai cobaan, seperti pasang surutnya pendapatan, keluhan pelanggan, kondisi alam seperti Tsunami dulu serta hal-hal lain di luar prediksinya.

Yang terberat adalah masa-masa konflik yang kerap melanda Aceh di sekitar tahun 1990-an hingga 2005. Kadang mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari sekelompok orang yang mengatas namakan dirinya pejuang Gerakan Aceh Merdeka (GAM). 

Tentu tidak mudah bagi orang Jawa untuk bertahan pada masa-masa konflik di Aceh. “Alhamdulillah sekarang sudah damai. Setelah Tsunami di Aceh, sekitar bulan Agustus 2005, Pemerintah RI dan GAM sepakat berdamai” tutur Pakde.

Pakde yakin, benih niatnya baiknya, lillahi Taa’la untuk mencari rezeki, membantu memberikan pekerjaan pada sesama, pada saatnya akan berbuah. Alhamdulillah dia selalu mendapat kemudahan jalan dalam merintis usahanya, hingga dapat mengembangkan usahanya seperti sekarang.

Harapan Kedepan

Pakde berharap, kedepan, usahanya semakin berkembang, akan ada tumbuh cabang-cabang Adi Bakso lainnya di seluruh Aceh. Tentu saja bukan perkara mudah bagi perantau seperti Pakde, yang tekadnya meninggalkan kampung halaman dan hanya bisa pulang pada momen tertentu. Itu semua dikorbankan demi kepastian sebuah masa depan yang lebih baik.

“Saya mempunyai tiga orang anak, yang nantinya akan mewarisi usaha ini. Sebelum saya meninggal nanti, semoga sudah terbuka dua sampai tiga cabang lainnya. Dengan terbukanya cabang Bakso Adi yang lain, berarti saya sudah berpartisipasi dalam mengurangi pengangguran”.

Melihat semangat dan keyakinan Pakde, di usianya yang sudah tidak muda lagi, sungguh menyentuh dan menginspirasi. Semangat dan perjuangan Pakde, mestinya bisa jadi bahan penyemangat kita semua. 

Di tengah sulitnya mendapatkan pekerjaan, persaingan yang semakin ketat, usaha bakso Pakde Adi mampu menjawab persoalan tersebut dengan memperkerjakan 10 orang karyawannya.

Yang sangat menguntungkan lagi adalah, di masa pandemi ini, ternyata UMKM model ini tidak terlalu dirasakan imbasnya. Seolah bebas dari ancaman resesi ekonomi. Bakso Pakde Ade konsisten dengan usahanya, dengan kunjungan setia dari pelangganya.

Terlebih, yang patut diapresiasi adalah, menyelipkan protokol kesehatan pada usaha kecilnya. Seolah menyimpan pesan mendalam yang ingin disampaikan. 

Bahwa Rombong Bakso pun, bisa tampil keren, tetap mengedepankan prinsip cuci tangan (Hand Hygiene), jaga jarak (Social Distancing), dan mengenakan masker. Yang terakhir disebut (Masker), tentunya harus dilepas saat menikmati baksonya. Bravo Pakde!

Banda Aceh, 30 Agustus 2020

Moehib Aifa

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun