Omset Bulanan
Setiap bulannya Pakde bisa mengantongi laba bersih dari jualan bakso sebesar Rp.15 Juta s/d Rp. 20 juta. Terkadang bisa lebih, saat bertepatan dengan lebaran puasa dan lebaran haji. Dari hasil penjualan bakso ini diinvestasikan dalam bentuk rumah, emas, dan tanah.
Melebarkan Usaha
Pakde telah membuka 1 cabang Bakso yang dikelola oleh anaknya. Berlokasi di seputaran Lambaro, sekitar 15 Km dari induk usahanya. Pakde merasa senang, salah satu anaknya sudah bisa mandiri dengan membuka cabang usaha bakso.
Pakde berharap usaha ini bisa menular pada anaknya yang lain, termasuk bagi karyawannya yang telah lama bekerja. Jika mereka berniat membuka usaha bakso, Pakde dengan senang hati akan mendukungnya. Lebih lanjut Pakde mengatakan, : “kan tidak mungkin mereka selamanya akan jadi karyawan. Hidup itu perlu naik kelas. Hari ini karyawan, kedepannya harus jadi bos dong”.
Pahit Manisnya Menjadi Penjual Bakso
Saat jauh dari keluarga besar, yang berada di seberang pulau, tepatmya di Solo, Jawa Tengah, terkadang membuat Pakde harus merasakan kesedihan mendalam.
Belum lagi ketika mengingat saat-saat di mana merintis usahanya dari bawah. Dia dihadapkan pada berbagai cobaan, seperti pasang surutnya pendapatan, keluhan pelanggan, kondisi alam seperti Tsunami dulu serta hal-hal lain di luar prediksinya.
Yang terberat adalah masa-masa konflik yang kerap melanda Aceh di sekitar tahun 1990-an hingga 2005. Kadang mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari sekelompok orang yang mengatas namakan dirinya pejuang Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Tentu tidak mudah bagi orang Jawa untuk bertahan pada masa-masa konflik di Aceh. “Alhamdulillah sekarang sudah damai. Setelah Tsunami di Aceh, sekitar bulan Agustus 2005, Pemerintah RI dan GAM sepakat berdamai” tutur Pakde.