Gerobaknya berukuran sedang. Hanya muat untuk peralatan bakso, tungku perapaian, gas silinder ukuran 2 kg, beberapa mangkok bakso, gelas dan sendoknya serta ember berisi air untuk mencuci mangkok.
Dengan mata sedikit berkaca, Pakde berkata, :“Gerobak tua ini telah menemani saya, kurang lebih 42 tahun”. Kurun waktu yang sebenarnya tidak singkat, jika dikonversikan dalam periode pembangunan jangka panjang. UMKM yang telah berlangsung selama delapan kali pemilihan umum.
Hingga kini gerobak bakso legend masih berdiri manja didepan toko Pakde. Penempatan mie dan bakso dan untuk memasak kuahnya masih dilakukan pada gerobak tersebut. Keberadaan gerobak tersebut sebagai lambang keaslian dari usaha baksonya. Sekaligus sebagai saksi bisu dari beratnya perjuangan seorang pemuda dari Solo Jawa Tengah.
Proses Pengolahan
Untuk proses pengolahan tidak jauh beda dengan bakso lainnya. Yang perlu diperhatikan adalah tingkat kebersihan tempat dan peralatannya serta bahan baku yang masih segar.
Bakso buatan Pakde bahan baku utamanya adalah daging sapi dicampur tepung serta aneka rempah-rempah. Pakde tidak menyebutkannya secara rinci, barangkali masih menjadi resep rahasia keluarganya.
Racikan kuah bakso inilah barangkali yang menjadi penentu cita rasa khasnya. Pakde mencampurkan rempah-rempah yang diolahnya sendiri. Dari kejauhan, aroma khasnya sudah tercium, menggugah selera orang-orang yang kebetulan lewat didepan ruko bakso Pakde.
Sementara mie sebagai pelengkap cita rasa bakso diperoleh dari penggiat mie kuning mentah di Pasar Pagi, seputaran Banda Aceh. Untuk mie putihnya, Pakde menggunakan mie berbahan baku jagung yang membuatnya tidak mudah putus dan terasa lebih lembut. Mie putih ini bisa didapatkan dengan mudah di pasar.
Cita Rasa Bakso Solo
Bakso solo racikan Pakde memiliki cita rasa yang luar biasa lezat. Itu terbukti dengan banyaknya pelanggan yang mengunjungi untuk menikmati Bakso Solo Pakde. Tiap hari rata-rata Pakde menerima sekitar 200 orang lebih pembeli yang mengunjungi gerainya.