Mohon tunggu...
Muhibuddin Aifa
Muhibuddin Aifa Mohon Tunggu... Perawat - Wiraswasta

Jika Membaca dan Menulis adalah Cara yang paling mujarab dalam merawat Nalar, Maka Kuliah Adalah Pelengkapnya.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Peluang Anies 2024: Memanfaatkan atau Dimanfaatkan

26 Agustus 2020   21:07 Diperbarui: 26 Agustus 2020   21:12 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto (FB: Anies Baswedan)

Pemilihan presiden masih lama. Kontestan tersebut akan dilangsungkan pada tahun 2024, namun geliat untuk mengusung bakal calon sudah mulai disuarakan dengan berbagai pemberitaan media sosial. Dengan berbagai spekulasi yang muncul, tentunya melalui asumsi dan prediksi masing-masing, mulai dari issu Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini daan tak luput juga Anies Baswedan.

Setiap bakal calon yang diisukan bukan tanpa alasan. Prediksi tersebut tentunya melihat sepak terjang dan track record mereka yang memang telah lama melanglang buanan di dunia perpolitikan.

Untuk saat ini mungkin masih terlalu dini untuk menilai tentang elektabilitas mereka. Semua tergantung hasil survey nantinya, serta lobi-lobi politik dari ketiga partai (PDI-P, Gerindra, dan Golkar) yang memiliki kursi terbanyak di parlemen.

Dari sekian banyak nama yang diisukan selama ini, penulis mencoba melirik tentang sosok Anies Baswedan yang saat ini masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Banyak pendapat juga mulai berbicara tentang dirinya, baik tentang, karirirnya, peluang maupun tantangan Anis kedepan.

Anies is The Big Guy

Salah seorang Pengamat politik Adi Prayitno mengatakan "Anies memiliki magnet elektoral. Dia gubernur, media darling, dan dianggap sebagai figur yang berseberangan dengan pemerintah. Kalau cari pemimpin di luar pemerintah, yang selalu berhadap-hadapan, Anies penantang satu-satunya yang muncul," tutur Adi. (wartaekonomi.co.id)


Jika dilihat dari segi figur dan ketokohannya, Anies memang layak untuk maju sebagai presiden. Namun yang namanya politik, perlu juga memperhatikan aroma yang disukai oleh partai.

Kekurangan dan sekaligus kelebihan Anies, ia 'tidak' memiliki partai. Jadi, saat ia memiliki elektabilitas tinggi ia bisa dipinang oleh partai manapun. Meskipun  dengan tidak berpartai juga tidak akan membuatnya tersingkir dari bursa capres, akibat tidak adanya perahu sebagai kendaraan untuk menuju istana.

Anies Akademis yang Cemerlang

Anies bukanlah sembarang orang. Selain cerdas, dia juga mewarisi darah pahlawan kemerdekaan Indonesia, yaitu Abdurrahman Baswedan. Dirinya memiliki karir yang cemerlang didunia pendidikan. Semasa SMA beliau telah mendapatkan kepercayaan untuk mengikuti program pertukaran pelajar ke Amerika.

Saat melanjutkan S-2, berkesempatan mengambil beasiswa dan kuliah di Amerika. Beliau mengambil studi master bidang International Security and Economic Policy di University of Maryland, College Park.

Tidak hanya berakhir disitu, keinginannya untuk terus belajar membawanya untuk melanjutkan studinya setelah mendapat beasiswa program doktoral dari Northern Illinois University. Ia menulis disertasi mengenai "Otonomi Daerah dan Pola Demokrasi di Indonesia".

Beliau benar-benar mendapatkan kasta tertinggi di dunia pendidikan yaitu, bergelar profesor (Prof Anies Baswedan Ph.D). Namun karena regulasi di Indonesia yang mengatur bila terjun ke politik, gelar guru besar (profesor) akan dicabut, terakhir ia menanggalkan gelar profesornya untuk memantapkan diri terjun kedunia politik.

Menjadi inisiator pada gerakan Indonesia Mengajar, kepeduliannya terhadap pendidikan tidak hanya sampai disitu. Anies menjadi rektor termuda kala itu, ketika dilantik sebagai rektor Universitas Paramadina dalam usia 38 tahun.

Karir Politik Anies

Anies Jadi Pewawancara Pada Salah Program Tanah Merdeka di TVRI Jogyakarta (jogja.suara.com)
Anies Jadi Pewawancara Pada Salah Program Tanah Merdeka di TVRI Jogyakarta (jogja.suara.com)

Bakat leadership-nya memang sudah teruji sangat bangku SMP sebagai Ketua pelaksana Tutup Tahun disekolahnya, saat SMA ia menjadi Ketua OSIS. Begitupan pada masa kuliah dirinya menjadi ketua Senat Universitas Gajah Mada (UGM). Sekitar tahun 2009 Anies pernah menjadi moderator untuk acara Debat Pilpres 2009, Pada saat itu capresnya adalah, Soesilo Bambang Yodhoyono (SBY), Jufus Kalla (JK), dan Megawati Soekarnoputri.

Barulah pada tahun 2014, Anies terlibat dalam politik praktis sebagai Juru Bicara pasangan Capres Jokowi-JK. Kehadirannya sebagai jubir saat itu, mampu menyampaikan pesan-pesan positif terkait visi-misi dan kelebihan pasangan yang dijagokannya.

Atas keterlibatannya dalam usaha pemenangan capres Jokowi-JK, dan melihat track record karirnya yang luar biasa di dunia pendidikan, Presiden Jokowi pada kabinet kerja priode 2014-2019 mengangkatnya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dari jalur profesional. Namun ia tak sempat menghabiskan masa jabatannya, karena keburu diganti oleh  Muhadjir Effendi pada pertengahan Juli tahun 2016.

Pergantiannya mendikbud tersebut, begitu mengejutkan. Bisa jadi pergantian tersebut mengandung unsur politik dibelakangnya. Yang jelas ia diganti bukan karena ketidak mampuannya dalam mengemban amanat tersebut.

Semasa menjabat sebagai Mendikbud kurang lebih ada 10 kebijakannya dalam memperbaiki tata kelola pendidikan di Indonesia. Mulai dari sistem Ujian Nasional, Kurikulum Nasional, hinggapemerataan Guru ke daerah terpincil.

Hingga beliau menerbitkan himbauan bagi orangtua untuk mengantar anaknya kesekolah, pada hari pertama sekolah. Meskipun kelihatannya sepele, itu berdampak pada psikologis anak, merasakan peran orangtua yang berperan aktif dalam memupuk semangat belajar anaknya.

Karir politiknya kian bersinar saat terpilih dan dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengen Sandi Salahuddin Uno pada tanggal 16 Oktober 2017. Pasangan tersebut menang di Pemilu DKI setelah meraih suara terbanyak dari rivalnya Basuki -- Djarot.

Meskipun masa-masa kepemimpinannya dihadapkan pada masalah yang sangat besar, seperti banjir besar yang merendram Ibukota, diperparah lagi dengan kemunculan Pandemi Covid-19 yang hingga saat ini masih menyerang negeri kita dan dunia, seorang Anies tetap tenang dalam menghadapi masalah tersebut. Beliau selalu hadir guna memberi solusi terhadap masalah tersebut.

Menakar Peluang di Pilpres 2024

Saat ini posisi Anies sebagai Gubernur DKI sangat strategis. Bisa dikatakan Anies sebagai RI-3. Siapa saja yang bisa menguasai Jakarta, berarti orang tersebut seakan-akan selangkah lagi akan menancapkan kakinya di Istana kepresidenan. Berkaca pada pengalaman langkah Jokowi, sebelum menjadi presiden, adalah mantan Walikota Solo dan Gubernur DKI.

Bedanyanya dengan Anies, ia hanya mengusai Jakarta, sementara Jokowi namanya juga begitu mengena di sebagian besar rakyat di pulau jawa. Didukung lagi oleh partai PDI-P yang mempunya basis suara di daerah Jawa tengah.

Anies harus melihat kiri kanan, bila ia ingin meraih elektabilitas tinggi untuk menuju RI-1. Karena tidak dipungkuri jasa Prabowo dan Alumni 212 teramat besar baginya kala itu, hingga membuatnya terpilih sebagai gubernur DKI, tidak bisa begitu sajadi kesampingkan.

Melihat sikapnya yang low profile dan hati-hati dalam berpolitik, bisa saja ia tidak akan mendahului Prabowo. Ini hanya duguaan penulis. Bisa jadi, Anies juga akan bersikap sama dengan Jokowi yang kala itu masih sehaluan dengan Prabowo, hingga Jokowi pun mudah menang di DKI.

Pada akhirnya Jokowi 'membelot'. Karena kala itu popularitasnya sedang meroket. Ia muncul lagi sebagai penantang Prabowo pada pilpres 2014. Jokowi keluar mengatongi predikat pemenang pilpres. Dua kali berturut ia menduduki jabatan sebagai orang nomor satu di negeri ini.

Seperti Air Tenang, Menghanyutkan

Diamnya seorang Anies, seperti air tenang, mengahanyutkan. Bukantidakmungkin, ia akan melakukan hal yang serupa juga, yang pernah dilakukan oleh Jokowi terhadap Prabowo. Apa lagi saat ini, ketika beberapa partai mulai milirik Anies. Salah satunya adalah partai Nasdem yang pernah bermanuver untuk mendukung Anies Baswedan sebagai presiden mendatang.

Sebuah majalah luar negeri pada tahun 2010 menulis "Anies menjadi salah satu dari World's 20 Future Figure dari Majalah Foresightyaitu 20 orang yang diprediksi akan mengubah dunia dalam 20 tahun yang akan datang" 

Semuanya akan terlihat nantinya, menjelang pilpres 2024. Tugas berat Anies saat ini adalah menunjukan kinerja ke publik. Jika ia berhasil memimpin Jakarta, akan sangat menentukan langkahnya di Pilpres mendatang: sebagai calon wakil presiden, maupun presiden.

Kedua jabatan  yang bisa dilakukannya. Anies Baswedan, memiliki kapabilitas yang tidak diragukan. Kecuali, di mata orang-orang yang dari dulu melihatnya hanya dengan sebelah mata.

Banda Aceh, 26 Agustus 2020

Moehib Aifa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun