Mohon tunggu...
_Modestsheeran
_Modestsheeran Mohon Tunggu... Swasta

Tulislah Duniamu, dan Jadilah Mendunia (Untuk memahami Dunia : Baca Buku) (Untuk memahami diri sendiri: Menulislah)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika Demokrasi berubah menjadi Amuk Massa: Rumah Ahmad Sahroni dan Potret Politik Indonesia

30 Agustus 2025   18:55 Diperbarui: 30 Agustus 2025   18:55 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langkah ini justru mempertegas bahwa relasi antara elite politik dan rakyat sedang berada pada titik nadir. Publik melihatnya bukan sekadar soal rotasi, melainkan bukti nyata betapa jarak antara janji dan kenyataan begitu menyakitkan.

Demokrasi Massa atau Anarki?

Pertanyaan besar yang muncul: apakah aksi penggerudukan rumah Sahroni adalah wujud dari demokrasi massa atau sekadar anarki?

Secara normatif, demokrasi memberikan ruang bagi rakyat untuk menyampaikan aspirasi, melakukan protes, bahkan menuntut pertanggungjawaban wakilnya. Namun, ketika protes berubah menjadi perusakan dan penjarahan, esensi demokrasi tercoreng.

Di sisi lain, aksi brutal ini tidak muncul tiba-tiba. Ia lahir dari akumulasi kekecewaan mendalam: korupsi yang tak kunjung selesai, gaya hidup mewah pejabat yang mencolok, dan ucapan-ucapan politisi yang merendahkan rakyat. Ketika saluran formal tidak mampu menyalurkan aspirasi, rakyat mencari jalan sendiri---meski destruktif.

Dengan kata lain, amuk massa adalah gejala dari "krisis representasi" dalam demokrasi Indonesia.

Refleksi Demokrasi di Indonesia

1. Demokrasi yang Tersandera Oligarki

Banyak pengamat menilai bahwa demokrasi Indonesia kini tersandera oligarki. Partai politik dikuasai elite yang dekat dengan modal besar, sehingga rakyat hanya menjadi penonton. Ketika wakil rakyat tampil dengan gaya hidup mewah, jarak sosial semakin nyata.

2. Kegagalan Komunikasi Politik

Ucapan Sahroni adalah contoh kegagalan komunikasi politik. Di tengah gejolak, seorang politisi seharusnya meredakan ketegangan, bukan memprovokasi. Kata-kata yang merendahkan justru memperkeruh keadaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun