Mungkin cerita ini bisa menjadi pelajaran buat para suami untuk lebih hati hati dalam menjalani hidup bersama istri tersayang. Penyesalan cukup datang sekali, kalau bisa bahkan tak usah pernah menyesal dalam setiap detik detak jantungmu.Â
Peristiwa ini dialami oleh orang (sebut saja namanya Kamdi). Â Kamdi, seperti laki-laki lain yang suka petualangan, biasanya juga suka durian. Durian sering dijadikan bukti kejantanan para petualang.Â
Pada awalnya, Kamdi juga enggan makan buah berbau menyengat tersebut. Apalagi Saiyah, istrinya, juga tak suka buah durian. Bahkan cenderung membencinya secara fanatik. Mungkin pernah trauma ketiban durian. Sampai segitunya.Â
"Benar istrimu minta cerai? " tanyaku sama teman akrabku tersebut saat dia terlihat memandang jalanan di depan kafe dengan pandangan yang kosong melompong.Â
Kamdi cuma menjawabnya dengan anggukan kepala. Dan saya merasa kepala Kamdi juga seperti enggan bergerak mengikuti arahan otaknya.Â
Berarti sudah gawat. Mungkin mendekati depresi. Mungkin tidak lama lagi akan bunuh diri. Wah, ngeri.Â
"Katanya gara-gara kamu makan durian? "
"Iya."
"Istrimu tidak suka durian? "
"Benci banget. "
"Mustinya, kalau binimu benci durian, ya jangan makan durian di rumah. "
"Ini juga tidak makan di rumah. Tetap saja dia tak mau menerima penjelasan ku. "
"Parah. Kamu makan duriannya di mana, emangnya? "
"Di rumah Fitri. "
"Fitri yang janda kembang? "
"Iya."
"Terus lu nginep di rumahnya? "
"Cuma semalam, kok. "
Emang gendeng tuh Kamdi. Gue pikir waras. Mendingan gue tinggalin. Daripada ketularan.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI