Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kunci Pagar

23 Desember 2020   16:35 Diperbarui: 23 Desember 2020   16:37 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum kunci pagar diganti dengan kunci pagar yang baru, biasanya siapa pun yang pulang belakangan ketika pagar sudah dikunci, dia akan berteriak meminta dibukakan kepada siapa pun yang sudah berada di dalam rumah.  Dan itulah, komunikasi yang tertinggal di antara kami. 

Setelah anak anak besar, sudah pada kuliah, rumah ini memang semakin sepi. Masing-masing punya kegiatan sendiri sendiri. Dan yang jelas, kami semakin tak pernah menyapa. 

Sebagai pegawai negeri, aku berangkat paling pagi. Anak-anak masih tertidur ketika aku berangkat.  Aku buka kunci pintu, kemudian aku susupkan kunci itu melalui bagian bawah pintu. 

Entah siapa lagi yang berangkat setelah aku. Mungkin istriku yang kerja di toko buah.  Mungkin juga anakku yang kebetulan kuliah pagi. 

Kalau pulang, biasanya aku pulang paling awal. Jam tiga sudah sampai di rumah. Kadang bersih bersih halaman. Kadang baca buku di kamar yang dulu direncanakan untuk kamar kerja tapi lebih banyak untuk tidur diriku. 

Sehabis Isya, baru istriku pulang.  Kemudian mandi, karena selalu kudengar kecipak air dari dalam kamarku.  

Kalau anakku entah pulang jam berapa. Jarang tahu karena lebih sering sudah tertidur. Cuma kadang-kadang jika ada teriakan tentang kunci, aku terbangun dan membuka kan pintu. 

Sekarang kunci pintu rumah sudah diganti kunci baru. Masing-masing memiliki kunci sendiri sendiri. Berangkat membuka pintu sendiri. Pulang juga membuka pintu sendiri. 

Setelah pensiun, aku semakin merasa sendirian di rumahku sendiri. 

Rumahku ada di sebuah komplek perumahan kecil.  Dan waktu memilih lokasi, aku tertarik dengan rumah paling ujung di jalan buntu. Jadilah rumah di ujung jalan itu sekarang menjadi rumah ku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun