Mohon tunggu...
M Iqbal M
M Iqbal M Mohon Tunggu... Seniman - Art Consciousness, Writter, and Design Illustrator.

Aktif sekaligus pasif bermanifesto, bermalas-malasan, dan memecahkan misteri. Selebihnya, pembebas dari sebuah ketiadaan, tanpa awalan dan akhiran. Kontak saya di @mochamad.iqbal.m

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Memilih Berisi tapi Kosong atau Kosong yang Berisi?

21 Januari 2021   21:40 Diperbarui: 22 Oktober 2021   23:01 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustration by M.Iqbal.M

Dengan ini, secara tidak langsung aku mengatakan bahwa semua kebenaran adalah kesalahan, dan semua kesalahan adalah kekonyolan dari ketiadaan yang terus-menerus diada-adakan. Semacam produk kebendaan ataupun produk proyeksi alam mimpi yang selalu menjadi produk gagal untuk menentramkan jagad raya. Demikian pula dengan semangat perayaan hidup yang dicitakan begawan paska kemutakhiran, jugalah sebuah produk gagal yang tidak pernah dapat menakhlukan ke-ada-an.

Justru dengan itu, begawan tersebut jugalah hanya bercita untuk sekedar merayakan dikotomi, sama halnya dengan kebendaan dan alam mimpi yang sebelumnya telah mendahului temuan si begawan tersebut. Kebendaan, alam mimpi ataupun paska kemutakhiran (yang berusaha melampaui ke-ada-an) hanyalah sekedar menjadi varian jalan menuju kegagalan. Semua makhluk yang senantiasa tidak kunjung mampu meniadakan keadaannya sebagai makhluk yang berentitas sebagai tetek-bengek pendamba hidup. Semua kemutakhiran memang menjijikkan, narasi usang dan anti-kemutakhiran sekalipun.

Dengan demikian, siapapun yang jantungnya berdetak kencang bagai burung hantu pengintai tentu akan mampu merasa bahwa solusi untuk mengatasi atau menangkal keterselubungan yang tercipta dari adanya dikotomi kegembiraan dan penderitaan hanyalah dengan cara meruntuhkan segala historisitas, atau setidaknya segala kekonyolan berselubung ke-ada-an di hari ini maupun di  hari yang akan datang. Tetapi, sayangnya seringkali sepanjang sejarah peradaban detak tersebut semakin menghilang tergerus oleh ketidakmampuan sekaligus ketakutan terhadap labirin bayang-bayang yang senantiasa disanjung-sanjung oleh banyaknya makhluk pendamba hidup tersebut.

Kendati demikian, kita tetap sukar memungkiri fakta bahwa kita tidaklah bisa menyingkirkan kedirian-kedirian dengan mudahnya. Sejauh ini, kita hanya mampu menghancurkan puing-puing yang masih tersisa di hidup kita, sembari menyiasatinya dengan cara; tidak mudah menghitam putihkan segala sesuatu, lantaran terdapat terlalu banyak jenis kompleksitas keunikan dari setiap keterkoyakan dinamika. Sebagai contoh ialah dapat kita lihat makhluk darat yang terlahir sebagai makhluk bawah yang dengan itu ia selalu membutuhkan pertolongan dari suatu cahaya buatan sebagai alat praktis untuk membebaskan dirinya dari keterpurukan, sedangkan disamping itu ada mahluk lain yang terlahir sebagai makhluk pelompat yang dengan itu ia sesekali mendapat akses dari pembebasan dengan melatih dirinya menjadi seorang pertapa guna menolak cahaya praktis yang selalu menerpa menjadi penghalang hidupnya.

Dari pergumulan antara kerancuan dan ke-ada-an inilah yang menjadi cikal-bakal tumbuhnya kesadaran baru di wilayah individu ataupun sosial. Kesadaran tersebut ialah sadar terhadap watak dirinya beserta kedirian-kedirian lainnya sebagai pembebas keberadaan yang anti-keadaan dengan terus melakukan pembesaran asketik secara atomis dan juga terus-menerus mengevaluasi dan berefleksi seusai berjalan-jalan menyelesaikan segala macam kemungkinan.

Sudah tidak mengherankan bahwa usaha semua makhluk untuk menanggalkan kediriannya dan sisi kebinatangannya hanya menjadi sebuah upaya kegagalan yang berulangkali diupayakan. Sehingga makhluk-makhluk tersebut hanya bertransformasi menjadi seonggok organisme sok tahu yang mengklaim bahwa permainan keduniawian harus dilaksanakan dan diregenerasi. Padahal makhluk-makhluk yang bertransformasi tersebut tidaklah jauh dari awal mula perwujudannya sebagai binatang, bahkan tidaklah pernah bertransformasi menjadi apa-apa selain menjadi wujud awalnya; yakni makhluk-binatang yang tentu tidak tahu-menahu mengenai ketiadaan yang menentramkan daripada sekedar askepisme maupun fatalisme permainan.

Dengan rendah hati, hendaknya kita mampu mengakui bahwa mengetahui ketidaktahuan merupakan upaya untuk menghapuskan pengetahuan tentang ketidaktahuan yang akan menghasilkan ketenteraman dari segala macam hantu-kententeraman yang terlempar-lempar di jagad raya. Sehingga mampu untuk mendedikasikan hidup kita pada eksperimen berskala panjang walau begitu melelahkan. Serta agar kita tidak lagi menjadi manusia yang terlalu manusia.

Apakah aku menawarkan pemupukan atas kebuntuan ?. Entahlah, mungkin bisa dikatakan bahwa aku sedang menawarkan orbit tanpa sirkulasi dari adanya atom yang tersesat di jalan kebenaran yang senantiasa berselubung dengan keringnya oase. Lagipula, tergantung yang mencecap sesuai dengan kadar spiritus setiap relung sekaligus ruang dinamika metakosmos yang menerpa ke-ada-an dan ke-tidak-adaan. Sesungguhnya, semua kembali tanpa disadari, lantaran tidak ada ketiadaan yang meniada tiada adanya.

Seusai Max menuliskan aksara-aksara berbentuk prasasti yang cukup panjang laiknya ular yang memutar dalam dimensi liar nan terjal, ia segera memanggil Roundy untuk membersihkan kotoran yang sedang mengada-ada di sekitar sisi luar gubuk dan selokan. Roundy pun dengan senang hati mengerjakan dan menghendaki apapun permintaannya. Lalu Max pun bergumam lirih; “ketahuilah bahwa sesungguhnya—sebagai spesies remeh-temeh yang dijuluki dengan nama manusia—kita semua tidaklah pernah beranjak kemana-mana meskipun kita senantiasa memenuhi tuntutan untuk berpergian”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun