Mohon tunggu...
Maskal Novessro
Maskal Novessro Mohon Tunggu... profesional -

Maskal Novessro, seorang praktisi dan konsultan produktivitas, memperoleh sertifikat spesialis produktivitas dari APS yang berkedudukan di New York, USA.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Aikido dan produktivitas

18 April 2014   23:31 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:30 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu yang lalu, saat sedang makan malam di rumah, istri saya mengeluh mengenai terlalu kerasnya pelatihan aikido bagi anak kami yang ke-2, Haekal, saat itu berusia 6 tahun. Istri saya bercerita, kebetulan hari itu kegiatan Haekal cukup padat hingga sampai di rumah, sekitar jam 4 sore, langsung tertidur karena kelelahan. Jam 5 sore, baru tidur sekitar satu jam, anak ini dipaksa bangun karena ada jadwal latihan aikido. Karena kondisinya yang masih mengantuk, anak ini tidak melakukan prosedur yang benar sehingga disuruh keluar ruangan oleh Senseinya untuk mengulang dengan benar. Tapi rupanya respon anak ini yang masih setengah mengantuk kurang baik, sehingga kini si Sensei membentak keras, “HAEKAL.... KELUAR!!!”, hingga kali kedua barulah anak ini merespon, kemudian keluar ruangan dan masuk kembali tapi suaranya pelan karena kaget dan takut, hingga kembali si Sensei berteriak, HAEKAL.... BICARA YANG KERAS!!!, demikian hingga anak ini bisa menjalankan dengan benar. Istri saya yang menyaksikan ini kontan lemas, terduduk dan shock. Saat ia menceritakan itu ke saya, masih bisa saya rasakan kegetirannya.

Sebagai productivity specialist, hal ini sering juga saya hadapi. Setiap perubahan pasti menuntut kedisiplinan. Tidak ada hasil positif yang bisa kita capai tanpa disiplin. Anak kami yang ke-2 ini memang memiliki sejarah perkembangan yang khusus. Ia baru bisa berbicara dengan baik sekitar usia 3 tahunan sehingga hambatan dalam komunikasi membuat anak ini menjadi pemarah. Saya juga menyadari, sebagai orang tua, akan lebih sulit menanamkan disiplin karena rasa iba dan sayang. Akan tetapi, tanpa disiplin dan perilaku yang baik, masa depan anak ini akan suram, dan pada akhirnya ia hanya akan menjadi “liabilities” bagi kami semua, bukan “asset”. Ia pada akhirnya akan memakan emosi, waktu dan harta kami.

Jadi, paham maksud istri saya untuk menghentikan kegiatan aikido itu, saya jawab, “apakah si Sensei melakukannya karena benci atau mem-bully anak ini?”, istri saya bilang tidak, artinya memang sesuai dengan prosedur mereka. Jadi, pertanyaan saya yang kedua adalah, apakah kamu atau saya bisa menanamkan disiplin lebih baik kepada anak ini ketimbang pelatihan aikido tersebut. Istri saya pun menjawab tidak. Jadi, yang terbaik adalah tetap mempertahankan kegiatan aikido bagi anak kami.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun