Â
Orang tua ku, Setiap sore aku selalu berjalan menuju rumah.
Dengan debu yang tebal, hingga truck dan mobil yang membuat kesal.
Sepertinya aku mulai merasakan lelah.
Bukannya senang malah menjadi sakit.
Orang tua ku, Rasa ini membuatku merindu.
Bila bersamamu, aku hangat dalam bilik bambu rumah kita.
Bila di rumah, aku rindu canda dan tawa yang mengiris kesedihanku.
Orang tua ku, Aku menceritakan perjalanan sore ku menuju rumah, tidak bicara soal bahagia.
Aku bicara tentang keluhan, derita, dan sakit yang kurasa.
Rindukah engkau kepadaku ? seperti aku rindu selalu berada di dekatmu.
Debu seakan berkata kepadaku "Hai pemuda tidak kah engkau lelah menjalani derita ini?"
Tak perlu menjawab, Baju kusut, kusam, dan bau ini adalah bukti bahwa sakit telah dirasa.
Orang tua ku, Aku sungguh rindu.
Tapi, semakin sering aku menemuimu, semakin sedih mataku melihat tanpa mampu memberi kebahagiaan.
Aku Takut, berbondong-bondong kesedihan akan datang.
dan banyak yang harus aku pikirkan tentang dirimu.
Tak ingin rasanya aku menambah beban yang harus engkau tanggung.
Walau rindu ini tak mudah untuk dikendalikan.
Demi kebahagiaanku, yang mungkin selalu menjadi deritamu.
Sudahlah, cukup semua hayalan ini.
Menatapmu, dan melihat mu tersenyum ketika membuka pintu kamarku saja sudah membuat ku senang.
Aku berbisik sebuah kata didalam cerita ini.
yang mungkin bukan sebuah puisi.
tapi orang tua ku nyata kuakui.
demi kebagiaan yang berisi.
aku akan selalu memberi.
meski terkadang jiwa ini iri.
Muhammad Naufal Lbs.
Selasa, 08/10/2019