Nama Bill Gates sering disebut oleh Peter Singer, seorang filsuf etika terkemuka yang mempopulerkan konsep Effective Altruism. Meski Gates awalnya tidak mengenal siapa Peter Singer, visi keduanya terhadap filantropi pada akhirnya beririsan. Effective Altruism sendiri merupakan gagasan tentang bagaimana menolong orang dengan cara paling efektif dan berdampak besar, berdasarkan riset dan data ilmiah.
Bill Gates bukanlah seorang altruist spontan seperti KDM (Kang Dedi Mulyadi) yang kerap menolong orang secara random dan tanpa perencanaan khusus. Setiap aksi filantropi Gates sangat terukur dan berbasis data. Itulah mengapa Gates dikelilingi oleh tim riset yang terdiri dari para ahli dari berbagai bidang, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga teknologi. Pendekatan ini memastikan bahwa setiap dolar yang disumbangkan memiliki dampak maksimal bagi penerima.
Namun itu bukan berarti aksi filantropis KDM yang spontan dan random itu salah. Namun untuk jangka panjang aksi KDM akan sangat bagus dipadukan dengan Effective Altruism.
Di Indonesia, nama Bill Gates tidak hanya dikenal sebagai filantropis, tetapi juga sempat menjadi kontroversi. Pada masa pandemi COVID-19, beredar luas tuduhan tidak berdasar di media sosial bahwa Gates merekayasa virus tersebut untuk kepentingan vaksin global. Narasi ini berkembang pesat di kalangan tertentu, meski tidak ada bukti ilmiah yang mendukungnya. Gates sendiri secara terbuka menolak tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa fokus utamanya adalah memberantas penyakit dan meningkatkan akses kesehatan di seluruh dunia, termasuk di negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Terlepas dari kontroversi tersebut, kontribusi Gates di bidang kesehatan global tidak bisa diabaikan. Melalui Bill & Melinda Gates Foundation, Gates telah mendukung berbagai program kesehatan di Indonesia, termasuk pemberantasan polio dan peningkatan akses imunisasi bagi anak-anak. Program-program seperti Gavi, the Vaccine Alliance yang didukung Gates juga membantu Indonesia dalam meningkatkan distribusi vaksin ke daerah-daerah terpencil.
Effective Altruism dan Potensinya di Indonesia
Konsep Effective Altruism yang diusung oleh Peter Singer menekankan pentingnya donasi dan aksi sosial yang tidak hanya berlandaskan niat baik, tetapi juga berbasis efektivitas dan hasil nyata. Di Indonesia, filantropi sering kali muncul dalam bentuk spontan, seperti donasi bencana alam, pembangunan rumah ibadah, dan kegiatan sosial lainnya. Meskipun ini sangat membantu, penerapan prinsip Effective Altruism dapat meningkatkan dampak yang dihasilkan.
Bayangkan jika setiap donasi dan aksi sosial di Indonesia diukur dampaknya, seperti bagaimana Gates mengukur efektivitas program kesehatannya. Misalnya, alih-alih hanya memberikan bantuan makanan, sebuah organisasi bisa memetakan daerah-daerah dengan tingkat malnutrisi tertinggi dan memastikan bantuan tepat sasaran. Selain itu, pendanaan untuk pendidikan bisa difokuskan pada keterampilan yang paling dibutuhkan di pasar kerja, sehingga anak-anak muda memiliki kesempatan lebih besar untuk keluar dari kemiskinan.
Filantropi terukur seperti yang dilakukan oleh Gates bisa menjadi model inspiratif bagi para dermawan di Indonesia. Dengan pendekatan berbasis data dan riset, donasi tidak hanya membantu dalam jangka pendek, tetapi juga menciptakan perubahan struktural jangka panjang.
Apakah Indonesia siap untuk mengadopsi prinsip-prinsip Effective Altruism? Melihat potensi masyarakat yang dermawan dan budaya gotong royong yang kuat, jawabannya adalah: sangat mungkin. Yang diperlukan adalah edukasi dan perubahan paradigma bahwa membantu tidak cukup hanya dengan niat baik, tetapi juga dengan perencanaan dan pengukuran hasil yang jelas.