Jika Anda baca beberapa buku YN Harari, seperti "Sapiens", "Homo Deus", "21 Lessons for the 21st Century", maka akan Anda temukan pembahasan yang cukup mendalam soal emotions atau feelings yang lebih menjadi dasar untuk pengambilan keputusan bagi manusia.
Ini kutipan yang terkenal dari Harari:
"Referendums and elections are always about human feelings, not about human rationality.
Meski begitu Anda merasa sepanjang hidup Anda adalah orang yang rasional dalam berbagai aspek kehidupan. Padahal hidup Anda lebih ditentukan oleh berbagai hormon yang merupakan biological algorithms, bukan ditentukan oleh pemikiran rasional di Prefrontal Cortex, di otak Anda.
Berada di posisi paling atas dalam biological algorithms itu adalah survival dan reproduction, bukan logic, rationality, executive function atau yang semacam itu.
Beberapa hormon tertentu yang menjadi biological algorithms itu terpicu keluar oleh berbagai faktor. Kadang keseimbangan hormon ini terganggu dan menyebabkan munculnya beberapa disorders yang misalnya membuat Anda lebih cenderung pada satu perilaku tertentu.
Bagaimana Mengenbalikan Kepercayaan yang Runtuh?
Kecenderungan manusia pada feelings atau emotions ini yang menyebabkan runtuhnya kepercayaan masyarakat pada Pertamina yang para pejabatnya sedang dijadikan tersangka korupsi oleh Kejagung. Runtuh bukan karena alasan rasional.
Beberapa hari terakhir ini memang terjadi gelombang penolakan untuk membeli Pertamax. Mereka yang menggunakan Pertamax ini adalah masyarakat dari kelas menengah ke atas yang sebagian besar adalah kaum terdidik yang memiliki akses ke berbagai informasi.
Meski sejauh ini belum ada bukti kuat bahwa Pertamax yang beredar adalah Pertalite, atau beroktan hanya 90, bukan 92. Mereka juga meyakini bahwa Pertamax yang beredar adalah kotor dan merusak mesin.
Masyarakat lebih meyakini fake news atau hoax yang beredar di medsos, sehingga mereka berusaha membeli BBM merek lain. Itu terlihat misalnya adanya antrian di Shell.