Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

17 Agustus dan Indonesia di Zaman Digital

2 Agustus 2021   11:37 Diperbarui: 17 Agustus 2021   14:04 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2. Tangguh dalam beradaptasi pada situasi yang terus berubah di zaman digital ini.

Jika ketangguhan yang pertama sudah kita miliki, maka secara otomatis kemampuan beradaptasi pada berbagai situasi yang berbeda juga akan terbangun. Kita tahu bahwa kita hidup di zaman digital yang sering sekali menghadirkan perubahan yang cepat bahkan dalam hitungan bulan, misalnya di sektor lapangan kerja atau beberapa bidang yang bisa memberikan penghasilan. Contohnya sudah saya berikan sebelum ini di atas.

Namun seharusnya kita merasa beruntung, karena zaman digital memberi kita keleluasaan untuk memiliki skill apa pun yang dibutuhkan di berbagai bidang pekerjaan atau bidang yang memberikan penghasilan. Contoh paling nyata adalah bagaimana skill e-commerce atau berusaha secara digital bisa membantu kita untuk memiliki penghasilan tambahan, bahkan penghasilan utama. Masih ada contoh lain yang nyata, seperti mengajar online untuk berbagai topik, seperti belajar memotret, belajar ilmu fisika, hingga belajar mengetik 10 jari. Termasuk juga menjual layanan konsultasi online di berbagai bidang atau sektor.

==o==

Jadi meskipun kita tak memiliki latar belakang sekolah atau ijazah yang berwibawa, namun di zaman digital sekarang, kita tetap bisa memasuki "lingkungan kerja" yang nyaman yang bisa memberikan kita penghasilan yang layak dan berujung pada happiness.

Saya terpaksa memberi ilustrasi dari diri saya sendiri: Akhir tahun 2018 lalu berbagai media menyebut saya sebagai pakar gempa setelah terjadinya gempa dan tsunami besar di Sulawesi Tengah. Ingat, bukan saya yang menyebut diri saya pakar gempa. Mengapa mereka menyebut saya pakar gempa? Itu karena puluhan tulisan yang saya kirim ke berbagai media di tahun 2016-2018 tentang geologi, gempa, tsunami, dan mitigasi bencana. Padahal saya tak memiliki pendidikan formal di berbagai bidang itu. Saat itu saya sebagai penulis dan periset yang terlibat dalam sebuah ekspedisi untuk memberi peringatan tentang adanya potensi gempa besar di Sulawesi Tengah. Namun sebelum ekspedisi selesai, gempa besar sudah terjadi di Sulawesi Tengah di akhir September 2018. Hanya 2 tahun saya melakukan riset dan menuliskan laporannya dalam bentuk puluhan artikel. Itulah skill yang diberikan kepada saya oleh zaman digital. Semua orang bisa memperoleh itu juga, jika mau.

Sekarang saya giat mempromosikan sebuah lifestyle baru, yaitu lifestyle yang didasari pada berbagai riset sains tentang memaksimalkan fungsi otak dan kaitannya dengan kecerdasan, produktivitas, altruism, dan kesehatan. 

Tentu saya tak berniat untuk mendapat sebutan baru, seperti pakar neuroscience atau pakar happiness, atau juga pakar wellbeing, apalagi motivator. Saya hanya ingin membagikan benefit yang sudah saya rasakan sejak tahun 2015 kepada lebih banyak orang lain. Sebelum tahun 2015 itu, yaitu sejak tahun 2014 saya mulai mendalami berbagai riset, tulisan, buku atau video tentang neuroscience dan positive psychology. Lalu sejak 2015 saya mulai membagikan benefit yang telah saya peroleh dari berbagai riset sains yang saya dalami itu.

Apa benefit yang saya rasakan itu? Ada 2 benefit utama: 1. Benefit fungsi otak yang lebih maksimal, 2. Benefit kesehatan yang lebih prima.

Benefit yang pertama membuat saya menjadi sangat produktif, dan terdorong oleh semangat kuat untuk membagikan apa yang sudah saya nikmati sejak 2015 ini. Di tahun 2015 saya menulis 3 buku yang berbeda topik dan menyelesaikannya sekaligus. Lalu hingga hari ini, sudah lebih dari 300 artikel, lebih dari 100 video, dan 3 ebooks yang saya bagikan dengan cuma-cuma. Bisa dilihat di sini: https://facebook.com/membangunpositivity .

Benefit yang kedua adalah hilangnya beberapa gangguan kesehatan yang mengganggu aktivitas hidup saya. Ini daftar gangguan kesehatan yang menghilang sejak tahun 2015 pada diri saya: sakit kepala, radang tenggorokan, flu, sariawan, radang usus, kram di kaki, alergi kulit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun