Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

17 Agustus dan Indonesia di Zaman Digital

2 Agustus 2021   11:37 Diperbarui: 17 Agustus 2021   14:04 199 2
Saya lihat sekeliling dan tertegun.

Saya lihat semua yang saya kenal sejak muda dulu di tahun 80an dulu, tak banyak yang menjalani hidup yang sukses atau menjalani hidup yang memuaskan atau bahagia. Banyak dari mereka sekarang di medsos tak lelah memaki-maki pemerintah atau yang tak sehaluan dengan mereka. Banyak juga yang wafat setelah menjalani hidup yang susah dan sakit-sakitan. Padahal umur mereka baru 50 tahunan lebih.

Apa yang menyebabkan itu? Tuhan? Atau negara?

Ukuran sukses tentu berbeda bagi tiap orang. Begitu juga hidup yang bahagia. Meski demikian kita bisa menggunakan suatu ukuran atau indikator yang mungkin bisa disepakati bersama, yaitu ukuran happiness (kepuasan hidup) yang digunakan oleh PBB melalui World Happiness Report (WHR) yang diterbitkan tiap tahun sejak 2012.

Indonesia menurut WHR bukan negara yang berada di urutan atas. Indonesia hanya menempati urutan 82 dari 149 negara di dunia tahun 2021 ini. Tentu itu cukup buruk, karena sejak tahun 1945 belum ada satu presiden yang membawa Indonesia melesat maju dan memberi kesejahteraan yang cukup pada warganya. Tujuh puluh enam tahun merdeka adalah waktu yang terlalu panjang untuk sebuah negara yang kaya dengan sumber daya alam. Meski demikian presiden terakhir nampaknya membawa perubahan positif yang cukup signifikan. Sayangnya waktu 10 tahun (periodenya) tak akan cukup, apalagi ada pandemi yang mengganjal kegiatan perekonomian dan kegiatan pemerintah yang penting lainnya.

Apa indikator WHR untuk bisa menyebut warga sebuah negeri memiliki happiness? 1. GDP per capita, 2. Social support, 3. Healthy life expectancy, 4. Freedom to make life choices, 5. Generosity, 6. The absence of corruption. Jelas menurut WHR sejak tahun 2012 (pertama kali WHR diterbitkan) Indonesia menunjukkan angka-angka yang buruk di semua 6 indikator itu. Itu sebabnya Indonesia hanya menempati urutan 82 dari 149 negari di dunia.

Apa artinya itu? Negara belum bisa memberi "jaminan" pada warganya untuk memiliki happiness dengan definisi seperti yang diberikan oleh WHR, bukan definisi yang lain.

Jika negara belum bisa membahagiakan warganya, maka masing-masing warganya harus berjuang sendiri-sendiri untuk memiliki happiness. Bagaimana caranya? Itulah yang saya sedang amati dari berbagai orang yang saya kenal sejak muda dulu hingga sekarang.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun