Lestarisiana
Setiap orang punya cara sendiri dalam menyembuhkan diri. Ada yang memilih sibuk bekerja, ada yang mencari pelarian lewat hobi, ada yang menulis untuk meluapkan isi hati, dan ada juga yang diam dalam sepi, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi. Tidak semua orang kuat menghadapi perpisahan. Ada yang terlihat tegar di luar, tapi hatinya masih berkeping-keping. Ada pula yang berusaha tersenyum, padahal di balik senyuman itu, ia hanya ingin menangis.
Patah hati tidak mengenal usia. Tidak peduli kamu masih muda atau sudah dewasa, perasaan kehilangan itu tetap menyakitkan. Saat seseorang yang dulunya begitu dekat tiba-tiba menjadi asing, kita merasa dunia seakan berubah. Kita kehilangan rutinitas, tawa, dan harapan. Kadang yang paling sulit bukan melepas orangnya, tapi melepas kenangan dan rencana-rencana yang pernah dibayangkan bersama.
Banyak orang salah paham. Mereka kira move on berarti melupakan segalanya. Padahal, tidak semua harus dilupakan. Terkadang, kenangan itu justru menjadi bagian dari kita. Yang harus dilakukan bukan menghapus, tapi berdamai. Berdamai dengan masa lalu, berdamai dengan kenyataan, dan yang paling penting: berdamai dengan diri sendiri.
Move on bukan tentang membenci orang yang pernah kita sayangi. Bukan juga tentang berusaha terlihat bahagia agar mereka tahu kita sudah baik-baik saja.Move on sejatinya adalah saat kita bisa menerima bahwa tidak semua hal yang kita harapkan harus menjadi milik kita. Bahwa tidak semua orang yang kita cinta harus tinggal selamanya. Dan bahwa tidak semua cerita harus berakhir bahagia.
Kita sering memaksa diri untuk kuat. Tapi lupa bahwa menjadi rapuh juga bagian dari proses. Menangis bukan berarti lemah. Justru dengan menangis, kita sedang memberi ruang bagi hati untuk sembuh. Tidak apa-apa kalau malam ini kamu masih teringat dia. Tidak apa-apa kalau kamu masih belum bisa tidur nyenyak. Itu bukan kegagalan. Itu bagian dari prosesmu.
Akan ada masa di mana kamu tiba-tiba tersenyum ketika mengingat semua kenangan. Bukan karena kamu belum melupakan, tapi karena kamu sudah memaafkan. Memaafkan dia, memaafkan dirimu, dan memaafkan takdir yang tak sesuai harapan. Saat itulah kamu benar-benar move on. Bukan karena dipaksa, tapi karena kamu sudah siap.
Move on itu bukan akhir dari cinta. Justru dari sanalah kita belajar mencintai dengan cara yang lebih sehat, lebih dewasa, dan lebih menghargai diri sendiri. Kita belajar bahwa cinta bukan tentang memiliki, tapi tentang melepaskan dengan ikhlas ketika memang sudah waktunya.
Maka, jika hari ini kamu masih merasa terluka, pelan-pelan saja. Tidak usah terburu-buru. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Proses ini memang berat, tapi kamu pasti bisa melewatinya. Setiap langkah, sekecil apapun, tetaplah sebuah kemajuan. Dan suatu hari nanti, kamu akan melihat ke belakang dan menyadari betapa kuat dirimu saat itu.
Karena pada akhirnya, kamu tidak hanya move on dari seseorang. Tapi kamu juga sedang melangkah lebih dekat ke versi dirimu yang lebih kuat dan lebih utuh.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI