PEMBUKAAN PESTA Laut selalu bermula di balai desa. Tumpeng raksasa telah disediakan di sana, dan para pemuka agama pun memanjatkan doa. Selesai berdoa, tumpeng akan dibagikan kepada hadirin, utamanya kepada para sesepuh desa, para petinggi desa, para tamu penting seperti duta negeri lain, dan tidak ketinggalan, para peserta yang merupakan bintang pesta.
Dari balai desa, Kepala Desa dan punggawa lainnya akan memimpin pawai para peserta menuju bandar. Mereka bergerak perlahan diiringkan tabuhan canang, gendang dan gong, serta sorak-sorai para penonton.
Satu-satunya pasukan resmi pengaman negeri yang dimiliki Nyiurmelambailambai, Barisan Pagar Desa, mengawal pawai sepanjang jalan. Mereka hadir dengan pakaian seragam berwarna hitam dan kain pinggang berwarna merah, yang khusus dikenakan selama Pesta Laut saja. Melengkapi seragam, para pemudanya memakai destar yang juga berwarna merah, sementara pemudinya memakai selendang dengan warna yang sama. Dua orang pemuda Pagar Desa mengawal pawai di depan barisan, membuka jalan. Sementara sebagian besar lainnya berjalan di kedua sisi pawai, membentuk pagar betis berjalan.
Sebenarnya, Barisan Pagar Desa tidak hanya yang mengawal pawai atau yang berada di gardu jaga pelabuhan. Sebagian anggota pasukan ini tidak mengenakan seragam khusus mereka dan membaur bersama penonton. Dengan siasat ini, Pagar Desa berusaha 'memadamkan api sebelum berkobar'.
Barisan Pagar Desa memang lebih waspada sekarang. Mereka berada di bawah tekanan. Kejadian enam bulan yang lalulah sebabnya.
Namun di antara kerumunan, bukan anggota Pagar Desa semata yang membaur. Ada pasukan lain yang ikut membaur. Pasukan yang tidak akan pernah diakui keberadaannya oleh para petinggi desa. Pasukan yang mengemban tugas menyingkirkan segala ancaman terhadap desa, baik itu ancaman dari luar maupun dari dalam. Salah satu anggota pasukan rahasia ini bahkan berada di dalam barisan para peserta. Tidak lain adalah Sakti. Ini kali ketiga dia ikut pawai.
Lamat-lamat, Sakti mendengar sorak-sorai dari arah pelabuhan, padahal jarak pawai dengan kawasan pelabuhan masih cukup jauh. Bunyi-bunyian itu pasti mencapai lebih dahulu. Ketika pawai benar-benar memasuki kawasan pelabuhan, kanak-kanak berlarian menyongsong mereka.
Tingkah polah dan keceriaan anak-anak ini membangkitkan senyum Sakti. Kemudian dia mengalihkan pandang ke arah kerumunan penonton. Baik itu orang Nyiur maupun orang luar, semua-muanya memakai pakaian terbaik mereka. Kaum pria menyelitkan pamor kebanggaan mereka di depan perut. Orang dan saudagar kaya bisa dilihat dari hulu dan warangka senjata berpamor mereka yang bertatahkan mutu manikam. Sementara kaum wanita memakai selendang sutra pelengkap pakaian mereka. Beberapa menggunakan perhiasan dan tusuk konde emas bertatahkan permata.
Pawai berujung di Prasasti Pertahanan. Ki Wira Waskita memberi sambutan singkat pembuka pesta, lantas membubarkan pawai.
Pawai bubar, lomba dimulai.