Mohon tunggu...
Jannu A. Bordineo
Jannu A. Bordineo Mohon Tunggu... Penulis - Pengarang

Jannu A. Bordineo, lahir di Gersik, sebuah kampung di Kabupaten Penajam Paser Utara yang sering disalah kira dengan salah satu kabupaten di Jawa. Lulusan teknik yang menggandrungi sastra. Mulai menulis cerita sejak ikut lomba mengarang cerpen sewaktu SD. Buku kesukaannya adalah Jiwa Pelaut karya Moerwanto. Temui dia di kedalaman hutan atau di keluasan lautan, karena dia pendamba ketenangan. http://www.lautankata.com/ fb.com/bordineo IG: @bordineo.id

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Bab 7

16 Juni 2019   20:15 Diperbarui: 16 Juni 2019   20:16 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kutipan Sutasoma| Dokpri

PONDOK PENANDA markas Laskar Naga Angin tidak lebih besar dari pondok ajar, tidak mampu menampung semua yang hadir di pertemuan itu. Selain sembilan prajurit Naga Angin, hadir pula Indraja dan Soma Bersaudara, serta empat orang lagi yang tidak Sakti kenal, baik pribadinya maupun kedudukannya.

Sakti tidak ikut duduk. Dia memilih berdiri di pinggir pondok. Diam dan mengamati sepanjang pertemuan.

"Langsung saja," buka pemimpin Laskar Naga Angin, Naga Lesus, tanpa basa-basi. "Seperti tahun-tahun sebelumnya Pesta Laut, dan seperti kesehariannya prajurit Naga Angin, kita akan melakukan pengintaian selama perayaan berlangsung. Hanya saja, kali ini kita akan melakukan penindakan terhadap siapa-siapa yang mencurigakan."

"Penindakan?" Sutasoma menegaskan. Tatap matanya tajam tertuju pada Lesus.

Lesus mengangguk perlahan seperti tidak terpengaruh oleh tatapan tajam Sutasoma.

"Mau main kasarkah kalian?" Giliran Narasoma yang menanggapi sambil menyeringai dan mengepalkan kedua tangannya. Walau pertanyaannya menyiratkan sindiran, dia terlihat senang sekali. Mungkin ini kesempatan bagi dia untuk melepaskan keliarannya.

"Bukan berarti kita asal gasak," Lesus mengingatkan. "Kalian tidak perlu bertindak bila mendapati orang dengan gerak-gerik mencurigakan. Cukup sampaikan saja kepadaku. Sisanya serahkan saja pada regu penciduk yang akan bergerak dibawah perintahku."

"Aku harap kau mengerti benar apa yang akan kau lakukan," sambil bersedekap Indraja buka suara. "Baik-buruknya."

"Benar itu," seseorang menyahut. "Malah lebih banyak buruknya. Kemungkinan salah tangkap sangat besar."

"Ya. Sekali salah tangkap, berakhir sudah riwayat Laskar Naga Angin," seorang lainnya menggarami.

Tanggapan-tanggapan keras itu berasal dari orang-orang yang tidak Sakti kenal. Dia perhatikan keempatnya, terutama pada dua orang yang memberikan tanggapan. Sikap keduanya kurang lebih sama seperti Indraja dan Soma Bersaudara, kurang setuju dengan tindakan langsung terhadap para terduga. Sebetulnya Sakti pun kurang setuju. Bergerak berdasarkan kecurigaan semata merupakan kesembronoan. Hanya saja sikap yang dia ambil sama seperti prajurit Naga Angin lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun