"Ada apa?" tanya Sitok yang melihat Sakti tertegun.
Sakti diam saja. Dia sedang memusatkan perhatiannya untuk mengamati keadaan sekitar. Sekonyong-konyong, Sakti melesat pergi.
"Hoi!" seru Sitok, tapi tidak diindahkan.
Sakti mengejar orang pertama. Sementara itu, orang yang baru datang ternyata Indraja. Dengan demikian, orang pertama itu berada di sini untuk mengintai. Siapa gerangan?
"Sial!" gerutu Sakti. Dia tidak bisa mengindrai arah perginya orang itu. Memeka sambil bergerak memang sulit. Perhatiannya terbagi. Belum lagi bila orang itu punya kemampuan menyembunyikan hawa keberadaannya.
Sakti menoleh sekilas. Indraja mengekor di belakang. Indraja pasti mengendus kejanggalan. Pemuda itu juga punya kepekaan yang tajam terasah.
Sakti memutuskan berhenti barang beberapa bentar. Kemudian dia pusatkan perhatian, meningkatkan kepekaannya.
"Bagaimana?" tanya Indraja yang telah menyusul Sakti.
Sakti menggeleng.
"Mereka semakin nekat," kata Indraja. Ketika Sakti akan beranjak pergi, dia berkata lagi, "Pergilah ke markas. Ada pertemuan mendadak."
Sakti menoleh. "Kau ini sudah seperti kacungnya Lesus."