SAKTI MASIH sempat berkelit dari sambaran berbahaya yang mengincar lehernya. Kemudian dia melompat mundur.
"Apa-apaan itu tadi?" semburnya. Dan begitu dia lihat siapa yang menyerang, dia menambahkan, "Kenapa pula kau ada di sini?"
Adalah Narasoma yang barusan menyergap Sakti, yang sekarang menyeringai menatap Sakti.
"Mereka di sini untuk membantu latihanmu," Indraja yang menjawab.
"Mereka?" Sakti mengedarkan pandang. Dia mendapati Sutasoma tengah berdiri tenang sambil bersedekap agak jauh letaknya, di depan sebuah pondok yang menandakan markas Laskar Naga Angin. Sutasoma dan Narasoma. Soma Bersaudara. Mereka berdua memang selalu bersama.
"Aku tidak butuh bantuan dari orang sembrono." Sakti menolak. Menolak Narasoma tepatnya. Bisa remuk badannya jika harus menghadapi pemuda liar seperti itu tiap kali latih tanding.
"Siapa yang kau bilang sembrono, ha?" Nyaris seketika, Narasoma menanggapi dengan nada tinggi. Tersindir rupanya dia.
Sakti mengabaikan Narasoma.
"Untuk sementara saja," Indraja menyela, juga mengabaikan Narasoma.
"Oi, apa-apaan ini?" Narasoma tidak terima diabaikan.