Dalam setahun, kamu akhirnya membeli tiga pasang sepatu murah, totalnya Rp450 ribu---lebih mahal dari sepatu yang semula kamu anggap "terlalu mahal".
Inilah yang sering disebut sebagai "false saving" atau penghematan semu. Kita merasa hemat karena membayar lebih sedikit di awal, padahal secara total justru keluar lebih banyak.Â
Jadi, hemat bukan berarti membeli yang termurah, melainkan membeli yang paling bermanfaat, tahan lama, dan sesuai kebutuhan.Â
Barang berkualitas memang terasa lebih mahal di awal, tapi bisa menjadi investasi kecil yang menjaga kestabilan tabungan dalam jangka panjang.
2. Tidak Membuat Anggaran Belanja
Salah satu kesalahan paling umum dalam mengatur keuangan adalah tidak memiliki anggaran yang jelas.Â
Banyak orang mengandalkan perasaan atau perkiraan ketika berbelanja: "Kayaknya masih cukup deh," atau "Ah, masih ada sisa uang kok."Â
Padahal, tanpa rencana yang tertulis dan terukur, pengeluaran mudah sekali melenceng dari kendali.
Ketika kamu tidak punya batas pengeluaran yang tegas, kamu akan mudah tergoda membeli hal-hal kecil yang sebenarnya tidak penting---kopi kekinian setiap pagi, camilan online, atau belanja impulsif di marketplace.Â
Sekilas tampak remeh, tapi kalau dijumlahkan dalam sebulan, totalnya bisa cukup besar. Akhirnya, di akhir bulan kamu baru sadar uangmu sudah menipis tanpa tahu ke mana perginya.
Membuat anggaran belanja bukan berarti harus hidup kaku atau serba diatur. Justru dengan anggaran, kamu bisa lebih tenang karena tahu batas aman pengeluaranmu.Â
Pisahkan kebutuhan utama seperti makan, transportasi, tagihan, dan tabungan terlebih dahulu, baru kemudian alokasikan untuk hiburan atau keinginan pribadi.Â
