Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Hati-Hati, 8 Kebiasaan Kecil saat Belanja Bulanan Bisa Bikin Boros

4 Oktober 2025   06:00 Diperbarui: 4 Oktober 2025   06:22 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah enggak sih kalian merasa sudah berusaha hemat saat belanja bulanan, tapi entah kenapa uang tetap saja cepat habis? 

Rasanya kayak baru awal bulan, saldo sudah menipis. Padahal kalau dipikir-pikir, kita enggak belanja banyak atau enggak beli barang-barang mahal. 

Misteri dompet bocor ini sering dialami banyak orang tanpa sadar, dan penyebabnya ternyata bukan hal besar, melainkan kesalahan kecil saat berbelanja.

Kesalahan-kesalahan sepele inilah yang justru berpengaruh besar pada kondisi keuangan bulanan. 

Kalau dibiarkan, efeknya bukan cuma bikin dompet makin tipis, tapi juga bisa membuat keuangan kita berantakan dalam jangka panjang. Supaya lebih sadar, mari kita bahas satu per satu kesalahan kecil itu.

1. Belanja Saat Lapar, Lelah, atau Emosi

Coba bayangkan belanja ketika perut kosong. Semua makanan di rak toko mendadak terlihat menggoda: snack, cokelat, mie instan, minuman manis---semuanya seolah wajib masuk keranjang. 

Padahal sebelum berangkat belanja, barang-barang itu sama sekali enggak ada di daftar. Itulah efek belanja saat lapar: otak kita terdistraksi oleh kebutuhan sesaat, bukan kebutuhan sebenarnya.

Kalau belanja dalam keadaan lelah pun dampaknya enggak kalah buruk. Biasanya kita jadi asal comot barang biar cepat selesai. 

Enggak sempat bandingin harga, enggak sempat cek kualitas, pokoknya yang penting semua kebutuhan kelar. Akhirnya baru sadar ada barang lain yang lebih murah atau lebih bagus tapi terlewat.

Belanja dalam kondisi emosi juga punya jebakannya. Banyak orang menjadikan belanja sebagai pelampiasan stres atau rasa kesal. Rasanya kayak, "Ah, beli aja biar lega." 

Tapi masalahnya, begitu emosi reda, yang tersisa justru penyesalan karena sudah keluar uang untuk barang-barang yang sebenarnya enggak perlu.

Itulah kenapa kondisi fisik dan mental sebelum belanja sangat menentukan. Belanja dalam keadaan tenang, fokus, dan kenyang biasanya menghasilkan keputusan yang lebih rasional dan hemat.

2. Mengabaikan Tanggal Kedaluwarsa dan Kualitas Produk

Kesalahan berikutnya adalah terlalu fokus pada harga, sampai lupa memeriksa tanggal kedaluwarsa. 

Sering banget kita tergoda promo "harga miring" tanpa sadar barang itu sudah dekat masa expired. Alhasil, barang keburu basi atau rusak sebelum sempat dipakai. Duit keluar, barang terbuang, rugi dua kali.

Hal yang sama berlaku untuk kualitas produk. Misalnya beli sabun atau deterjen yang murah, tapi ternyata cepat habis karena enggak efektif. 

Atau beli bahan makanan yang kelihatannya segar, tapi ternyata gampang busuk. Pada akhirnya, kita malah harus beli ulang lebih cepat. Jadi, bukannya hemat, justru jadi lebih boros.

Maka, belanja itu enggak melulu soal cari harga termurah. Lebih penting memastikan barang benar-benar awet, berguna, dan bisa dipakai sampai habis.

3. Belanja Terburu-buru atau Last Minute

Pernah enggak kalian kepepet butuh barang, tapi baru sadar pas stok sudah habis? Akhirnya buru-buru beli di minimarket terdekat dengan harga yang lebih tinggi. 

Inilah salah satu efek belanja last minute: kita enggak punya waktu untuk bandingin harga, enggak bisa pilih dengan tenang, dan sering kali harus puas dengan opsi seadanya.

Belanja terburu-buru juga bikin stres. Fokus otak bukan lagi mencari barang terbaik dengan harga paling hemat, melainkan sekadar biar cepat selesai. 

Sering kali barang yang enggak penting pun ikut terbeli gara-gara panik atau enggak sempat berpikir panjang.

Kalau belanja direncanakan lebih awal, semua jauh lebih tenang. Kita bisa cek harga di beberapa tempat, memilih barang dengan kualitas lebih oke, dan terhindar dari pembelian mendadak yang mahal.

4. Salah Pilih Lokasi Belanja

Lokasi belanja ternyata juga memengaruhi isi dompet. Belanja di supermarket mewah memang nyaman, tapi harga biasanya lebih tinggi dibanding pasar tradisional atau minimarket. 

Belanja online kadang terlihat murah, tapi setelah ditambah ongkos kirim, totalnya bisa lebih mahal daripada beli langsung.

Hal lain yang sering dilupakan adalah suasana belanja. Tempat dengan tata rak rapi, pencahayaan menarik, dan promo besar-besaran justru bisa memicu kita membeli barang yang enggak direncanakan. Tiba-tiba keranjang penuh padahal daftar awal cuma tiga item.

Jadi, memilih lokasi belanja bukan cuma soal jarak atau kenyamanan. Pertimbangkan juga total biaya, termasuk ongkos transportasi, ongkir, waktu, dan risiko tergoda promo yang sebenarnya enggak perlu.

5. Terlalu Mudah Tergoda Promo dan Diskon

Promo adalah senjata paling ampuh toko untuk membuat konsumen belanja lebih banyak. 

Diskon beli tiga gratis satu, cashback sekian persen, atau potongan harga kalau belanja minimal sekian ratus ribu, semuanya dirancang supaya kita mengeluarkan uang lebih banyak dari yang seharusnya.

Masalahnya, sering kali kita merasa seolah-olah sedang hemat. Padahal, kalau barangnya enggak ada di daftar belanja atau enggak benar-benar dibutuhkan, justru itu namanya false saving---penghematan palsu. 

Barang mungkin terlihat lebih murah, tapi karena enggak dipakai, tetap saja jadi pengeluaran sia-sia.

Promo hanya berguna kalau memang sesuai kebutuhan. Kalau enggak, sebaiknya abaikan saja godaannya. Ingat, tujuan promo adalah keuntungan penjual, bukan penghematan pembeli.

6. Belanja Cashless Tanpa Kontrol

Sekarang hampir semua orang belanja pakai cashless: e-wallet, QRIS, kartu debit, atau kartu kredit. Praktis banget, tinggal tap atau scan, langsung beres. Tapi justru karena terlalu mudah, banyak orang kehilangan rasa "keluar uang".

Beda dengan uang tunai yang kelihatan fisiknya berkurang, transaksi cashless membuat kita enggak merasa kehilangan. 

Baru sadar ketika cek mutasi rekening atau tagihan kartu kredit di akhir bulan---dan kaget karena jumlahnya membengkak.

Cashless sebenarnya enggak salah, bahkan bisa lebih aman dan rapi untuk pencatatan. Tapi kuncinya ada di kontrol. 

Atur limit transaksi, catat setiap pembelian, atau pisahkan e-wallet khusus untuk belanja bulanan. Tanpa kontrol, cashless bisa jadi sumber kebocoran keuangan terbesar.

7. Belanja Tanpa Daftar dan Cek Stok

Salah satu kebiasaan yang sering bikin boros adalah belanja tanpa daftar. 

Tanpa kompas ini, kita mudah terdistraksi dengan barang-barang di rak. Apalagi kalau belum cek stok di rumah, bisa jadi barang yang masih ada malah kebeli lagi.

Akibatnya, ada dua kemungkinan: barang numpuk sampai kedaluwarsa, atau kita justru harus bolak-balik belanja karena ada barang penting yang lupa dibeli. Dua-duanya bikin rugi: buang uang, buang waktu, dan buang tenaga.

Daftar belanja sederhana bisa jadi penyelamat. Dengan mencatat kebutuhan dan memastikan stok di rumah, belanja jadi lebih fokus, hemat, dan terarah.

8. Tidak Membuat Anggaran dan Melacak Pengeluaran

Kesalahan terakhir ini adalah akar dari semua masalah: enggak ada budget. Tanpa anggaran, kita cenderung belanja seenaknya dengan pikiran "toh nanti kepakai juga." Padahal, tanpa disadari uang kita mengalir ke hal-hal kecil yang enggak penting.

Misalnya, total jajan minuman kekinian dalam sebulan bisa lebih besar daripada biaya beli beras. Atau rokok dan camilan bisa menyedot anggaran lebih besar daripada kebutuhan dapur utama.

Budget itu ibarat pagar. Ia memberi batas jelas: sampai sini boleh, lebih dari itu jangan. 

Kalau kita enggak punya pagar, siap-siap uang habis tanpa jejak jelas. Dengan melacak pengeluaran, kita bisa tahu ke mana larinya uang dan belajar memperbaikinya bulan depan.

Penutup: Belanja Cerdas, Hidup Lebih Lega

Belanja bulanan seharusnya jadi cara untuk mengatur keuangan, bukan malah membuat dompet bocor. 

Delapan kesalahan kecil tadi sering banget dianggap sepele, padahal justru itulah yang paling sering menggerogoti saldo.

Dengan mengubah kebiasaan---belanja di waktu yang tepat, cek kualitas barang, rencanakan lebih awal, pilih lokasi yang masuk akal, tahan godaan promo, kendalikan cashless, buat daftar, dan patuhi anggaran---belanja bulanan bisa jadi lebih hemat, efisien, dan menyenangkan.

Pada akhirnya, kunci keuangan sehat bukan cuma soal berapa besar penghasilan, tapi seberapa cerdas kita mengelola pengeluaran. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun