Beda dengan uang tunai yang kelihatan fisiknya berkurang, transaksi cashless membuat kita enggak merasa kehilangan.Â
Baru sadar ketika cek mutasi rekening atau tagihan kartu kredit di akhir bulan---dan kaget karena jumlahnya membengkak.
Cashless sebenarnya enggak salah, bahkan bisa lebih aman dan rapi untuk pencatatan. Tapi kuncinya ada di kontrol.Â
Atur limit transaksi, catat setiap pembelian, atau pisahkan e-wallet khusus untuk belanja bulanan. Tanpa kontrol, cashless bisa jadi sumber kebocoran keuangan terbesar.
7. Belanja Tanpa Daftar dan Cek Stok
Salah satu kebiasaan yang sering bikin boros adalah belanja tanpa daftar.Â
Tanpa kompas ini, kita mudah terdistraksi dengan barang-barang di rak. Apalagi kalau belum cek stok di rumah, bisa jadi barang yang masih ada malah kebeli lagi.
Akibatnya, ada dua kemungkinan: barang numpuk sampai kedaluwarsa, atau kita justru harus bolak-balik belanja karena ada barang penting yang lupa dibeli. Dua-duanya bikin rugi: buang uang, buang waktu, dan buang tenaga.
Daftar belanja sederhana bisa jadi penyelamat. Dengan mencatat kebutuhan dan memastikan stok di rumah, belanja jadi lebih fokus, hemat, dan terarah.
8. Tidak Membuat Anggaran dan Melacak Pengeluaran
Kesalahan terakhir ini adalah akar dari semua masalah: enggak ada budget. Tanpa anggaran, kita cenderung belanja seenaknya dengan pikiran "toh nanti kepakai juga." Padahal, tanpa disadari uang kita mengalir ke hal-hal kecil yang enggak penting.
Misalnya, total jajan minuman kekinian dalam sebulan bisa lebih besar daripada biaya beli beras. Atau rokok dan camilan bisa menyedot anggaran lebih besar daripada kebutuhan dapur utama.
Budget itu ibarat pagar. Ia memberi batas jelas: sampai sini boleh, lebih dari itu jangan.Â