Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sebuah Penghianatan dari Persahabatan #4

2 November 2019   14:51 Diperbarui: 2 November 2019   15:01 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Ya Tuhan, ampunilah atas segala khilaf dan dosa ku selama ini, berikan aku jalan yang terbaik Ya, Allah. Aku tidak tahu apakah keputusanku untuk tidak jadi menikah dengan Arian adalah awal dari murka Mu kepada ku, ampuni aku ya Rob, banyak dosa yang telah aku lakukan, aku telah menyakiti hati Jarot tujuh tahun yang lalu, kini aku menyakiti hati Arian, sahabat-sahabat terbaikku sejak kecil sampai hari ini, untuk itu ampuni dan maafkan aku ya Allah. Ya Allah, berikan kebahagiaan di hati Arian, berikan Arian perempuan pengganti ku sebagai istrinya, perempuan yang sholehah dan baik, Ya Allah, berikan kemudahan serta  jalan terbaik bagi keluargaku dan keluarga Arian, untuk minggu depan, dimana undangan sudah di bagikan, berikan yang terbaik ya Allah, Jauhkan kami semua dari marabahaya, Ya Allah, kabulkanlah do`aku." Dengan tetesan air mata Winda, sujud dan berdo`a di penginapannya, dia sendiri bingung do`a apa yang pantas dia minta kehadapan Sang Penciptanya.

Sebelum sholat subuh tadi Winda memberi kabar ke atasanya di kantor kalau hari ini dia tidak bisa masuk kerja, ada keperluan yang harus di selesaikan dan meminta di perhitungkan dengan cuti tahunan, namun sampai ini belum di balas dengan atasanya, mungkin juga  ini belum dibaca atasannya.

Masih mengenakan mukena Winda rebahan di tempat tidur, dia hanya membawa tujuh  baju kerja, empat  baju jalan dan selebihnya membawa sekitar sepuluh lembar kaos, untuk di pakai sehari-hari, sudah dia siapkan sebelum pergi ke rumah Arian tadi malam, karena dia sudah mengetahui, bapaknya di siang hari sudah mengatakan seperti itu, apabila dia tetap membatalkan perkawinan itu maka dia harus angkat kaki dari rumah.

Ia mengenang kembali masa-masa kebersamaan mereka bertiga, nonton bareng, main bareng, maken bareng, dan mereka bertiga sepakat, tidak ada saling mencintai, mereka murni berteman, namun seiring dengan berjalannya waktu, saat lulus Sekolah Menengah Atas, saat itu adalah saat yang paling bahagia yang Winda dan Jarot rasakan, tanpa sepengetahuan Arian, ternyata Winda dan Jarot mengingkari kesepakatan itu.

Saat itu setelah pengumuman kelulusan siang harinya malamnya dilanjutkan acara perpisahan sekolah, mereka seratus persen lulus semua, Arian lebih dulu pulang, karena jarak rumahnya berbeda jalur dengan Jarot dan Winda, Winda di bonceng Jarot karena rumah mereka berada dalam satu jalur, walau Jarak rumah Winda dan Jarot sekitar 20 kilo meter jauhnya. Jarot mengendarai sepeda motor dalam kecepatan sedang.

"Win, pegangan di pinggangku aku akan melajukan kendaraan."

Winda menurut, dia merangkul pinggang Jarot, Jarot mempercepat kendaraan dengan kecepatan 100 km per jam, tapi sampai melewati depan komplek perumahan rumah Winda, Jarot tidak memperlambat kendaraannya, dia tetap melaju, Winda mengira Jarot lupa mengantarkanya pulang dan sedikit berteriak karena takut tidak terdengar oleh Jarot.

"Jarot, kelewatan balik lagi."

"Kita jalan-jalan dulu."

Winda mengikuti kali ini, dia semakin erat memeluk Jarot, karena takut jatuh. Rupanya Jarot membawa Winda ke pantai melawai, ya...di pantai melawai inilah Jarot mengemukakan isi hatinya, rupanya pucuk dicinta ulampun tiba, Jarot tidak bertepuk sebelah tangan, Winda pun memiliki perasaan yang sama, malam ini tatapan itu lain, malam ini getaran itu lain dan malam ini  pegangan itu lain, kalau dulu cerita mereka tentang hal lucu atau kegembiraan, kali ini cerita mereka tentang sebuah kemesraan, namun mereka sama-sama teringat akan satu kata janji, apapun yang terjadi mereka tidak boleh pacaran apalagi jadian.

"Bagaimana kita menyembunyikan hal ini kepada Arian ?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun