Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Delapan (Bali, 4 April 1992)

16 Juni 2019   07:42 Diperbarui: 16 Juni 2019   07:52 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Seperti yang dijanjikan, pagi ini Yoga berangkat dari Tarakan, transit di Balikpapan terus menuju Den Pasar, Anti ada pertemuan di Bali mulai tanggal 1 sampai 3 April, dia langsung mengambil cuti, dan mereka sepakat agar Yoga juga mengambil cuti dan liburan ke Bali selama satu minggu, pesawat yang berangkat dari Tarakan ke Balikpapan on schedule, begitu juga pesawat yang membawa  dari Balikpapan ke Den Pasar.

Hanya turun keruang tunggu beberapa saat kemudian naik lagi ke pesawat, cuaca dari Tarakan ke Balikpapan sangat cerah, begitupun cuaca dari Tarakan ke Bali, secerah hati Yoga, yang akan bertemu dengan kekasih hatinya di pulau Dewata, tepat jam 13.15 pesawat Yoga mendarat, ia turun dulu menunggu bagasi, karena membawa Tas yang agak besar tidak memungkinkan untuk di masukan di cabin.

Setelah mendapat tasnya Yoga menuju pintu keluar, lihat ke kiri dan ke kanan tak nampak bayangan Anti dimatanya, dia memperlambat jalannya, dia berharap Anti melihat kedatangannya, beberapa orang menawarkan jasa untuk mengantarkannya. 

Yoga bilang terima kasih, sudah ada yang menjemput, dia berjalan perlahan, ada beberapa penjemput yang menuliskan nama yang akan di jemputnya di selembar kertas, dan betapa kagetnya Yoga di salah satu pojok ada tulisan Yoga.

Tapi yang mengangkat kertas tidak kelihatan, awalnya Yoga mengira hanya sama nama saja, namun saat melewati orang yang didepannya dia kaget, Anti yang memegang kertas yang bertuliskan YOGA itu, seraya tersenyum dia berkata.

"Bapak Yoga ?"

"Benar saya Yoga."

"Saya yang bertugas menjemput bapak,"

"Terima kasih,"

Orang yang berada di sekitar Anti melihat, Yoga meletakan tasnya, mengulurkan tangannya, Anti mengambilnya dan mencium tangan Yoga, kemudian Yoga mencium pipi kiri dan kanan Anti, mereka tak peduli dengan lirikan orang disekitar, mungkin kaget ini yang jemput tidak kenal, tapi begitu ketemu seperti orang yang sudah lama kenal.

Anti menuju mobil yang sudah di carter untuk empat hari, mobil Inova, drivernya namanya Pak Wayan berusia 27 tahun, masih muda, setelah berkenalan tanya nama dan lain-lain, Pak Wayan menanyakan mau ke mana dulu wisata hari pertama.

"Kita nanti nginapnya di daerah Kuta, sekarang sudah jam 2 siang, kita mungkin hari ini istirahat di penginapan saja dulu, malam ini mungkin kami main di pantai Kuta dan sekitarnya, kita mulai besok jam 7.30 jalannya," kata Anti.

"Baik ibu,"

"Maaf, Bapak sama Ibu, putranya sudah berapa ?"

"Kami pengantin baru, ini baru bulan madu," kata Yoga, Anti melirik ke Yoga dan Yoga senyum melihatnya.

"Besok pagi kita ke Nusa Dua dulu pak Wayan, saya mau diving dan para layang, dan melihat penyu dan burung di Deluang Sari," kata Yoga

"Siap Bapak, saya jam 7.15 besok sudah di hotel,"

Pak Wayan membiarkan kami ngobrol berdua, dari bagaimana keadaan Tarakan, penerbangannya bagaimana, Yoga bertanya bagaimana hasil pertemuan selama tiga hari di Bali, sudah main kemana saja, dan segala macamnya, tidak terasa mereka sampai di parkiran hotel. 

Setelah mengucapkan terima kasih dengan pak Wayan, dan sekali lagi mengingatkan untuk jadwal besok, mereka menuju lobi hotel, untuk mengambil kunci karena administrasi dan pembayaran sudah Anti selesaikan sebelum menuju bandara, untuk rental kendaraanpun kata Anti mereka dapat rekomendasi dari pihak hotel.

Mereka berdua langsung menuju kamar, kamar mereka berhadapan langsung dengan kolam renang, sedangkan pantai Kuta berada di seberang jalan dari hotel mereka menginap, Yoga sedikit protes dengan Anti.

"Kok ambil tempat tidur yang twin ngak yang double,"

"Heemmmmm,"

"Kan tadi Abang bilang sama pak Wayan kita pengantin baru, lagi bulan madu,"

"Makanya segera lamar, jadi tempat tidurnya double,"

"Lha, orang mau Abang lamar katanya nunggu mbak Erna kawin dulu,"

Yoga membuka pintu teras belakang, melihat dua orang bule yang lagi berjemur di sisi kolam renang, Anti membuka tas yang dia bawa, dia susun pakaian di lemari, kemudian dia buka tas Yoga, dia susun juga di dalam lemari, meletakan tas yang sudah kosong di bawah kolong meja, dan meletakkan alat mandi dirinya dan Yoga ke kamar mandi, setelah semua beres, dia ikut duduk di teras, seraya mengambil dua kaleng minuman dari dalam mini bar.

"Kita isirahat aja dulu ya, Bang, sekitar jam 5 sore saja kita liat-liat pantai Kuta,"

"Iya," jawabnya seraya mengambil minuman kaleng yang tadi di bawa Anti

"Abang kok ngak bawa sepatu olah raga buat joging, malah pakai sepatu sendal,"

"Malas Abang, menuh-menuhi tas, nanti jogingnya pakai ini saja,"

"Anti tiga hari pertemuan tiap pagi setelah senam, joging keliling hotel 30 menit, lumayan keringatnya,"

"Abang juga tetap joging, walau pakai sepatu sendal,"

Yoga memperhatikan sepasang bule yang habis berjemur, hanya menggenakan bra dan kolor,Anti berdiri dan berjalan menutupi pandangan Yoga.

"Masuk kedalam saja, matanya ngeliatin itu terus Anti lihat," kata Anti tetap berdiri di depan Yoga, entah malas ribut atau ingin menyenangkan Anti, Yoga mengikuti saja, masuk kedalam seraya membawa minuman kalengnya, Anti mengikuti dari belakang, selanjutnya menutup pintu teras.

"Majalah Abang di tas tadi Anti taruh dimana ?"

"Anti ngak ada liat majalah di tas, Abang."

"Duh, jangan-jangan ketinggalan di pesawat,"

"Abang tadi malam di Tarakan beli majalah Matra, buat baca-baca di jalan."

Yoga menuju tempat tas nya di kolong meja yang di letakkan Anti disitu, di ambilnya dan di letakkan di atas tempat tidur, dibukanya tidak ada, di bukanya lagi di tempat yang kecil, juga tidak ada," Berarti ketinggalan di pesawat." Di tutupnya lagi tasnya dan diletakkan ketempat semula.

"Sudah jam 4 lewat 15, kita jalan-jalan ke pantai, yuk ?" ajak Yoga

"Boleh, sebentar Anti ganti kaos dulu,"

 Anti menuju lemari, melihat dulu, sepertinya lagi memilih pakaian mana yang pantas dia kenakan, dia ambil kaos lengan panjang polos, warna kuning muda, cocok dengan warna kulitnya yang putih. Kemudian masuk kamar mandi untuk ganti pakaian, tidak berselang lama dia keluar lagi, Yoga melihat.

"Cantik istriku,"

"Gombal, pasti ada maunya,"

Yoga berdiri, mendekati Anti menuju lemari, ingin meletakan baju kotor di lemari bagian bawah, di peluknya Anti dari belakang, disingkirkanya rambut anti yang terurai, di kecupnya tengkuk Anti, sedikit kegelian Anti agak menghindar.

Yoga membalikan badan Anti, mereka saling berhadapan, saling menempel, Yoga memeluk Anti, mencium kedua pipi Anti, dan mencium bibirnya, Anti diam saja, dia menikmati setiap rangsangan yang diberikan Yoga, terlihat Yoga semakin agresif, Anti menghentikannya.

"Sudah, Bang, takut kita kelewatan,"

Yoga melepas rangkulannya, Anti berbalik kembali membuka pintu lemari, menyusun kembali letak pakaian kotor, kemudian dia berkaca sebentar.

"Hayu, katanya mau ke pantai,"

Yoga masih terpaku berdiri di tempatnya, dia masih ingin melepas rindu bersama Anti, maklum mereka bertemu hanya satu tahun sekali, sebenarnya bisa mereka bertemu empat sampai lima kali dalam satu tahun, cuma berat di ongkos.

Mereka menyusuri pantai Kuta, sinar mentari masih terasa panas menyengat, mereka berdua tidak memakai penutup kepala, debur ombak memecah menuju pantai, beberapa peselancar dari wisatawan mancanegara memanfaatkan besarnya gelombang pantai Kuta, ada beberpa lagi yang terlihat dengan menggelar handuk rebahan di pinggir pantai, hanya memakai bra dan kolor, dengan kaca mata hitam berjemur, ada yang tengkurap ada yang telentang. Setengah berbisik seraya memandang debur ombang Anti bergumam.

"Senang dia diajak lewat sini, memandang yang pake bikini."

"Ya, kalau ngak kita pulang ke kamar saja,"

"Pasti ngambeknya bukan kalimat ini," kata Anti

"Pasti karena yang di kamar tadi, Anti hentikan," lanjutnya seraya terus berjalan menyusur pantai.

"Ngak juga,"

"Cie....cie....ngambek,"

"Ngak....biasa aja,"

"Cius....bener...nih," ledek Anti terus tetap berjalan pelan menyusuri pantai Kuta.

Kali ini Yoga, merangkul pinggang Anti, mereka tetap berjalan berdua, sesekali harus menghindar melihat beberapa bule kecil bermain bola dan saling berkejaran.

 Merasa terlalu jauh berjalan, kali ini mereka berbalik arah kembali, tetapi kali ini mereka benar benar berjalan di bibir pantai, mereka gulung celana sampai ke lutut, dan melepas sendal yang mereka pakai,  mereka tenteng, kadang mereka saling usil saling dorong ketengah kalau gelombang datang, saling tertawa.

Sekembali ke kamar hotel sudah masuk waktu magrib, Anti mandi lebih dulu, sementara Yoga menikmati cemilan yang mereka beli sekembali dari pantai tadi, setelah selesai giliran Yoga yang mandi, saat mau bersisihan Anti agak menyingkir.

"Anti sudah wudhu,Bang, nanti sholat bareng,"

"Kalau gitu Abang mandi cepet-cepet ya,"

"Abang, digosok dakinya, Anti suruh mandi lagi kalau cepet-cepet mandinya,"

Sholat Magrib mereka langsung jamak dengan Isya, setelah itu mereka keluar hotel lagi mencari makan malam, dan berjalan kaki, melihat-lihat toko yang ada di sepanjang jalan, hampir semua toko mereka masuki, tetapi belum ada minat mereka untuk membelinya, akhirnya mereka kembali istirahat di hotel.

Jam 06.30 pagi mereka sudah rapi, keluar dari kamar untuk sarapan pagi dulu di restoran hotel, karena jam 07.00 mereka sudah janjian dengan pak Wayan, baju ganti kalau kotor juga sudah mereka siapkan di ransel, tepat jam 07.00 mereka menuju lobby hotel, terlihat Pak Wayan, sudah duduk di lobby, dan segera berdiri ketika melihat Anti dan Yoga.

"Pagi Pak Wayan,"

"Pagi, Pak,"

"Pak Wayan sudah sarapan apa belum ?"

"Saya sudah sarapan pak, tadi dirumah disiapkan sama istri,"

"Kalau sudah, kita bisa langsung menuju Nusa dua,"

Kendaraan perlahan keluar hotel dan menuju Nusa Dua, karena masih pagi, jalan belum macet, paling lama 45 menit sudah sampai di Nusa Dua, sepanjang perjalanan Yoga bertanya kepada Pak Wayan, dari kenapa di Bali tidak ada hotel yang tinggi seperti di Jakarta, kenapa pohon-pohon di Bali di kenakan sarung, arti nama-nama di Bali, dan banyak lagi pertanyaan untuk mengisi cerita sepanjang perjalanan, Yoga sengaja duduk di depan agar melihat dengan jelas pemandangan Bali,.

Tidak terasa mereka sampai di tempat tujuan, sewa alat selam Rp.350.000,- berdua tujuh ratus, kemudian Yoga minta nanti diantar ke  Deluang Sari, setelah berganti pakaian selam, mereka menuju kapal yang akan membawa ke spot penyelaman. 

Yoga mengajari Anti sepanjang perjalanan, yang pertama saat memasukan alat pernafasan ke mulut, maka bernafas sudah melalui mulut tidak boleh memakai hidung walau masih berada di atas belum nyelam, karena Anti sudah terbiasa snorkling maka tidak terlalu susah untuk menyesuaikan diri, kalau kode di bawah laut nanti untuk status oke, jempol naik. 

Tapi kalau ada bermasalah dengan pernafasan atau detak jantung terlalu kencang posisi jempol acungkan ke bawah, lihat posisi level tabung udara, kalau posisi di bawah garis batas segera naik, nanti nyelamnya perlahan, kedalaman 1 meter dulu, kalau oke, turun ke dua meter, dan seterusnya. 

Anti sudah oke bersamaan dengan kapal mulai berlabuh, air dalam keadaan bersih, Instruktur penyelenggara dari tadi memperhatikan saja, sepertinya dia sudah tahu Yoga sudah biasa daiving, jadi dia nanti hanya melihat Anti saja. 

Sebelum terjun ke laut dia memberikan dua potong roti buat Anti dan Yoga untuk memberi makan ikan nanti dibawah, roti di bungkus di dalam plastik kecil, dan di selipkan di sela celana atau baju.

Anti cepat sekali menyesuaikan diri, hanya di 3 menit pertama dia agak gugup, mungkin belum penyesuaian, sampai di kedalaman 5 meter, terlihat dia sangat senang, ikan-ikan ramai mendekatinya, sedikit-demi sedikit dia hancurkan roti ditanganya untuk di taburkan dan sekelompok ikan yang indah-indah mendekatinya.

Yoga memberi kode untuk menaburkan roti di dekat muka Anti, agar ikan nampak lebih jelas dan sangat dekat,  Anti langsung mengerti kode yang diberikan, sampai-sampai jatah roti milik Yoga di minta Anti untuknya, setelah habis dengan roti yang ada. 

Anti mencoba melihat biota laut yang lain, terumbu karang, Yoga sampai memberi kode untuk berhati-hati karena, ada ubur-ubur dan bulu babi yang cukup berbahaya kalau kena di badan.

Yoga melihat level oksigin, sudah berada di bawah, Yoga memberi kode ke Anti untuk naik, Anti memberi kode sebentar lagi, Yoga merangkul dan memeluk Anti dari belakang kemudian agak kesamping untuk menghindari tabung oksigin Anti, mereka saling tersenyum di dasar laut, kali ini Yoga menggiring Anti untuk naik, karena tabung oksigin sangat tipis.

Sampai di permukaan dia lepas alat pernafasan dari mulutnya kemudian berenang ke arah kapal, cukup jauh mereka hanyut, Yoga terus mengikuti dari samping, takut Anti kelelahan, berpegangan di tali samping kapal Anti berkata.

"Belum puas Bang, indah ya di laut,"

"Pantesan Abang kalau sudah daiving, ngak naik-naik, ternyata sangat Indah,"

Berada di dalam perahu menuju Deluang Sari tidak habis-habis ceritanya, Yoga, Instrukturnya dan motoris kapal, jadi pendengar setia saja.

Bali memang sangat memanjakan penikmatnya, hari pertama sangat menyenangkan, hari kedua lebih sangat menyenangkan, dan malam ini adalah malam terakhir mereka di Bali.

Besok pagi mereka akan pulang, pesawat jam 09.00 waktu Den Pasar, malam ini mereka hanya di kamar saja melepas lelah, besok jam 07.00 dijemput pak Wayan menuju bandara.

Yoga duduk dengan bantal dibuat sandaran di ranjang, nonton TV, Anti melakukan hal yang sama di tempat tidurnya, mereka cerita, senangnya di Bali belum puas kalau hanya empat hari, masih banyak tempat yang belum mereka nikmati, Anti berdiri, merebahkan diri ke tempat tidur Yoga, di peluknya Yoga.

"Bang, terima kasih ya, Abang jaga Anti selama disini, Abang ngak buat yang macam-macam, Abang membuat hati Anti senang,"

"Abang juga terima kasih, Anti sayang Abang,"

Anti memeluk Yoga, diciumnya orang yang dia sayangi, dia ingin malam ini tidur dalam pelukan Yoga.

Bogor, 16062019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun