Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gemerlapnya Kota Makkah (Episode 26)

30 Mei 2019   06:56 Diperbarui: 1 Juni 2019   22:49 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Bus perlahan memasuki area parkir masjid Bir Ali, halaman parkir yang sangat luas, terlihat ada sekitar lima puluhan kendaraan bus yang sudah datang lebih dulu, keluar masuk bus sangat padat, banyak sekali yang melaksanakan umroh, hampir setiap hari seperti ini tidak ada berhentinya, katanya berhenti nanti sekitar satu bulan sebelum pelaksanaan Ibadah Haji.

Perlahan mereka turun dari bus, sebelum turun ustadzah Neneng berkata," yang wanita nanti ikuti saya, ya."

Perlahan secara berkelompok-kelompok jamaah umroh dari seluruh dia yang sekarang ada masuk ke masjid Bir Ali, semua gembira, ada yang baru satu kali kesini, ada juga yang sudah berkali-kali kesini, terlihat kalau yang baru satu kali masih celingak-celinguk liat sana-sini, kadang bertanya dengan yang juga tidak tahu, menambah senyuman Catur melihatnya.

Hamparan karpet merah di dalam ruangan masjid, secara terpisah masing-masing sholat dua rakaat, tidak terkecuali rombongan jamaah umroh mereka, Catur, Ilos, Taufiq dan Noval mengambil tempat yang tidak terlalu berjauhan, setelah sholat mereka berdo`a sejenak, dan melihat dulu jamaah satu travel mereka yang baru melaksanakan sholat, tidak berselang lama, satu-satu jamaah keluar dari masjid menuju bus, mereka pun mengikuti seperti pergerakan  jamaah lain.

Ustadz Mahrus memimpin niat dan do`a umroh, diikuti jamaah semua, setelah selesai, satu persatu kembali naik keatas bus, posisi tempat duduk tidak berubah sama seperti tadi, do`a perjalanan pun kembali dipimpin oleh ustadz Mahrus seraya bus perlahan meninggalkan masjid Bir Ali.

"Labbaik Allahumma Labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik, Inal hamda Wan-Nik`mata laka Wal  mulk  laa syarikalak," kembali terdengar dengan keras, semua jamaah tetap bersemangat, perjalanan masih jauh, kata ustadz nanti satu kali istirahat untuk yang mau ketoilet, masih terdengar pujian." Aku datang memenuhi panggilan Mu ya Allah,"  semua jamaah takjub melihat kiri dan kanan jalan padang tandus, tidak ada satu pohon pun yang tumbuh, terdapat satu rumah dan baru ada lagi rumah setelah sekian puluh kilometer, entah bagai mana mereka hidup disini, kalau ada perkampungan paling hanya terdapat empat sampai lima rumah, sangat gersang sekali, selama ini hanya melihat di TV dan membaca di buku --buku, tapi kali ini mereka melihat langsung, membayangkan bagaimana perjungan Nabi Muhammad dan para sahabat dulu hanya naik unta kalau bepergian, seperti dari Madinah ke Makkah ini, naik bus saja sampai dua kali tertidur belum juga sampai, bagimana dinginnya yang datang dimalam hari dan panas yang menerjang di siang hari, belum lagi kalau ada badai pasir, sangat berat perjuangan Nabi dan sahabat saat itu, kalau sekarang kita tinggal duduk dalam bus, pakai AC segala, makanan dan minuman tersedia, sambil mencoba menerawang Catur pun akhirnya tertidur pulas juga.

"Labbaik Allahumma Labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik, Inal hamda Wan-Nik`mata laka Wal  mulk  laa syarikalak," kembali sebagian yang tertidur terbangun, suara- suara pujian ke pada Allah, seperti mendapat energy baru, tidak lama utadz Mahrus bicara," kira-kira satu jam lagi kita akan memasuki kota Makkah, nanti kita langsung menuju hotel saja, kita istirahat sekitar 2 jam, sholat Magrib dan sholat Isya kita jamak saja di Masjidil Haram, kita perkirakan akan sampai di hotel jam 8 malam, istirahat 2 jam berarti jam 10 kita berkumpul di lobby hotel, menuju Masjidil Haram untuk sholat Magrib dan sholat Isya secara berjamaah, kemudian kita lanjutkan dengan Tawaf dan sa`i terakhir tahalul, selesai itu bebas, larangan-larangan ikhram sudah tidak berlaku lagi, tapi ingat sampai di hotel nanti, larangan ikhram masih berlaku," kata ustadz

Memasuki kota Makkah, gedung-gedung dan hotel-hotel, rumah makan, lampu-lampu membuat semua yang ada di bus takjub, bus mulai perlahan jalannya, karena sudah mulai banyak kendaraan umum dan kendaraan pribadi, karena mereka sudah mulai memasuki perkotaan, jamaah ramai saling tunjuk, apalagi kalau dibaca ada tulisan Rumah Makan Indonesia, pada tertawa semua, persis orang kampung yang baru masuk kota.

"Para jamaah sekalian sekitar lima menit lagi di sebelah kita itulah Masjidil Haram, tempat seluruh umat Islam menghadap kesini kalau waktu Sholat, semua mata jamaah melihat kekiri," mana pak ustadz-mana pak ustadz ?" tanya jamaah tidak sabaran, padahal kata ustadz tadi sekitar lima menit lagi.

"Itu yang ada di sebelah kiri kita," ustadz menerangkan, nah disebelah kanannya itu zam-zam tower, hotel kita nanti sekitar lima ratus meter dari Masjidil Haram, jadi tidak terlalu jauh kata ustadz.

Perlahan bus berhenti disebuah hotel, sama seperti di Madinah, hotel disini tidak ada halamanya, begitu jalan raya langsung teras hotel, sebelum turun ustadz mengulang lagi yang disampaikan tadi, kemudian menambahkan," tas bapak dan ibu sudah ada di masing-masing lantai hotel, jadi tinggal menyesuaikan, nanti pihak travel akan membagikan kunci kamar masing-masing sesuai kelompoknya kepada bapak dan ibu," Kata Pak ustadz.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun