Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gemerlapnya Kota Makkah (Episode 26)

30 Mei 2019   06:56 Diperbarui: 1 Juni 2019   22:49 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sebelum pelaksanaan dan memakai ikhram, Ustadzah Neneng dan Ustadz Mahrus pagi-pagi mengingatkan kembali kepada seluruh jamaah umroh untuk memotong kuku, membersihkan bulu ketiak, dan bulu-bulu yang ada di sekitar kemaluan, membersihkan seluruh tubuh dan kumis bagi laki-laki juga di cukur habis. Diingatkan kembali larangan-larangan selama ber ikhram, laki-laki tidak boleh memakai pakaian yang berjahit, tidak boleh memakai pakaian yang ada jahitan, tidak boleh pakai celana dalam, tidak boleh memakai kaos kaki atau sepatu yang tertutup, tidak boleh menutupi bagian kepala dengan kain ikhram, peci, topi dan sejenisnya, tidak boleh membunuh binatang, tidak boleh memotong rumput, mengambil bunga, tidak boleh memakai wangi-wangian.

Tidak boleh berhubungan baik pasangan suami-istri, banyak sekali larangan-larangannya, dan kita diminta untuk saling mengingatkan.

Banyak sekali memang larangan-larangan saat kita berikhram, namun inti dari semua adalah agar kita perbanyak berzikir dan berdo`a, selama ber ikhram, banyak memohon ampun kepada Allah, SWT.

Ibu bos memakai pakaian setelan celana panjang putih yang baru dia beli di Jakarta sebelum berangkat kesini, jilbab warna putih pembagian dari travel umroh, bertuliskan dengan sulaman warna emas di belakangnya, beberapa kali di pandangnya wajahnya di cermin, sudah lama dia tidak berdandan, sejak suaminya meninggal, badanya sedikit kurus, namun tetap berisi, sejak kematian almarhum suaminya badanya turun 5 kilo gram, merasa sudah cukup rapi di perhatinya lagi ulang, hanya wajah dan telapak tangannya yang terbuka, yang lain tertutup, sesuai dengan anjuran dan syarat untuk ikhrom. 

Sementara di kamar yang lain, Ilos, Noval dan Taufiq dari tadi berulang-ulang memakai pakaian ikhram untuk bagian bawah, sudah di pakai di buka lagi, di pakai dibuka lagi, masih kurang yakin dia, kadang di buka kaki nya dan melihat, apa sudah tidak terlihat, setelah rapi semua mereka pakai sabuk warna putih, kemudian memakai kain ikhram bagian atas,  Ilos juga nampask sudah selesai," cek lagi barang-barang semua, apa ada yang tertinggal." Kata Catur

Terlihat Ilos melihat sekeliling, kemudian dia masuk ke kamar mandi untuk melihat apakah ada barang yang tertinggal, setelah yakin tidak ada, diambilnya tas tangan miliknya, karena dia lihat, Catur, Noval dan Taufiq sudah siap-siap untuk keluar kamar, bergabung dengan yang lain di lobby.

Di dalam lift dari lantai tiga turun ke lobby hotel, mereka bertemu dengan jemaah yang lain,  semua sudah siap untuk berangkat menuju Makkah, sesampai di lobby sudah banyak yang berkumpul, penuh dengan keceriaan, Catur melihat sekeliling mencari sesuatu, tapi tidak diketemukannya, ia dia sedang melihat-lihat dimana Ibu Bos berada, Catur menyerahkan tas tangannya ke Ilos, dan dia berbisik," Aku ke atas dulu, melihat Ibu." Kata Catur seraya meleaskan tas tangannya ke tangan Ilos.

Catur kembali masuk lift menuju lantai empat, begitu pintu lift terbuka dilihatnya Ibu Bos sendirian, sudah berada di pintu lift, terpana Catur melihatnya, cantik sekali, padanan putih yang serasi," Masa Allah," gumam Catur membuat Ibu Bos jadi malu dan sedikit kemerahan mukanya, Catur mengambil tas di tangan Ibu, dan mempersilahkan Ibu Bos masuk lift untuk segera bergabung dengan yang lain. Sesampai di lobby hotel tinggal menunggu satu orang ibu saja lagi yang ijin untuk ke toilet, tidak lama semua jamaah sudah komplit empat puluh dua orang, kembali ustadz Mahrus maju kedepan dan berkata," mari kita kumpul sebentar," tadi semua sudah sholat dua rakaat ?" kompak semua menjawab "sudah"

"Baik saya ingatkan lagi buat yang laki-laki, tidak ada pakaian lainkan selain pakaian ikhram ?" tanya ustadz, dijawab "sudah" secara serempak.

"Mari kita berdo`a sebelum menaiki kendaraa," dan ustadz Mahrus pun memimpin do`a bersama, setelah kata "aamiin" diucapkan, satu-satu jamaah keluar menuju bus, Ilos duduk sendiri, Catur dengan Noval, dan Taufiq duduk dengan Ibu bos, sebelum bus bergerak, kembali ustadz memimpin do`a dan memastikan semua jamaah sudah masuk kedalam bus, dan saat bus bergerak perlahan, kembali ustadz Mahrus mempin do`a, sepanjang perjalanan mereka mengumandangkan "Labbaik Allahumma Labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik, Inal hamda Wan-Nik`mata laka Wal  mulk  laa syarikalak," terus berulang ulang, lima belas menit pertama masih kencang-kencang memasuki lima belas menit kedua sudah mulai sayup-sayup terdengar dan memasuki lima belas menit ke tiga, semua jamaah sudah tertidur pulas.

Para jamaah baru terjaga setelah, suara ustadz Mahrus, terdengar di pengeras suara bus," Para jamaah sekalian, sebentar lagi kita akan berada di Masjid Bir Ali, disini kita akan mengambil miqat, Nanti mandi lagi ya, biar lebih suci lagi, terus sholat dua rakaat, kalau sudah selesai kita akan berkumpul di samping bus lagi," kata ustadz Mahrus.

Bus perlahan memasuki area parkir masjid Bir Ali, halaman parkir yang sangat luas, terlihat ada sekitar lima puluhan kendaraan bus yang sudah datang lebih dulu, keluar masuk bus sangat padat, banyak sekali yang melaksanakan umroh, hampir setiap hari seperti ini tidak ada berhentinya, katanya berhenti nanti sekitar satu bulan sebelum pelaksanaan Ibadah Haji.

Perlahan mereka turun dari bus, sebelum turun ustadzah Neneng berkata," yang wanita nanti ikuti saya, ya."

Perlahan secara berkelompok-kelompok jamaah umroh dari seluruh dia yang sekarang ada masuk ke masjid Bir Ali, semua gembira, ada yang baru satu kali kesini, ada juga yang sudah berkali-kali kesini, terlihat kalau yang baru satu kali masih celingak-celinguk liat sana-sini, kadang bertanya dengan yang juga tidak tahu, menambah senyuman Catur melihatnya.

Hamparan karpet merah di dalam ruangan masjid, secara terpisah masing-masing sholat dua rakaat, tidak terkecuali rombongan jamaah umroh mereka, Catur, Ilos, Taufiq dan Noval mengambil tempat yang tidak terlalu berjauhan, setelah sholat mereka berdo`a sejenak, dan melihat dulu jamaah satu travel mereka yang baru melaksanakan sholat, tidak berselang lama, satu-satu jamaah keluar dari masjid menuju bus, mereka pun mengikuti seperti pergerakan  jamaah lain.

Ustadz Mahrus memimpin niat dan do`a umroh, diikuti jamaah semua, setelah selesai, satu persatu kembali naik keatas bus, posisi tempat duduk tidak berubah sama seperti tadi, do`a perjalanan pun kembali dipimpin oleh ustadz Mahrus seraya bus perlahan meninggalkan masjid Bir Ali.

"Labbaik Allahumma Labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik, Inal hamda Wan-Nik`mata laka Wal  mulk  laa syarikalak," kembali terdengar dengan keras, semua jamaah tetap bersemangat, perjalanan masih jauh, kata ustadz nanti satu kali istirahat untuk yang mau ketoilet, masih terdengar pujian." Aku datang memenuhi panggilan Mu ya Allah,"  semua jamaah takjub melihat kiri dan kanan jalan padang tandus, tidak ada satu pohon pun yang tumbuh, terdapat satu rumah dan baru ada lagi rumah setelah sekian puluh kilometer, entah bagai mana mereka hidup disini, kalau ada perkampungan paling hanya terdapat empat sampai lima rumah, sangat gersang sekali, selama ini hanya melihat di TV dan membaca di buku --buku, tapi kali ini mereka melihat langsung, membayangkan bagaimana perjungan Nabi Muhammad dan para sahabat dulu hanya naik unta kalau bepergian, seperti dari Madinah ke Makkah ini, naik bus saja sampai dua kali tertidur belum juga sampai, bagimana dinginnya yang datang dimalam hari dan panas yang menerjang di siang hari, belum lagi kalau ada badai pasir, sangat berat perjuangan Nabi dan sahabat saat itu, kalau sekarang kita tinggal duduk dalam bus, pakai AC segala, makanan dan minuman tersedia, sambil mencoba menerawang Catur pun akhirnya tertidur pulas juga.

"Labbaik Allahumma Labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik, Inal hamda Wan-Nik`mata laka Wal  mulk  laa syarikalak," kembali sebagian yang tertidur terbangun, suara- suara pujian ke pada Allah, seperti mendapat energy baru, tidak lama utadz Mahrus bicara," kira-kira satu jam lagi kita akan memasuki kota Makkah, nanti kita langsung menuju hotel saja, kita istirahat sekitar 2 jam, sholat Magrib dan sholat Isya kita jamak saja di Masjidil Haram, kita perkirakan akan sampai di hotel jam 8 malam, istirahat 2 jam berarti jam 10 kita berkumpul di lobby hotel, menuju Masjidil Haram untuk sholat Magrib dan sholat Isya secara berjamaah, kemudian kita lanjutkan dengan Tawaf dan sa`i terakhir tahalul, selesai itu bebas, larangan-larangan ikhram sudah tidak berlaku lagi, tapi ingat sampai di hotel nanti, larangan ikhram masih berlaku," kata ustadz

Memasuki kota Makkah, gedung-gedung dan hotel-hotel, rumah makan, lampu-lampu membuat semua yang ada di bus takjub, bus mulai perlahan jalannya, karena sudah mulai banyak kendaraan umum dan kendaraan pribadi, karena mereka sudah mulai memasuki perkotaan, jamaah ramai saling tunjuk, apalagi kalau dibaca ada tulisan Rumah Makan Indonesia, pada tertawa semua, persis orang kampung yang baru masuk kota.

"Para jamaah sekalian sekitar lima menit lagi di sebelah kita itulah Masjidil Haram, tempat seluruh umat Islam menghadap kesini kalau waktu Sholat, semua mata jamaah melihat kekiri," mana pak ustadz-mana pak ustadz ?" tanya jamaah tidak sabaran, padahal kata ustadz tadi sekitar lima menit lagi.

"Itu yang ada di sebelah kiri kita," ustadz menerangkan, nah disebelah kanannya itu zam-zam tower, hotel kita nanti sekitar lima ratus meter dari Masjidil Haram, jadi tidak terlalu jauh kata ustadz.

Perlahan bus berhenti disebuah hotel, sama seperti di Madinah, hotel disini tidak ada halamanya, begitu jalan raya langsung teras hotel, sebelum turun ustadz mengulang lagi yang disampaikan tadi, kemudian menambahkan," tas bapak dan ibu sudah ada di masing-masing lantai hotel, jadi tinggal menyesuaikan, nanti pihak travel akan membagikan kunci kamar masing-masing sesuai kelompoknya kepada bapak dan ibu," Kata Pak ustadz.

"Ingat kita hanya beristirahat 2 jam saja, jam 10 malam paling lambat sudah ada di lobby hotel, sekarang silahkan turun perlahan," lanjut ustadz.

Kali ini kelompok Catur dapat kamar 1011, dan ibu di kamar 7010, artinya Catur di lantai 10 dan Ibu Bos di lantai 7, agak berjauhan, dan agak tinggi juga, mungkin karena dekat dengan Masjidil Haram banyak travel yang mengincar hotel ini, agar banyak jamaah yang ikut haji dan umroh di travel mereka.

Seperti biasa, Catur mengurus dulu tas dan kamar Ibu, memastikan tas dan  kamar ibu sudah tersedia, kalau semua sudah beres baru dia mengurus barang dan kamarnya sendiri, Ibu tetap sekamar dengan pasangan waktu di Madinah, sehingga tidak perlu adaptasi lagi, sudah kenal dengan baik, tidak terlalu lama mencari tas ibu di lorong lantai 7, sepertinya rombongan jamaah Catur sedikit yang di lantai 7, temen se kamar Ibu juga sudah berada di sini, untuk membawa tas masing-masing, secara bersamaan mereka menuju kamar 7010, berseberangan lift saat mereka naik tadi," Catur bilang permisi sebelumnya dan meletakan tas ibu ke kamar, si Ibu yang sekamar sama Ibu bos berkata, " Enak ya, Ibu suaminya ngurus istrinya dulu, baru ngurus dirinya, andai suami saya seperti suami ibu," katanya.

Catur memandang Ibu bos, Ibu bos pun memandang Catur dengan senyum di tahan, Catur keluar kamar diikuti Ibu bos, begitu keluar kamar Ibu bos bilang ke Catur perlahan dan tetap senyum seperti berbisik," terima kasih," Catur membalasnya dengan anggukan.

Catur menekan lift naik, Ibu Bos masih berdiri disamping pintu, karena memang berseberangan, setelah terbuka pintu lift Catur masuk, dilihatnya ibu Bos masih memperhatikan dirinya, tetap senyum dan berkata perlahan," terima kasih." Mungkin agar tidak di dengar Ibu yang satu kamar dengannya.

Edtwentysix, 30052019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun